Kelas Menengah RI Lebih Mengejar Ketenangan Batin Ketimbang Status Sosial
Kelas menengah Indonesia tidak lagi sekadar mengejar status sosial, tetapi fokus pada keseimbangan hidup, ketenangan batin dan kestabilan emosional.
Ringkasan Berita:
- Riset Sei-katsu-sha Labmengungkap perubahan persepsi kelas menengah Indonesia yang kini lebih realistis dan berorientasi pada kestabilan hidup ketimbang mengejar status sosial.
- Kelas menengah Indonesia kini lebih mengejar keseimbangan dan ketenangan batin.
- Jumlah kelas menengah turun tapi tetap menopang konsumsi nasional dan menjadi target pemasaran berbasis empati.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Masyarakat kelas menengah Indonesia kini mengalami perubahan besar dalam cara berpikir dan bertindak serta dalam mempersepsikan hidup.
Mereka tidak lagi sekadar mengejar status sosial, tetapi mulai fokus pada keseimbangan hidup, ketenangan batin dan kestabilan emosional.
Temuan ini terungkap dalam riset terbaru Sei-katsu-sha Lab bertajuk “Navigating the In Between – Living as Indonesian Middle Class” yang dirilis Hakuhodo International Indonesia 2025.
Menurut studi ini, kelas menengah berevolusi menjadi kelompok yang lebih bijak, realistis dan matang dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi serta perubahan sosial.
Riset ini melibatkan 600 responden di 8 kota di Indonesia. Disebutkan, kondisi ekonomi yang tidak menentu mendorong kelas menengah untuk tumbuh lebih dewasa.
Mereka disebut sebagai The Grown Up Middle, yakni kelompok masyarakat yang lebih realistis dalam menentukan prioritas hidup.
Menurut riset ini, kelas menengah Indonesia meyakini bahwa kekuatan utama untuk bertahan bukan berasal dari sistem atau status sosial, melainkan dari diri sendiri.
Martabat, harga diri, dan kestabilan hidup menjadi nilai utama dalam menentukan arah kehidupan.
Status Sosial Bukan Lagi Ukuran
Masih menurut riset ini, status sosial tak lagi menjadi ukuran kesuksesan. Bagi mereka, yang paling penting adalah menjaga kestabilan emosional dan daya tahan agar tidak mudah goyah di tengah tekanan hidup.
Jumlah kelas menengah di Indonesia cenderung turun. Tapi mereka tetap menjadi tulang punggung konsumsi nasional.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kelas menengah Indonesia turun dari 57,3 juta menjadi 47,85 juta orang pada 2024.
Baca juga: Kelas Menengah Disebut Jadi Penentu Arah Demokrasi di Indonesia
Namun bersama kelompok menuju kelas menengah, mereka tetap mencakup 66,35 persen populasi nasional dan menyumbang 81,49 persen konsumsi domestik.
“Kelas menengah berada di pusaran perubahan. Mereka membawa mimpi yang mendorong Indonesia untuk maju, sekaligus menanggung tekanan akibat zaman,” ujar Devi Attamimi, Group CEO Hakuhodo International Indonesia.
"Kami mempelajari manusia bukan sekadar sebagai tren, tetapi sebagai kisah hidup yang terus berkembang," kata dia tentang risetnya ini.
Baca juga: Fenomena Rojali-Rohana, Cermin Retaknya Mesin Konsumsi Kelas Menengah
| Jumlah Masyarakat Kelas Menengah Indonesia Turun, Bisa Ganggu Pertumbuhan Ekonomi |
|
|---|
| Ekonom: Kelas Menengah Turun Bikin Penjualan Mobil Cuma di Kisaran 1 Juta Unit |
|
|---|
| Pemerintah Berencana Berikan Bansos untuk Kelas Menengah, Mensos Gus Ipul: Datanya Dimatangkan |
|
|---|
| Indonesia Terjebak Dalam Pendapatan Kelas Menengah, Ekonomi Tumbuh Stagnan 5 Persen Selama 20 Tahun |
|
|---|
| Sumpah Pemuda: Tekanan Atas Kelas Menengah, Himpitan Ekonomi, dan Desakan Kebijakan |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.