Bacaan Doa
Surat Yasin dan Keutamaan Membaca Tiap Jumat, Apakah Ada Tuntunannya?
Surat Yasin dan keutamaan membacanya setiap hari dan malam Jumat, apakah itu semua ada tuntunannya seperti terdapat di sejumlah hadis.
TRIBUNNEWS.COM - Surat Yasin merupakan surat ke 36 dalam Al-Qur'an dan tergolong surat Makkiyah.
Surat ini terdiri dari 83 ayat, berisi penjelasan mengenai akidah, keimanan dan kehidupan akhirat.
Dalam tradisi muslim di Indonesia, Surat Yasin dibaca khususnya setiap malam Jum'at.
Dasar tradisi tersebut yaitu sejumlah hadis yang merupakan hadis dhaif (lemah) dan tidak dapat dijadikan hujah, menurut Muhammadiyah.
1. Membaca Yasin di Malam Jumat
Salah satu hadis yang populer tentang keutamaan membaca Surat Yasin adalah hadis yang menyebutkan Allah akan mengampuni dosa orang yang membaca Surat Yasin pada malam Jumat.
“Dari Abu Hurairah (diriwayatkan) Rasulullah saw bersabda, barangsiapa di malam Jumat membaca ad-Dukhan dan Yasin, maka ia diampuni di pagi harinya." (HR. al-Baihaqi No. 2248 dalam kitab Syu’ab al-Iman).
Hadis tersebut tergolong lemah (daif) dan dianggap bermasalah, karena di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Hisyam bin Ziyad, yang hidup pada masa tabi‘ut-tabi‘in.
Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, Hisyam bin Ziyad termasuk perawi yang matruk, yaitu orang yang sangat lemah riwayatnya dan tidak dapat dijadikan rujukan dalam hadis, serta banyak ulama hadis lain juga menyatakan bahwa riwayatnya tidak dapat dipercaya.
Sementara itu, Imam adz-Dzahabi juga menilai Hisyam bin Ziyad sebagai perawi yang lemah.
Karena adanya perawi yang bermasalah dalam sanadnya, maka hadis ini tidak bisa dijadikan dasar yang kuat untuk menetapkan keutamaan membaca Surat Yasin dan Ash-Shaffat pada hari Jumat.
Baca juga: Doa setelah Membaca Surat Al Waqiah, Benarkah Bisa Melancarkan Rezeki?
2. Membaca Yasin seperti Membaca Al-Qur'an 10x
Hadis lain yang dinilai dhaif tentang keutamaan membaca surat Yasin yaitu hadis yang menyebutkan bahwa membaca surat Yasin seperti membaca Al-Qur'an sepuluh kali.
“Dari Anas (diriwayatkan), Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya setiap sesuatu memiliki hati dan sesungguhnya hati Al-Qur’an adalah surah Yasin. Barangsiapa yang membacanya, maka ia seakan-akan telah membaca Al-Qur’an sebanyak sepuluh kali.” (HR. ad-Darimi No. 3282).
Imam At-Tirmidzi meriwayatkannya dan menjelaskan hadis itu termasuk gharib (jarang diriwayatkan) dan hanya diketahui melalui Humaid bin Abdurrahman.
Di wilayah Bashrah, hadis ini juga hanya dikenal melalui jalur Qatadah dari sanad yang sama.
Selain itu, dalam sanadnya terdapat Harun Abu Muhammad, seorang perawi yang tidak dikenal oleh para ahli hadis.
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Ad-Darimi, namun karena kelemahan dalam sanad dan adanya perawi yang tidak dikenal, Syaikh Al-Albani menilai hadis tersebut sebagai palsu (maudhu‘), sehingga tidak dapat dijadikan dasar atau pegangan dalam amalan agama.
3. Allah akan memenuhi kebutuhan orang yang membaca Surat Yasin
Dua hadis lainnya yang juga dianggap dhaif adalah yang menyebutkan bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan orang yang membaca Surat Yasin.
"Dari ‘Atha` bin Abu Rabah (diriwayatkan), telah sampai berita kepadaku bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang membaca surah Yasin pada awal siang niscaya akan terpenuhi semua kebutuhannya.” (HR. ad-Darimi No. 3284).
Dalam rantai periwayatannya (sanad), terdapat beberapa perawi yang kebanyakan terpercaya (tsiqah), yaitu ‘Atha’ bin Abi Rabbah, Muhammad bin Juhadah, Ziyad bin Khaitsamah, dan Al-Walid bin Syuja’ bin Al-Walid.
Namun, ada satu perawi bernama Syuja’ bin Al-Walid bin Qais yang dikenal lemah dalam hafalan.
Karena kelemahannya ini, para ulama menilai bahwa kualitas hadis ini tidak kuat dan tidak bisa dijadikan dalil yang sahih, meskipun isi pesannya tetap mengandung makna baik.
“Ibnu Abbas berkata (diriwayatkan), barangsiapa yang membaca surah Yasin ketika berada di waktu pagi niscaya diberikan kepadanya kemudahan hari itu hingga ia berada di waktu sore, dan barangsiapa yang membacanya pada awal malam niscaya diberikan kepadanya kemudahan malam itu hingga ia berada di waktu pagi” [H.R. ad-Darimi No. 3285].
Dalam rantai periwayatannya (sanad), disebutkan beberapa perawi, yaitu:
- Ibnu Abbas — sahabat Rasulullah yang terpercaya.
- Syahar bin Hawsyab — dikenal memiliki hafalan yang lemah.
- Rasyid bin Najih — juga dikenal buruk dalam hafalan.
- Abdul Wahhab bin Abdul Majid ash-Shalti — perawi yang terpercaya (tsiqah).
- Amru bin Zurarah bin Waqid — juga perawi terpercaya (tsiqah).
Dari penilaian para ulama, meskipun sebagian perawi dalam sanadnya terpercaya, hadis ini dianggap lemah (daif) karena adanya dua perawi — Syahar bin Hawsyab dan Rasyid bin Najih — yang lemah dalam hafalan dan periwayatannya.
Isi hadis ini tidak bisa dijadikan dalil kuat, namun mengandung pesan yang baik tentang keutamaan membaca surah Yasin untuk memperoleh kemudahan dari Allah.
Meski banyak pendapat menyebut hadis tentang keutamaan membaca Surat Yasin adalah dhaif, penelitian skripsi berjudul Membaca Surah Yasin pada Malam Hari (Studi Kehujjahan Hadis Sunan al-Darimi nomor indeks 3460) oleh Muhammad Rizki mahasiswa Ilmu Hadis di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (2019), penulis menyimpulkan bahwa hadis tersebut sahih dan dapat dijadikan hujah.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa hadis tentang membaca Surah Yasin pada malam hari yang terdapat dalam kitab Sunan al-Darimi nomor 3460 dinilai berstatus sahih lizatih, artinya, setelah diteliti dari sisi sanad (rantai perawi) dan matan (isi hadis), hadis ini memenuhi semua syarat untuk dianggap sahih.
Hadis tersebut dianggap dapat dijadikan sebagai dalil (hujjah) dan boleh diamalkan, karena termasuk dalam kategori hadis maqbul (diterima) dan diamalkan oleh para ulama.
Menurut penelitian tersebut, membaca Surat Yasin sebagai amalan setiap malam Jumat diperbolehkan karena tidak ada dalil yang melarangnya.
Selain itu, Surat Yasin merupakan salah satu surat di dalam Al-Qur'an dan membacanya dapat mendatangkan pahala.
Penulis menyebutkan bahwa amalan tersebut dapat dilakukan jika diniatkan untuk semata-mata mencari ridha Allah dan berharap ampunan-Nya.
Surat Yasin
1. يسٓ
Yā Sīn
Yā Sīn.
2. وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ
Wal-qur`ānil-ḥakīm
Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah,
3. إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ
Innaka laminal-mursalīn
Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar salah seorang dari rasul-rasul,
4. عَلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
‘Alā ṣirāṭim mustaqīm
(yaitu) di atas jalan yang lurus,
5. تَنزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ
Tanzīlal-‘azīzir-raḥīm
(sebagai) wahyu dari (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang,
6. لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّا أُنزِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ
Litundzira qawman mā undzira ābā’uhum fahum ghāfilūn
Agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
7. لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَىٰ أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Laqad ḥaqqal-qaulu ‘alā aktsarihim fahum lā yu’minūn
Sungguh, ketetapan (azab) pasti berlaku bagi kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
8. إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلَالًا فَهِيَ إِلَى الْأَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُونَ
Innāj‘alnā fī a‘nāqihim aglālan fahiya ilal-adqāni fahum muqmaḥūn
Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka mereka tertengadah.
9. وَجَعَلْنَا مِنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَـٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ
Wa ja‘alnā min bayni aydīhim saddanw-wa min khalfihim saddan fa-aghsaynāhum fahum lā yubṣirūn
Dan Kami jadikan di depan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula); lalu Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
10. وَسَوَآءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Wasawā’un ‘alaihim a’anżartahum am lam tunżirhum lā yu’minūn
Sama saja bagi mereka, engkau beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.
11. اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ
innamā tunżiru manittaba'aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaīb, fa basysyir-hu bimagfiratiw wa ajring karīm
Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
12. اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ
innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamụ wa āṡārahum, wa kulla syai`in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn
Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).
13. وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ
waḍrib lahum maṡalan aṣ-ḥābal-qaryah, iż jā`ahal-mursalụn
Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka;
14. اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ
iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabụhumā fa 'azzaznā biṡāliṡin fa qālū innā ilaikum mursalụn
(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”
15. قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَ
qālụ mā antum illā basyarum miṡlunā wa mā anzalar-raḥmānu min syai`in in antum illā takżibụn
Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu ini hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka.”
16. قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ
qālụ rabbunā ya'lamu innā ilaikum lamursalụn
Mereka berkata, “Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami adalah utusan-utusan(-Nya) kepada kamu.
17. وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ
wa mā 'alainā illal-balāgul-mubīn
Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.”
18. قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ
qālū innā taṭayyarnā bikum, la`il lam tantahụ lanarjumannakum wa layamassannakum minnā 'ażābun alīm
Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami rajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”
19. قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ
qālụ ṭā`irukum ma'akum, a in żukkirtum, bal antum qaumum musrifụn
Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”
20. وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ
wa jā`a min aqṣal-madīnati rajuluy yas'ā qāla yā qaumittabi'ul-mursalīn
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.
21. اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ۔
ittabi'ụ mal lā yas`alukum ajraw wa hum muhtadụn
Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
22. وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
wa mā liya lā a'budullażī faṭaranī wa ilaihi turja'ụn
Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.
23. ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚ
a attakhiżu min dụnihī ālihatan iy yuridnir-raḥmānu biḍurril lā tugni 'annī syafā'atuhum syai`aw wa lā yungqiżụn
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, pasti pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.
24. اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
innī iżal lafī ḍalālim mubīn
Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata.
25. اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗ
innī āmantu birabbikum fasma'ụn
Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)-ku.”
26. قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ ۗقَالَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَۙ
qīladkhulil-jannah, qāla yā laita qaumī ya'lamụn
Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia (laki-laki itu) berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,
27. بِمَا غَفَرَ لِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ
bimā gafara lī rabbī wa ja'alanī minal-mukramīn
apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang telah dimuliakan.”
28. ۞ وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ
wa mā anzalnā 'alā qaumihī mim ba'dihī min jundim minas-samā`i wa mā kunnā munzilīn
Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya.
29. اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خَامِدُوْنَ
ing kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum khāmidụn
Tidak ada siksaan terhadap mereka melainkan dengan satu teriakan saja; maka seketika itu mereka mati.
30. يٰحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِۚ مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ
yā ḥasratan 'alal-'ibād, mā ya`tīhim mir rasụlin illā kānụ bihī yastahzi`ụn
Alangkah besar penyesalan terhadap hamba-hamba itu, setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya.
31. اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ
a lam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurụni annahum ilaihim lā yarji'ụn
Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan. Orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tidak ada yang kembali kepada mereka.
32. وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ
wa ing kullul lammā jamī'ul ladainā muḥḍarụn
Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami.
33. وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الْاَرْضُ الْمَيْتَةُ ۖاَحْيَيْنٰهَا وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ
wa āyatul lahumul-arḍul-maitatu aḥyaināhā wa akhrajnā min-hā ḥabban fa min-hu ya`kulụn
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.
34. وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنّٰتٍ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ وَّفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِۙ
wa ja'alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a'nābiw wa fajjarnā fīhā minal-'uyụn
Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,
35. لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖۙ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْ ۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ
liya`kulụ min ṡamarihī wa mā 'amilat-hu aidīhim, a fa lā yasykurụn
agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari hasil usaha tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
36. سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ
sub-ḥānallażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya'lamụn
Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
37. وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُ ۖنَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ
wa āyatul lahumul-lailu naslakhu min-hun-nahāra fa iżā hum muẓlimụn
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan,
38. وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ
wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-'azīzil-'alīm
dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.
39. وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ
wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīm
Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.
40. لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗوَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ
lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥụn
Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.
41. وَاٰيَةٌ لَّهُمْ اَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙ
wa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masy-ḥụn
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan,
42. وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِّنْ مِّثْلِهٖ مَا يَرْكَبُوْنَ
wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabụn
dan Kami ciptakan (juga) untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai.
43. وَاِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَلَاهُمْ يُنْقَذُوْنَۙ
wa in nasya` nugriq-hum fa lā ṣarīkha lahum wa lā hum yungqażụn
Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka. Maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan,
44. اِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍ
illā raḥmatam minnā wa matā'an ilā ḥīn
melainkan (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu.
45. وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
wa iżā qīla lahumuttaqụ mā baina aidīkum wa mā khalfakum la'allakum tur-ḥamụn
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”
46. وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ
wa mā ta`tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānụ 'an-hā mu'riḍīn
Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya.
47. وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ ۙقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنُطْعِمُ مَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ اَطْعَمَهٗٓ ۖاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
wa iżā qīla lahum anfiqụ mimmā razaqakumullāhu qālallażīna kafarụ lillażīna āmanū a nuṭ'imu mal lau yasyā`ullāhu aṭ'amahū in antum illā fī ḍalālim mubīn
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
48. وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
wa yaqụlụna matā hāżal-wa'du ing kuntum ṣādiqīn
Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, “Kapan janji (hari berbangkit) itu (terjadi) jika kamu orang yang benar?”
49. مَا يَنْظُرُوْنَ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُوْنَ
mā yanẓurụna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta`khużuhum wa hum yakhiṣṣimụn
Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.
50. فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ تَوْصِيَةً وَّلَآ اِلٰٓى اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَ
fa lā yastaṭī'ụna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji'ụn
Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan mereka (juga) tidak dapat kembali kepada keluarganya.
51. وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَاِذَا هُمْ مِّنَ الْاَجْدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَ
wa nufikha fiṣ-ṣụri fa iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilụn
Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya.
52. قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ
qālụ yā wailanā mam ba'aṡanā mim marqadinā hāżā mā wa'adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalụn
Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).
53. اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ
ing kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum jamī'ul ladainā muḥḍarụn
Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami (untuk dihisab).
54. فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَّلَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai`aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta'malụn
Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.
55. اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فٰكِهُوْنَ ۚ
inna aṣ-ḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihụn
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).
56. هُمْ وَاَزْوَاجُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ مُتَّكِـُٔوْنَ ۚ
hum wa azwājuhum fī ẓilālin 'alal-arā`iki muttaki`ụn
Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.
57. لَهُمْ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ ۚ
lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda'ụn
Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan.
58. سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ
salām, qaulam mir rabbir raḥīm
(Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
59. وَامْتَازُوا الْيَوْمَ اَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَ
wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimụn
Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!
60. اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
a lam a'had ilaikum yā banī ādama al lā ta'budusy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,
61. وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ
wa ani'budụnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm
dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”
62. وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًا ۗاَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَ
wa laqad aḍalla mingkum jibillang kaṡīrā, a fa lam takụnụ ta'qilụn
Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?
63. هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
hāżihī jahannamullatī kuntum tụ'adụn
Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.
64. اِصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ
iṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurụn
Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.
65. اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
al-yauma nakhtimu 'alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasy-hadu arjuluhum bimā kānụ yaksibụn
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
66. وَلَوْ نَشَاۤءُ لَطَمَسْنَا عَلٰٓى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبْصِرُوْنَ
walau nasyā`u laṭamasnā 'alā a'yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirụn
Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?
67. وَلَوْ نَشَاۤءُ لَمَسَخْنٰهُمْ عَلٰى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوْا مُضِيًّا وَّلَا يَرْجِعُوْنَ
walau nasyā`u lamasakhnāhum 'alā makānatihim famastaṭā'ụ muḍiyyaw wa lā yarji'ụn
Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan juga tidak sanggup kembali.
68. وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ
wa man nu'ammir-hu nunakkis-hu fil-khalq, a fa lā ya'qilụn
Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?
69. وَمَا عَلَّمْنٰهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهٗ ۗاِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ وَّقُرْاٰنٌ مُّبِيْنٌ ۙ
wa mā 'allamnāhusy-syi'ra wa mā yambagī lah, in huwa illā żikruw wa qur`ānum mubīn
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab yang jelas,
70. لِّيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ
liyunżira mang kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu 'alal-kāfirīn
agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.
71. اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِّمَّا عَمِلَتْ اَيْدِيْنَآ اَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُوْنَ
a wa lam yarau annā khalaqnā lahum mimmā 'amilat aidīnā an'āman fa hum lahā mālikụn
Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya?
72. وَذَلَّلْنٰهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوْبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُوْنَ
wa żallalnāhā lahum fa min-hā rakụbuhum wa min-hā ya`kulụn
Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya untuk menjadi tunggangan mereka dan sebagian untuk mereka makan.
73. وَلَهُمْ فِيْهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ
wa lahum fīhā manāfi'u wa masyārib, a fa lā yasykurụn
Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
74. وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لَّعَلَّهُمْ يُنْصَرُوْنَ ۗ
wattakhażụ min dụnillāhi ālihatal la'allahum yunṣarụn
Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.
75. لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَهُمْۙ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُّحْضَرُوْنَ
lā yastaṭī'ụna naṣrahum wa hum lahum jundum muḥḍarụn
Mereka (sesembahan) itu tidak dapat menolong mereka; padahal mereka itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga (sesembahan) itu.
76. فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ ۘاِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ
fa lā yaḥzungka qauluhum, innā na'lamu mā yusirrụna wa mā yu'linụn
Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.
77. اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ
a wa lam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa iżā huwa khaṣīmum mubīn
Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata!
78. وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ
wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah, qāla may yuḥyil-'iẓāma wa hiya ramīm
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”
79. قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍ ۗوَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌ ۙ
qul yuḥyīhallażī ansya`ahā awwala marrah, wa huwa bikulli khalqin 'alīm
Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,
80. ِۨالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًاۙ فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ
allażī ja'ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nāran fa iżā antum min-hu tụqidụn
yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”
81. اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْ ۗبَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ
a wa laisallażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin 'alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-'alīm
Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur itu)? Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui.
82. اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
innamā amruhū iżā arāda syai`an ay yaqụla lahụ kun fa yakụn
Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
83. فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
fa sub-ḥānallażī biyadihī malakụtu kulli syai`iw wa ilaihi turja'ụn
Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.