Kamis, 11 September 2025

Bacaan Doa

Doa Nabi Adam setelah Diusir dari Surga, Taubat yang Diabadikan dalam Al-Qur’an

Doa Nabi Adam adalah doa untuk memohon ampunan Allah dan pertaubatan atas dosa/kesalahan yang dilakukan.

Canva/Tribunnews
DOA NABI ADAM - Gambar dibuat di Canva, Rabu (10/9/2025). Doa Nabi Adam adalah doa untuk memohon ampunan Allah dan pertaubatan atas dosa/kesalahan yang dilakukan. 

TRIBUNNEWS.COM - Doa Nabi Adam merupakan doa pertaubatan yang dapat ditemukan di dalam Al Quran.

Allah mengabadikan doa Nabi Adam dalam Surat Al-A'raf ayat 23, yang artinya:

"Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi."

Menurut tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), doa tersebut diucapkan oleh Nabi Adam dan Hawa dengan ikhlas dan penuh penyesalan atas kesalahan menuruti godaan setan untuk memakan buah terlarang dan mengakibatkan mereka diusir dari surga.

Nabi Adam adalah manusia pertama diciptakan oleh Allah dari tanah.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk." (QS. al- Ḥijr: 26)

Dalam hadis shahih, disebutkan bahwa Rasulullah menceritakan perdebatan antara Nabi Musa dan Nabi Adam.

“Suatu hari, Adam dan Musa saling berdebat. Musa berkata: Wahai Adam, engkau adalah bapak kami. Sungguh engkau telah menelantarkan dan mengusir kami dari surga. Adam menjawab: Wahai Musa, Allah telah memilihmu dengan kalam-Nya, apakah engkau mencelaku atas perbuatan yang telah ditakdirkan-Nya untukku empat puluh tahun sebelum Dia menciptakan aku…” (HR. Shahih Bukhari)

Dalam riwayat hadis Muslim, Rasulullah menegaskan: “Lalu Adam mengalahkan Musa dalam perdebatan itu.”

Nama Nabi Adam disebutkan dalam ayat-ayat Al-Quran di antaranya Al-Baqarah ayat 31-35, Ali Imran ayat 33, Al-Maidah ayat 27, Al-A'raf ayat 11, hingga Yasin ayat 60.

Merujuk pada hadis Shahih Muslim, Mahmud al-Syafrowi dalam buku Bumi Sebelum Manusia Tercipta: Menjawab Pertanyaan Seputar Bumi & Makhluk sebelum Manusia Diciptakan mengatakan Nabi Adam diciptakan Allah setelah Bumi siap untuk ditinggali.

Baca juga: Doa Nabi Yunus, Rahasia Keluar dari Kesulitan dengan Bertaubat

“Sesungguhnya Allah yang Maha perkasa lagi Maha tinggi, telah menciptakan tanah (bumi) pada hari Sabtu, menciptakan gunung-gunung di dalamnya pada hari Ahad, menciptakan pepohonan pada hari Senin, menciptakan hal ihwal yang tidak di sukai pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu dan menyebarkan ke dalamnya binatang-binatang pada hari Kamis, lalu menciptakan Adam setelah ashar pada hari Jum'at, pada akhir penciptaan, pada akhir waktu dari waktu-waktu Jum'at antara ashar hingga malam.” (HR. Muslim)

Kebesaran Allah dalam penciptaan Nabi Adam disebutkan dalam Al-Quran Surat Ali Imran ayat 59.

“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berfirman kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka jadilah dia.” (QS. Ali Imran: 59)

Ayat tersebut menjelaskan kebesaran Allah yang dapat menciptakan Nabi Isa, yang lahir tanpa ayah, semudah Allah menciptakan Nabi Adam tanpa ibu dan ayah, bahkan diciptakan dari tanah.

Dalam kisahnya, Nabi Adam dan Hawa sempat tinggal di surga, namun keduanya terhasut oleh tipu daya setan yang menyebabkan mereka melanggar perintah Allah, hingga dikeluarkan dari surga.

Ketika berada di Bumi, Nabi Adam berdoa kepada Allah dan memohon ampunan-Nya.

Doa pertaubatan Nabi Adam dapat dibaca sebagai doa untuk memohon ampunan Allah Swt.

Doa Nabi Adam

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Rabbanaa ẓalamnaa anfusanaa wa illam taghfir lanaa wa tarḥamnā lanakụnanna minal-khāsirīn.

Artinya: “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.”

Kisah Nabi Adam

Dalam skripsi berjudul Kisah Nabi Adam As dalam Tafsir Al-Qurtubiy oleh Achmad Wafiq Nurochman, mahasiswa jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah di Institut Agama Islam (IAIN) Ponorogo tahun 2022, dijelaskan mengenai kisah Nabi Adam yang terdapat di dalam Al-Quran.

Nabi Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan oleh Allah dari tanah.

Pada awal kehidupannya, Nabi Adam ditempat di surga dengan segala kenikmatan dan kemudahannya.

“Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!” (QS. Al-Baqarah: 35)

Ulama besar ahli tafsir dan fikih dari mazhab Maliki, Al-Qurtubiy, menafsirkan ayat tersebut dan menjelaskan tempat yang didiami itu hanya berlangsung sampai jangka waktu tertentu, bukan menetap.

Ketika tinggal di surga, Allah mengajarkan nama benda-benda kepada Nabi Adam, seperti dijelaskan dalam Al-Quran.

“Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!” Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?" (QS. Al-Baqarah: 31-33)

Kemudian, pada ayat-ayat selanjutnya dijelaskan bahwa Allah memerintahkan seluruh makhluk-Nya di surga untuk bersujud kepada Nabi Adam.

”(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.” (QS. Al-Baqarah: 34)

Dalam ayat lainnya dijelaskan bahwa iblis tidak mau bersujud kepada Adam karena merasa dirinya lebih baik daripada manusia, dengan demikian iblis menentang perintah Allah.

“Dia (Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?” Ia (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al-A‘raf: 12)

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ lalu mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia berkata, ‘Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?’” (QS. Al-Isra: 61)

Kemudian Allah mengusir iblis untuk keluar dari surga karena menolak perintah-Nya untuk bersujud kepada Adam.

“Dia (Allah) berfirman, “Turunlah kamu darinya (surga) karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina." (QS. Al-A'raf: 13)

Sekelompok ulama berkata bahwa iblis tidak dapat masuk ke surga untuk menemui Adam setelah ia diusir dari sana.

Namun syetan membujuk Adam dengan kaki tangan dan bisikan buruknya yang telah Allah berikan kepadanya, sehingga dapat menyesatkan Adam dan Hawa.

“Ia (setan) menjerumuskan keduanya dengan tipu daya. Maka, ketika keduanya telah mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah pada keduanya auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (di) surga. Tuhan mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (QS. Al-A'raf: 22)

“Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” (QS. Al-Baqarah: 36)

“Kemudian Kami berfirman, “Wahai Adam, sesungguhnya (Iblis) inilah musuh bagimu dan bagi istrimu. Maka, sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga. Kelak kamu akan menderita. Sesungguhnya (ada jaminan) untukmu bahwa di sana engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang. Sesungguhnya di sana pun engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa terik matahari.” Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya. Ia berkata, “Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi (keabadian) dan kerajaan yang tidak akan Ibnasa?” Lalu, mereka berdua memakannya sehingga tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga.” (QS. Thaahaa: 117-121)

Setelah turun ke Bumi, Nabi Adam dan Hawa sangat menyesal, hingga keduanya memohon ampun kepada Allah.

Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Al-A‘raf: 23)

Allah Yang Maha Pengampun kemudian menerima taubat Nabi Adam dan Hawa, kemudian menjadikan manusia sebagai khilafah di Bumi.

"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang." (Al-Baqarah: 37)

“Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk.” (QS. Thaahaa: 122)

Hikmah Kisah Nabi Adam

Dalam skripsi berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung dalam Kisah Adam (Kajian Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Baqoroh 2:30-39) oleh Habibillah, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008, disebutkan nilai-nilai yang dapat dipelajari dari kisah Nabi Adam.

1. Rendah hati

Nabi Adam mengajarkan kita untuk selalu bersikap rendah hati.

Meskipun diciptakan langsung oleh Allah dan diberi kehormatan sebagai manusia pertama, Adam tetap patuh dan tunduk pada perintah Allah.

Ini mengingatkan kita untuk tidak sombong atas kelebihan atau jabatan yang dimiliki.

2. Larangan sombong

Kisah Iblis yang menolak sujud kepada Adam menegaskan bahaya kesombongan.

Kesombongan dapat membuat seseorang jauh dari rahmat Allah dan berujung pada kehinaan, seperti yang dialami Iblis.

3. Menjauhi dengki

Adam dan Hawa tidak iri atau dengki terhadap sesama makhluk.

Mereka belajar menerima ketetapan Allah dan fokus pada ketaatan, menunjukkan pentingnya menjauhi perasaan iri hati atau dengki terhadap orang lain.

4. Mudah memaafkan

Nabi Adam dan Hawa memohon ampun kepada Allah atas kesalahannya, dan Allah memaafkan serta menerima taubat mereka.

Hal ini mengajarkan kita untuk selalu bersikap pemaaf, baik menerima maaf dari orang lain maupun memaafkan kesalahan orang lain.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan