Rabu, 1 Oktober 2025

Pilpres 2024

Kubu Anies Baswedan Dinilai Telat Jika Majukan Tokoh NU di Jateng dan Jatim untuk Jadi Cawapres

Hanya saja kata Ujang, Koalisi Perubahan dinilai telat jika baru-baru ini ingin mendorong tokoh NU tersebut, termasuk dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Tribunnews.com/ Rahmat W Nugraha
Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin. Ia mengatakan, Koalisi Perubahan dinilai telat jika baru-baru ini ingin mendorong tokoh NU tersebut, termasuk dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin menyatakan, Koalisi Perubahan sejatinya memiliki beberapa nama figur tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang layak untuk didorong sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) untuk Anies Baswedan.

Hanya saja kata Ujang, Koalisi Perubahan dinilai telat jika baru-baru ini ingin mendorong tokoh NU tersebut, termasuk dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pernyataan Ujang itu sekaligus merespons soal sinyal tokoh NU sekaligus Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang menolak untuk menjadi cawapres Anies Baswedan.

"Kalau sosok NU lain dari Jatim atau Jateng lain ya mungkin banyak, tapi kan sekarang sudah terlambat," kata Ujang saat dimintai tanggapannya, Minggu (23/7/2023).

Ujang menyebut, setidaknya untuk menentukan seseorang menjadi cawapres harus dilihat dari beberapa faktor.

Termasuk kata dia yakni terkait tingkat elektabilitas sosok tersebut, serta kekuatan kepemimpinan.

"Paling enggak kan harus kelihatan figuritasnya harus keliatan track recordnya harus keliatan elektabilitas nya kan begitu, harus keliatan kekuatan kepemimpinan nya,"

Atas hal itu, Ujang menyimpulkan bahwasanya, jika memang Koalisi Perubahan pengin mendorong tokoh NU menjadi cawapres harusnya sudah digaungkan sejak beberapa waktu lalu.

Hal itu penting, guna meningkatkan elektabilitas dari sosok yang bersangkutan.

Sementara, saat ini kata Ujang, waktu untuk pendaftaran capres-cawapres ke KPU tinggal beberapa bulan lagi atau pada Oktober 2023 mendatang.

"Karena kan mencari sosok cawapres itu tidak instan, tidak ujuk-ujuk melalui proses yang panjang, melalui saringan termasuk terkait dengan melalui survei elektabilitas dari lembaga survei yang kredibel gitu," ucap dia.

Dengan begitu, Ujang berkesimpulan bahwa, sejauh ini hanya ada dua nama sosok yang potensial menjadi cawapres Anies Baswedan usai Khofifah memberikan sinyal menolak.

Kedua sosok yang dimaksud yakni putri dari mantan Presiden RI Abdurahman Wahid alias Gus Dur sejaligus tokoh NU yakni Yenny Wahid dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Kan itu, saya sih melihat sejauh ini ya selain nama-nama tadi, banyak, tapi gak muncul begitu," tukas dia.

Sebelumnya, Ujang Komarudin menilai, sejauh ini hanya ada dua sosok yang digadang berpotensi akan menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan.

Kedua sosok itu yakni putri dari almarhum Abdurahman Wahid alias Gus Dur sekaligus tokoh NU Yenny Wahid dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Pernyataan Ujang ini seraya menanggapi soal kabar kalau Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memberikan sinyal menolak untuk maju sebagai cawapres Anies Baswedan.

Padahal, Khofifah memiliki potensi untuk maju mendampingi Anies Baswedan di Pilpres 2024.

"Kalau Yenny Wahid mau mungkin Yenny Wahid kuat, lalu ada AHY ya kemungkinan besar sih ketika Mahfud MD tidak mau lalu Khofifah menolak maka kemungkinan besar ada dua nama, Yenny Wahid yang didorong NasDem dan satu lagi nya itu AHY gitu," kata Ujang saat dimintai tanggapannya, Minggu (23/7/2023).

Ujang menilai, untuk saat ini, sudah tidak adalahi opsi bagi Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang mengusung Anies Baswedan maju sebagai capres untuk memilih cawapres.

Dengan begitu kata Ujang, hanya sosok AHY dan Yenny Wahid yang diniali berpotensi untuk mendampingi Anies.

"Tinggal kompromi saja diantara partai koalisi itu siapa yang nanti dijadikan cawapres Anies, Yenny Wahid kah atau AHY, tinggal deal-deal saja tinggal sepakat saja," ucap dia.

Meski kata Ujang, nama-nama lain akan tetap muncul berdasarkan dinamika politik yang ada, namun, nantinya akan tetap mengerucut di dua nama tersebut.

Oleh karenanya, Koalisi Perubahan yang digagas oleh Partai NasDem, Partai Demorkat dan PKS sudah seharusnya memutuskan siapa nama yang layak untuk maju dampingi Anies.

"Mengerucut pada Yenny Wahid dan AHY kalau Yenny Wahid menolak ya tinggal AHY berarti kan seperti itu, kita lihat dinamikanya nanti, kalaupun ada nama-nama lain di luar itu ya kita lihat perkembangan nya ke depan," tukas Ujang.

Khofifah Beri Sinyal Menolak jadi Cawapres Anies Baswedan

Ketua DPP Partai NasDem Effendy Choirie alias Gus Choi mengakui sempat mendekati Khofifah Indar Parawansa untuk menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping Anies Baswedan.

Gus Choi mengatakan pihaknya melalui berbagai jalur melakukan pendekatan terhadap Khofifah, namun tak ada kepastian dari Gubernur Jawa Timur itu.

"Dengan berbagai jalur mencoba mendekati Khofifah. Intinya tidak ada kepastian atau tidak ada progres yang positif dari dia," kata Gus Choi kepada wartawan, Sabtu (22/7/2023).

Dia memang mengaku jika NasDem sedari mengusulkan nama tokoh Nahdlatul Ulama (NU), khususnya Khofifah menjadi cawapres Anies.

Menurut Gus Choi, usulan itu muncul dari NasDem setelah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengusulkan Ahmad Heryawan dan Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Dia menjelaskan NasDem mengusulkan Khofifah menjadi cawapres Anies untuk menambah dukungan dan kekuatan.

"Kalau hanya mengandalkan hanya pendukung NasDem, Partai Demokrat, dan PKS ya kita perkirakan sulit untuk menang," ujar Gus Choi.

Karenanya, Gus Choi menegaskan dukungan dari warga nahdliyin penting untuk kemenangan Anies.

"Jadi, Koalisi Perubahan; NasDem, Partai Demokrat, PKS plus Nahdliyin," ungkapnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved