Pilpres 2024
Bagaimana Peluang Koalisi Gemuk Memenangkan Prabowo Subianto di Pilpres 2024? Ini Analisa Pengamat
Begini analisa pengamat terkait peluang pemenangan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024 lewat koalisi gemuk dengan Golkar, PAN, PKB, dan Gerindra.
Penulis:
Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor:
Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) resmi memiliki anggota baru setelah Golkar dan PAN menyatakan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Dengan bergabungnya Golkar dan PAN, kini anggota KKIR menjadi empat partai, setelah sebelumnya Gerindra dan PKB terlebih dahulu masuk sebagai pemrakarsa koalisi.
Bergabungnya dua partai yang masuk menjadi anggota KKIR membuat koalisi tersebut bisa dikatakan sebagai koalisi gemuk lantaran memiliki anggota lebih banyak dibanding koalisi lain.
Contohnya PDIP setelah mencalonkan Ganjar Pranowo hanya didukung satu partai dari parlemen yaitu PPP dan sisanya yaitu Hanura dan Perindo yang tidak lolos parlemen pada Pemilu 2019 lalu.
Sementara, pendukung Anies Baswedan sebagai bacapres hanya tiga partai yaitu Demokrat, PKS, dan Nasdem yang tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Baca juga: Litbang Kompas Ungkap Prabowo Raih Akumulasi Dukungan dari Dua Kandidat Capres
Dengan hitung-hitungan koalisi semacam ini, apakah koalisi gemuk KKIR ini akan semakin memuluskan langkah Prabowo memenangkan Pilpres 2024? Begini analisa pengamat.
Koalisi Gemuk Tak Jamin Prabowo Menang di Pilpres 2024, Pemilih Lebih Pentingkan Figur
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin menganggap koalisi gemuk tidak dapat menjamin bahwa Prabowo akan memenangkan Pilpres 2024 mendatang.
Awalnya, Ujang menilai banyaknya partai yang mendukung Prabowo memang dapat memenangkan Ketua Umum Gerindra tersebut.
Namun, dirinya menganggap pemilih di Indonesia tetap lebih mementingkan figur dibanding anggota koalisi yang menjadi pendukung Prabowo.
Kendati demikian, kata Ujang, dukungan dari banyak partai itu juga menguntungkan Prabowo.
"Koalisi gemuk itu menguntungkan bagi Prabowo karena jika koalisi gemuk itu digunakan untuk pemenangan, maka itu menjadi positif bagi Prabowo."
"Ya, faktor utamanya faktor figuritas Prabowo tersebut terkait elektabilitasnya yang harus tinggi begitu," ujarnya ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (21/8/2023).
Baca juga: Guntur Romli Gabung PDIP Usai Prabowo Datangi Markas PSI
Akan tetapi, lanjut Ujang, faktor yang paling utama masyakarat memilih capres yakni soal figurnya.
"Permainan di Pilpres soal milih-memilih capres-nya itu pada personal capresnya, personal Prabowo-nya bukan sosok partai politiknya," jelasnya.
Senada, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menganggap koalisi gemuk tidak menjamin Prabowo akan mulus dalam memenangkan Pilpres 2024.
Namun, Pangi menganggap koalisi gemuk dalam KKIR dapat membuat kader maupun simpatisan tiap anggota koalisi mengarahkan dukungannya ke Prabowo.
Pangi mengatakan, hal tersebut dapat menjadi modal awal untuk memenangkan Prabowo dalam Pilpres 2024.
"Memang sebetulnya tidak ada jaminan juga mau partai banyak atau sedikit (bisa menang Pilpres 2024) tapi kecenderungan partai memengaruhi kans keterpilihan capres."
"Bagaimanapun kalau tidak terjadi split, rata-rata kan pemilih partai tersebut akan mengikuti garis partai ketika misalnya PAN, Golkar, atau PKB itu mengusung Pak Prabowo maka kemungkinan basis pemilih partai tersebut akan ikut tegak lurus straight tiket voting memilih capres yang diusung partainya," kata Pangi kepada Tribunnews.com, Senin (21/8/2023).
Di sisi lain, berdasarkan catatan Voxpol, Pangi mengatakan pemilih Indonesia lebih mementingkan figur yang akan dipilih daripada partai pendukung capres tersebut.
"Meskipun di dalam data kita bahwa orang untuk memilih itu cenderung karena pertimbangan figur yang diusung bukan karena partai koalisi, bukan karena kader partai."
"Jadi figur yang diusung sebagai capres atau cawapres memengaruhi orang di dalam preferensi memilih," katanya.
Baca juga: Kunjungan Prabowo Subianto Disebut Hanya Dijadikan Alasan Guntur Romli Hengkang dari PSI ke PDIP
Lalu, berdasarkan hasil survei Voxpol yang dilakukan pada 24 Juli-2 Agustus 2023 terhadap 1.200 responden, alasan pemilih memilih capres lantaran figurnya dengan persentase 67,6 persen.
Sedangkan responden yang memilih capres karena partai pengusunya hanya 6,8 persen.
Sementara sisanya memilih capres dari figur tokoh partai pengusung sebanyak 18,3 persen dan tidak tahu/tidak jawab sebanyak 7,3 persen.
Diprediksi Alot soal Cawapres Prabowo, Butuh Manajemen Konflik

Lalu ketika ditanya akankah ada konflik dalam koalisi gemuk pendukung Prabowo terkait cawapres yang belum ditentukan, Ujang menilai perlu adanya manajemen konflik berupa saling mengalah antar anggota koalisi demi pemenangan Prabowo.
"Walaupun setiap partai seperti PKB, Golkar, dan PAN tentu akan mengusulkan atau mengusung cawapresnya masing-masing ke Pak Prabowo."
"Tetapi kan dalam berkoalisi harus ada kesetaraan, kebijaksanaan untuk saling menerima dan mengalah terkait siapa nanti bakal cawapres yang akan dipilihnya," katanya.
Sementara, Pangi meyakini bahwa bergabungnya Golkar dan PAN ke KKIR tidak pernah menyodorkan syarat berupa menjadi cawapres Prabowo.
Baca juga: Survei Litbang Kompas Tempatkan Anies Jauh di Bawah Prabowo & Ganjar, Demokrat: Alarm bagi Koalisi
Hal ini, sambungnya, berbeda dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang ngotot ingin menjadi cawapres Prabowo.
"Tetapi relatif per hari ini, saya melihat tidak ada indikasi (Golkar dan PAN minta syarat) ke sana bahwa mereka murni mengusung atau bergabung ke koalisi Prabowo hanya ingin mendukung Prabowo sebagai capres," katanya.
Sementara terkait cawapres, Pangi justru menduga akan ditentukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan bukannya anggota KKIR.
"Kemudian komposisi cawapres mungkin saja akan ditentukan oleh Pak Lurah atau Presiden Jokowi karena pernah Pak Prabowo ngomong cawapres ditentukan Pak Jokowi," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Pilpres 2024
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.