TNI AD Kembangkan Seragam Berbasis Elektronik, Bisa Suplai Listrik Pakai Sepatu Smart Charging
TNI AD melalui Politeknik Angkatan Darat (Poltekad) mengembangkan seragam angkatan darat berbasis elektronik yang disebut Gamad Elektro.
Editor:
Willem Jonata
Biaya produksi untuk robot intai kurang lebih sebesar Rp 12 juta, biaya produksi helm yang mampu mengidentifikasi lawan atau kawan sekitar Rp 4 juta - Rp 5 juta, sementara untuk pengembangan GPS Tracker menghabiskan biaya sekitar Rp 3 juta - Rp 4 juta.
"Kemudian untuk yang sepatunya sendiri, saya habis itu sekitar Rp 3,5 juta. Untuk pergantian plat, kemudian untuk pemodelan, itu yang mahal," kata dia.
"Kalau masalah komponen, kami merancang sendiri. Kami rancang bangun yang ada, kami modifikasi. Untuk yang sepatu menurut saya tidak terlalu mahal, hanya saja masalah desain yang masih terkendala," papar Suprayadi.
Alutsista Produksi Poltekad Bisa Bersaing
Suprayadi mengatakan, pengembangan Gamad Elektro bertujuan untuk membuktikan bahwa TNI AD bisa memproduksi alutsista secara mandiri.
Pengembangan alutsista oleh Poltekad sendiri merupakan bentuk tindaklanjut dari arahan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang berharap agar Indonesia bisa mandiri.
"Kami mau menunjukkan bahwa kami ini sebenarnya mampu, sebenarnya bisa. Seperti yang dibilang Menhan Prabowo, untuk menciptakan alutsista secara mandiri," ujar Suprayadi.
Diharapkan berbagai alutsista yang dikembangkan oleh Poltekad bisa diajukan dalam tahap penelitian dan pengembangan lebih lanjut.
Suprayadi menegaskan, produk-produk alutsista yang dikembangkan Poltekad mampu bersaing dengan produk alutsista milik militer asing.
"Produk-produk dari Poltekad ini kita rasa mampu bersaing," ujar dia.
Atas dasar itu Suprayadi berharap agar Pemerintah berkenan memberikan bantuan dengan mendatangkan Spec yang lebih baik untuk upaya pengembangan alutsista di Poltekad.
"Jadi ada harapan supaya Gamad Elektro ini bisa kemudian dapat bantuan dari Pemerintah untuk ada pengembangan lebih lanjut," pungkas Suprayadi.