Pilpres 2024
Hasto Klaim Perolehan Suara Ganjar-Mahfud 33 Persen, Prabowo-Gibran 43 Persen
Dari hasil audit forensik pakar IT PDIP, Hasto menyebut perolehan suara Ganjar-Mahfud mencapai 33 persen, kemudian Prabowo-Gibran 43 persen.
Penulis:
Rifqah
Editor:
Garudea Prabawati
Hasto bahkan menilai, Pemilu 2024 ini merupakan perpaduan sempurna dari seluruh kecurangan yang terjadi dalam Pemilu.
Mulai dari tahun 1971 era Orde Baru dan Pemilu tahun 2009 era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Selain itu, Hasto juga menduga kecurangan Pemilu 2024 terjadi dari hulu ke hilir.
Dikatakan Hasto, hal tersebut bisa dilihat mulai dari rekayasa di Mahkamah Konstitusi (MK) hingga pengerahan aparat negara untuk pemenangan salah satu calon.
"Kalau dulu (Pemilu 1971 dan 2009) menggunakan instrumen kekerasan yang dilakukan oleh ABRI dengan sumber daya, yang tidak terbatas."
"Saat ini pun juga sama dilakukan oleh instrumen negara yang seharusnya netral dengan sumber-sumber daya dari negara," kata Hasto, saat diskusi publik bertajuk 'Sirekap dan Kejahatan Pemilu 2024, Sebuah Konspirasi Politik' di Sekretariat Barikade 98, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (18/3/2024).
Hasto pun mengungkapkan, Sirekap milik KPU RI hanya menjadi salah satu instrumen yang dipergunakan untuk membangun suatu persepsi baik itu melalui quick count.
Namun, pada kenyataannya, Sirekap bisa diintersep dan kemudian rekapitulasi secara berjenjang di KPU yang ternyata tidak ada metadatanya.
"Bagaimana suatu peristiwa yang sangat penting sebagai cermin dari kedaulatan rakyat itu ternyata metadata tidak ada," ungkapnya.
"Sehingga, berbagai upaya untuk menggunakan sirekap di dalam membenarkan terhadap apa yang menjadi konspirasi dan kejahatan pemilu yang dilakukan secara sengaja, demi memperpanjang kekuasaan, melalui abuse of power, dari Presiden Jokowi, itu betul-betul dilakukan," sambung Hasto.
Hasto Tuding Ada Kekuatan Besar di Belakang KPU
Sebelumnya, selain perolehan suara Ganjar-Mahfud, Hasto juga mengklaim suara pemilihan legislatig (Pileg), dalam hal ini, partai politik (parpol) pendukung Ganjar-Mahfud di Pemilu 2024 dikecil-kecilkan.
Maka dari itu, Hasto pun menduga ada kekuatan besar di belakang KPU buntut hal tersebut.
"Maka kami bertemu dengan pakar IT tidak hanya terkait dengan KPU. Ada kekuatan besar di belakang KPU yang kemudian menggunakan sirekap untuk merancang suatu desain melalui quick count," kata Hasto kepada awak media di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (9/3/2024).
"Pileg itu misalnya exit poll menunjukkan bagaimana Gerindra setidak-tidaknya nomor 2. Lalu ada suatu upaya untuk mengintersep quick count untuk pemilu legislatif. Sehingga akhirnya partai Gerindra muncul ketiga," lanjutnya.
Dikatakan Hasto, suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dibesar-besarkan. Sementara, partai yang mendukung Ganjar-Mahfud dikecil-kecilkan.
"PDIP, PPP dikecil-kecilkan. Bahkan nanti bisa tercatat. Bahwa pemerintahan rezim ini menghilangkan sejarah partai Ka'bah," kata Hasto.
"Perindo, Hanura dikecil-kecilkan. Siapa yang mendukung Ganjar-Mahfud dikecil-kecilkan, oleh manuver dari rezim yang ingin memperpanjang kekuasaan," tegasnya.
(Tribunnews.com/Rifqah/Rahmat Fajar Nugraha/Wahyu Aji/Reza Deni)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.