Sabtu, 1 November 2025

Gulali Festival 2025: Membangun Ekosistem Seni Pertunjukan Berkualitas untuk Anak

Gulali Festival hadir di tahun 2025 dengan tema “Berteman Rumah” mengajak anak-anak dan keluarga untuk menelusuri makna rumah sebagai ruang aman.

Istimewa
Gulali Festival bertemakan "Berteman Rumah", menelusuri makna rumah sebagai ruang aman, tempat diterima, dan tempat bertumbuh bersama. 

TRIBUNNEWS.COM - Ketika pertunjukan untuk anak sering berhenti pada fungsi hiburan semata, Gulali Festival datang membawa arah baru: membangun ekosistem seni pertunjukan yang berpihak pada anak. Festival ini percaya bahwa seni untuk anak bukan sekadar tontonan, melainkan ruang tumbuh, tempat anak dapat berpikir, berimajinasi, dan belajar memahami dunia melalui pengalaman artistik.

Diselenggarakan dua tahun sekali, Gulali Festival kembali hadir di tahun 2025 dengan tema “Berteman Rumah.” Melalui tema ini, Gulali Festival ingin mengajak anak-anak dan keluarga untuk menelusuri makna rumah sebagai ruang aman, tempat diterima, dan tempat bertumbuh bersama. Rumah dalam konteks Gulali bukan hanya bangunan, melainkan perasaan: tentang orang-orang yang memberi kenyamanan, ruang yang menumbuhkan rasa percaya, dan tempat di mana imajinasi anak bisa tumbuh dengan bebas. 

Ekosistem yang Bertumbuh Bersama Anak 

Sejak awal berdirinya, Gulali Festival yang diinisiasi oleh Ria Papermoon (Papermoon Puppet Theatre) dan Ariyo Zidni (Ayo Dongeng Indonesia) berkomitmen menghadirkan seni pertunjukan yang menempatkan anak sebagai subyek. Bagi Gulali, anak bukan sekadar penonton pasif, tetapi individu yang memiliki rasa ingin tahu, opini, dan daya tafsir terhadap karya seni. 

Melalui proses pendampingan seniman dan kurasi karya, Gulali berupaya menumbuhkan tradisi menonton yang aktif dan reflektif: ketika anak menonton, mereka juga diajak untuk mendengar, bertanya, dan berdialog.

Tema 2025: Berteman Rumah 

Tema “Berteman Rumah” muncul dari kebutuhan untuk mengingat kembali bagaimana ruang aman, baik di rumah, sekolah, maupun panggung, dapat menumbuhkan kepekaan sosial dan emosional anak. Gulali percaya, “rumah” dapat ditemukan dalam pengalaman menonton yang hangat, dalam pertemuan antarpenonton, dan dalam proses penciptaan karya yang melibatkan banyak suara. 

Melalui festival ini, “rumah” dihadirkan bukan sebagai tempat tinggal, tetapi sebagai ekosistem, jaringan yang menyatukan anak, keluarga, seniman, dan komunitas budaya dalam semangat kolaborasi dan saling belajar. 

Dari Laboratorium ke Panggung

Salah satu pilar penting Gulali adalah Gulali Lab, program pendampingan selama 15 minggu bagi seniman pertunjukan dari berbagai daerah di Indonesia. Tahun ini, sembilan kelompok seniman dari Bandung, Tegal, Yogyakarta, Jakarta, Makassar, Jombang, Semarang, Padang, dan Maumere terpilih mengikuti Gulali Lab #3. 

Para peserta mendapatkan bimbingan dari fasilitator nasional dan internasional untuk mengembangkan karya yang berpihak pada anak. Seperti tahun-tahun sebelumnya, proses seleksi juga melibatkan juri anak, yang memberi masukan terhadap proposal karya dan terlibat dalam proses apresiasi. Langkah ini menegaskan komitmen Gulali untuk menempatkan anak sebagai bagian aktif dari ekosistem seni pertunjukan.

Puncak Acara Gulali Festival

Puncak acara Gulali Festival diselenggarakan secara luring (offline) dan akan digelar pada 24–26 Oktober 2025 di Yogyakarta, menampilkan seniman tidak hanya dari alumni dari Gulali Lab 2021 & 2023, tetapi juga seniman tamu dari Austria, Australia, Kanada, Slovenia, dan Belgia. 

Beberapa nama yang akan tampil antara lain: 

● Teater Štrik (Austria) 

● Sue Giles (Australia/ASSITEJ International) 

● Little Onion Puppet Co. (Kanada) 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved