Pilpres 2024
Ucapan 'Ndasmu Etik' Prabowo Diduga Dialamatkan ke Anies, Pengamat Soroti Sikap Hingga Kontrol Emosi
Ucapan Prabowo Subianto 'Ndasmu Etik' dalam sambutan Rakornas Partai Gerindra mendapat respons dari sejumlah pihak termasuk Anies Baswedan dan Ganjar.
Editor:
Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ucapan calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto 'Ndasmu Etik' dalam sambutan Rakornas Partai Gerindra menjadi sorotan.
Sejumlah pihak mulai dari Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, hingga pengamat politik pun memberikan pandangannya terhadap penyataan 'Endasmu Etik' yang dilontarkan Prabowo Subianto.
Diketahui penyataan 'Ndasmu Etik' menjadi viral setelah potongan videonya tersebar di media sosial.
"Bagaimana perasaan Mas Prabowo? Soal etik, etik, etik. Ndasmu etik," kata Prabowo dalam video tersebut.
Umpatan 'ndasmu etik' tersebut disebut-sebut dialamatkan kepada capres nomor urut 1, Anies Baswedan.
Pasalnya Anies Baswedan sempat mempertanyakan soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dan Majelis Kehormatan MK (MKMK) soal batas usia capres-cawapres debat perdana Capres di KPU kepada Prabowo.
Baca juga: Pernyataan Etik Ndasmu Dinilai Tunjukkan Prabowo Tidak Ksatria
Mengenai pernyataanya tersebut, Prabowo pun memberikan tanggapan.
Menurutnya ucapan tersebut terlontar dalam acara internal partai.
"Itu kan di dalam di antara keluarga ya kan," kata Prabowo saat ditemui usai menghadiri acara relawan di Blitar, Jawa Timur, Minggu (17/12/2023).
Ia menyampaikan ucapan 'ndasmu etik' tersebut sejatinya wajar saja diucapkan.
Terlebih, eks Danjen Kopassus itu merupakan putra keturunan asli Banyumas, Jawa Tengah yang biasa mengucapkan hal tersebut.
Baca juga: Prabowo Jelaskan Pernyataan Ndasmu Etik Hanya Untuk Internal Gerindra: Nggak Usah Dibesar-besarkan
Prabowo mengatakan umpatan tersebut ucapannya tersebut sengaja dibesar-besarkan untuk mencari-cari kesalahan dirinya.
"Biasa orang Indonesia mencari-cari, mau dibesar-besarkan. Itu di antara keluarga kita bicara. Dan itu kan bicara orang Banyumas biasalah bicara-bicara begitu," katanya.
Karena itu, Prabowo meminta umpatannya soal 'ndasmu etik' tidak perlu dibesar-besarkan lagi.
Dia pun mempertanyakan siapa yang meminta awak media membesarkan ucapannya tersebut.
"Nggak usah dibesar-besarkan. Kenapa? siapa yang suruh tanya, ha-ha-ha," ujarnya.
Terpisah, Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan pernyataan Prabowo terlontar dalam nuansa kekeluargaan karena dikeluarkan saat Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Gerindra.
Baca juga: Geger Video Prabowo Sebut Ndasmu Etik, Dikomentari Anies-Ganjar, Jubir Klarifikasi
Selain itu, video yang beredar juga terlihat dipotong-potong sehingga menimbulkan multitafsir di kalangan masyarakat.
Namun, ia meyakini masyarakat Indonesia sudah cerdas sehingga tidak terpengaruh video tersebut.
"Saya pikir, masyarakat kita sudah cerdas ya untuk tidak terpengaruh tentang apa yang disampaikan pak Prabowo dalam video yang dipotong-potong tersebut yang tentunya menjadi multi tafsir," kata Sufmi Dasco kepada wartawan, Minggu (17/12/2023).
"Karena hal tersebut disampaikan dalam acara internal partai. Yang mana, kalau dalam acara internal partai yang tertutup dan pak Prabowo biasa menjadikannya seperti acara keluarga, jadi suasananya sangat cair dan kekeluargaan," imbuhnya
Wakil Ketua DPR RI itu juga menilai video pernyataan yang dipotong-potong dinarasikan menyudutkan Prabowo Subianto.
"Untuk itu, tidak elok apabila pernyataan pak Prabowo yang tidak utuh tersebut disebar-luaskan secara massif dengan narasi yang menyudutkan," ujar Dasco.
Ketua Koordinator Startegis Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran itu juga mengajak masyarakat dalam pesta demokrasi dijalankan secara damai dan sejuk.
Sebab, untuk menciptakan Indonesia Emas 2045 persatuan bangsa merupakan hal yang utama.
"Kita semua tentu berharap pesta demokrasi ini berjalan dengan baik, damai dan sejuk. Karena Persatuan Bangsa adalah yang utama," kata Wakil Ketua DPR RI itu.
Sementara itu, Juru Bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, ucapan itu tidak ada hubungannya dengan dua lawan politiknya di Pilpres 2024.
"Pak Prabowo senang bercanda, itu becandaan Pak Prabowo ke kader-kader Gerindra, seribu persen becanda. Pak Prabowo hubungannya dengan Pak Ganjar baik, dengan Pak Anies baik. Becanda ke sesama sahabat," ujar Dahnil saat dikonfirmasi, Sabtu (16/12/2023).
Dia pun menyatakan pihaknya meminta semua pihak untuk tidak membawa perasaan dalam politik.
Dahnil menyebut, jika tidak bisa berkoalisi dengan Prabowo, maka tidak perlu saling menjelekan satu sama lainnya.
"Maksud Pak Prabowo, mari sama-sama kita periksa isi pikiran kita, isi hati kita, semacam refleksi akhir pekan lah, jangan seperti orang yang ditolak cintanya, namun kemudian habis-habisan menjelek-jelekkan sang pujaan hati," imbuhnya.
Reaksi Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo
Anies Baswedan pun menanggapi pernyataan Prabowo soal 'Ndasmu Etik'.
Menurut Anies, etika itu memang dimulainya dari kepala.
“Memang etik itu mulainya dari kepala. Kalau kepala tidak memiliki etika, apalagi bagian yang di bawahnya. Jadi memang benar mulainya dari kepala dan dengan begitu yang di bawahnya agar ikut,” ujar Anies, Sabtu (16/12/2023).
Terpisah, Co-kapten Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies-Muhaimin, Sudirman Said menilai, kata-kata tersebut sepatutnya tidak dikatakan seorang ketua umum partai atau capres.
"Saya mendapatkan kiriman dari banyak teman video seorang calon presiden dan juga seorang Ketua Umum Partai seperti sedang melecehkan aspek etika," kata Sudirman kepada wartawan, Sabtu (16/12/2023).
Sudirman mengatakan, kata etika tidak selayaknya disandingkan dengan kata sumpah serapah yang biasa digunakan orang Jawa, yaitu "ndasmu" atau yang dalam bahas Indonesia diartikan kepalamu.
Lebih lanjut, Sudirman menilai bahwa tak seharusnya seseorang yang bergerak di ranah publik melecehkan etika, terlebih seorang calon pemimpin di tingkat pusat.
"Karena justru nilai pemimpin di sektor publik karena menjaga etika, bukan saja semata-mata soal ketaatan pada hukum," kata dia.
Sudirman pun menyayangkan capres yang saat ini sedang berkontestasi dalam Pilpres 2024 memberikan contoh yang tidak baik kepada para pendukungnya.
"Mudah-mudahan itu tidak benar dan bila itu benar, maka sangat layak masyarakat mengkritisi itu, justru saat ini yang mengalami kerusakan luar biasa aspek etik," ujarnya.
Sementara calon presiden (capres) Ganjar Pranowo mengembalikan soal penyataan 'Ndasmu Etik'kepada masyarakat.
"Saya kira masyarakat bisa menilai," ucap Ganjar, saat ditemui di Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Sabtu (16/12/2023).
Ganjar kemudian berpesan agar warga menggunakam kalimat yang baik-bail saja. Terutama dalam hal kampanye saat ini.
"Makanya saya berikan pesan kepada warga untuk kita pakai kalimat-kalimat yang tentu saja dibuka saja, kalimat bagus, tidak black campaign, tapi negatif campaign boleh," jelasnya.
Lebih lanjut, Ganjar mengatakan, baiknya yang dilakukan adalah beradu data.
Khususnya, jika ada ketidakpercayaan terhadap fakta ataupun data tertentu.
"Umpama tidak percaya pada skor masing masing, tidak percaya pada fakta dan data boleh, tampilkan biarkan data beradu," ucapnya.
Sebab, menurutnya, publik akan melihat masing-masing karakter dari kandidat capres-cawapres, selama proses kampanye ini berjalan.
Juru bicara pasangan calon Ganjar-Mahfud, Michael Victor Sianipar, menilai tidak pantas persoalan etika dijadikan bahan bercandaan bahkan umpatan.
“Etika adalah standar moralitas kepemimpinan yang mendasar. Pemimpin bangsa adalah teladan bagi orang banyak. Kalau yang di atas menganggap remeh etika, maka yang di bawah juga akan ikut. Bangsa yang kehilangan etika akan kehilangan landasan kehidupan yang beradab,” kata Michael, Sabtu (16/12/2023).
Michael meyakini umpatan yang dilontarkan Prabowo adalah ekspresi spontan.
Prabowo dianggap masih frustrai dengan jalannya debat capres kemarin.
“Biasanya, kalimat spontan seperti itulah jendela karakter seseorang yang sebenarnya. Mungkin Pak Prabowo masih frustrasi dan baper karena kesulitan menjawab dengan tegas pertanyaan seputar etika yang dilontarkan lawan debatnya kemarin,” ujar Michael.
Politisi muda Partai Perindo ini juga berharap agar pemimpin Indonesia ke depan harus bisa menerima pertanyaan dan kritik dengan baik.
“Bayangkan bagaimana jadinya kalau seorang pemimpin tidak tahan dikritik dan tidak biasa berdebat sehat? Jangan sampai pemimpin Indonesia nantinya seorang yang anti-kritik, yang berhari-hari tidak melupakan orang yang mengkritisinya, bahkan dibawa tidur pun masih terngiang-ngiang,” kata Michael.
Michael menyarankan agar capres Prabowo move on dari performa debat kemarin dan fokus menyiapkan diri untuk debat berikutnya.
“Saran saya, janganlah terlalu lama frustrasi terhadap isu etika yang ditanyakan kemarin. Pak Prabowo perlu move on dan persiapkan diri, supaya debat berikutnya bisa menjawab pertanyaan lebih tegas dan lebih baik lagi,” kata Michael.
Dialamatkan Kepada Anies Hingga Sikap dan Emosi Prabowo Disorot
Sejumlah pengamat pun memberikan pandangannya terhadap pernyataan Prabowo Subianto tersebut.
Soal moralitas hingga kontrol emosi menjadi sorotan dalam pernyataan 'Ndasmu Étik'.
Direktur eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti menilai, pernyataan "ndasmu etik" yang dilontarkan Prabowo Subianto diduga dialamatkan kepada Anies Baswedan.
"Sikap tidak ksatria. Sebab, membantah pernyataan Anies di luar forum yang disediakan. Dalam hal ini adalah forum debat. Mengolok-olok personal, bukan argumen, di belakang panggung memperlihatkan sikap tidak satria itu," kata Ray kepada wartawan, Minggu (17/12/2023).
Dia pun menyayangkan Prabowo berbicara "etik ndasmu", sosok yang disebut-sebut punya peluang menang Pilpres 2024.
"Tentu sangat disayangkan sikap atau perilaku seperti ini muncul dari seorang calon presiden yang disebut-sebut lembaga survei sebagai calon pemenang bahkan dalam satu putaran," ujar Ray.
Namun, Ray mengaku tidak terkejut Prabowo berbicara etik ndasmu, karena sebagian politikus di Indonesia memang tidak memahami atau memandang penting moralitas dalam demokrasi.
"Saya tidak terlalu terkejut akan hal ini. Bahwa sebagian politisi kita tidak memahami atau memandang penting moralitas dalam demokrasi. Bagi mereka, hal itu barang asing, ide yang terlalu sulit dipahami," ucapnya.
Dia mengatakan, sebagian politikus melihat demokrasi sebagai seperangkat aturan, bukan norma.
Kubu ini yang disebut kemudian penganut paham demokrasi minimalis.
"Penganut paham demokrasi minimalis itu hanya kenal boleh atau tidak. Bukan baik atau buruk. Maka, jika hukum menyatakan boleh, mereka akan melakukannya dan sebaliknya, bahkan ketika hukum boleh itu tidak menunjang kebaikan bagi republik," ungkap Ray.
Ray menjelaskan, penganut paham demokrasi minimalis umumnya hanya berpikir tentang dirinya.
"Apa yang baik baginya, bukan apa yang baik bagi kepentingan publik. Kata publik itu mereka pahami sebatas bagian dari kepentingan mereka itu. Bukan entitas otonom yang menjadi lahan bagi individu untuk berbuat baik. Dalam bahasa lain, publik lah yang melebur untuk dirinya bukan sebaliknya," katanya.
Terpisah, Analis politik yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah mengatakan, pernyataan Prabowo Subianto soal "ndasmu etik" sangat memprihatinkan.
"Sindiran Prabowo terkait pertanyaan Anies Baswedan dalam debat hingga memunculkan ucapan 'ndasmu' ini saya kira sangat memprihatinkan," kata Dedi kepada wartawan, Sabtu (16/12/2023).
Menurut Dedi, pernyataan 'ndasmu etik' yang beredar melalui video itu menunjukan Prabowo tak layak dipilih di Pilpres 2024.
Sebab, kata dia, sudah banyak rangkaian Prabowo menunjukkan blunder.
"Prabowo bahkan dengan banyak rangkaian ekspresi sikap layak untuk masuk dalam kategori tokoh untuk seharusnya dihindari untuk dipilih," ujarnya.
Dedi menganggap, dari berbagai blunder tersebut menunjukkan Prabowo beda dengan gaya politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kalau beberapa waktu lalu Prabowo berupaya menjadi atau meratifikasi Jokowi, saya kira sifat dan ucapan Prabowo sangat jauh sekali dengan apa yang ditunjukan Jokowi selama ini," ucapnya.
Menurutnya, Prabowo bukan sekali melontarkan dan mengekspresikan sikap yang kurang pantas.
Andaipun itu candaan, tetap tidak tepat dilakukan Prabowo.
"Prabowo memiliki masalah tata kelola emosi, pemilih bisa semakin khawatir dengan cara memimpin Prabowo jika demikian," ungkap Dedi.
Dedi menjelaskan, dengan adanya hal itu semua, Prabowo dianggap berpotensi gagal menggaet suara mayoritas di Pulau Jawa.
Sebaliknya, hal tersebut bisa menguntungkan secara elektoral ke kompetitornya capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan capres nomor 1, Anies Baswedan.
"Bahkan imbasnya Prabowo bukan tidak mungkin bisa gagal mendapatkan suara mayoritas di Pulau Jawa dan ini bisa saja menjadi pertarungan antara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo," katanya.
"Meskipun dalam berbagai skema pemilih Prabowo itu relevansinya dengan pemilih Ganjar. Sehingga Prabowo mendapatkan penilaian buruk besar kemungkinan elektabilitas Ganjar bisa meningkat," ujarnya. (tribunnews.com/ Igman/ fersin/ Ibriza/ umam)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.