Pilpres 2024
Habiburokhman Balik Sentil Hasto Buntut Ibaratkan Gibran bak Sopir Truk GT Halim hingga PDIP Khilaf
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman menyentil sosok Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.
Penulis:
Milani Resti Dilanggi
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman menyentil sosok Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.
Hal itu menyikapi sindiran Hasto yang menyebut PDI Perjuangan (PDIP) Khilaf mencalonkan Gibran Rakabuming Raka sebagai Calon Wali Kota Solo pada 2020 Lalu.
Hasto juga sempat menyentil Gibran yang diibaratkan sopir truk yang menyebabkan kecelakaan di Gerbang Tol Halim Utama, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Habiburokhman menilai, Hasto adalah sosok yang berjiwa kerdil.
"Dengan pernyataan tersebut, kami melihat Pak Hasto adalah sosok yang berjiwa kerdil, seorang politisi yang tidak bisa melihat kekalahan secara gentleman," ujar Habiburokhman, Minggu (31/3/2024) dikutip dari YouTube KompasTV.
Menurut Habiburokhman, sikap Hasto tak mencerminkan seorang negarawan yang seharusnya menunjukkan sikap saling menghormati sesama kompetitor.
"Dia tidak sebagai kapastitas sebagai seorang negarawan yang harusnya menunjukkan sikap respect terhadap kompetititor," tuturnya.
Ia pun menilai, Hasto bukan-lah sosok contoh yang baik bagi generasi muda.
"Pak Hasto ini bukan contoh yang baik buat generasi muda dan kita semua," kata Habiburokhman.
Sebelumnya, Hasto menyamakan Gibran dengan sopir truk yang menyebabkan kecelakaan beruntun di GT Halim.
Hasto mengatakan, sopir truk tersebut masih berusia 17 tahun serta belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).
Baca juga: VIDEO Hasto Akui PDIP Khilaf Calonkan Gibran Sebagai Wali Kota Solo: Sulung Jokowi Beri Respons
Ia menekankan pentingnya kedewasaan bagi seseorang untuk mengemban jabatan tertentu.
"Ini sebagai contoh bagaimana ketika orang hanya berorientasi pada hasil, (sementara) proses, usia itu diabaikan, maka ini juga berbahaya," kata Hasto dalam sebuah diskusi daring pada Sabtu (30/3/2024).
Ia kemudian mengkaitkan dengan dinamika dan persoalan di negara saat ini.
Menurutnya, mengelola suatu negara sebesar Indonesia dengan segala persoalan adalah urusan yang kompleks.
Sehingga, bagi Hasto, diperlukan adanya sosok yang matang dan cukup dewasa untuk mengurusi PR itu.
"Masalah ekonomi, masalah sosial, persoalan geopolitik, persoalan kemiskinan, persoalan egoisme agama yang juga masih sering kali menjadi persoalan terkait dengan mental spiritual kita," ujarnya.
"Di tengah-tengah itu muncul suatu tampilan bagaimana seorang anak presiden yang batas usia belum mencukupi, wali kota juga baru dua tahun, kemudian mendapatkan suatu preferensi," ucap Hasto.
Hasto Sebut PDIP Khilaf
Hasto juga mengatakan bahwa PDIP khilaf mengusung Gibran sebagai Wali Kota Solo.
Hasto menuturkan, saat itu PDIP mengusung Gibran sebagai wali kota solo karena melihat kepemimpinan Presiden Jokowi berhasil membawa kemajuan untuk Indonesia.
"Ya, kami jujur saja khilaf ketika dulu ikut mencalonkan Gibran karena kami juga di sisi lain memang mengakui terhadap kemajuan yang dilakukan Pak Jokowi," kata Hasto dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (30/3/2024).
Namun, pihaknya kemudian menyadari ternyata kemajuan itu dipicu beban utang pemerintah yang sangat besar.
Menurut Hasto, utang pemerintah hampir mencapai 196 miliar USD, lalu swasta dan BUMN hampir mencapai 220 miliar USD.
"Ketika ini digabung maka ke depan kita bisa mengalami suatu persoalan yang sangat serius," terangnya.
Di sisi lain, penyesalan itu juga lantaran Jokowi dianggap melakukan praktik nepotisme.
Selain Gibran yang dinyatakan memenangkan Pilpres 2024 bersama Prabowo, saat ini hampir seluruh keluarga atau orang dekat Jokowi digadang-gadang untuk maju dalam kontestasi Pilkada 2024.
"Hampir seluruh keluarga Pak Jokowi, siapa yang dekat dengan Pak Jokowi untuk maju," ucap Hasto.
Bahkan, ungkapnya, untuk menempati posisi jabatan strategis harus mengenal Jokowi sejak menjadi Wali Kota Solo.
"Kami melihat untuk menjadi pejabat Indonesia itu harus kenal Pak Jokowi dulu di Solo. Ini kan anti-meritokrasi, apakah Solo betul-betul menjadi wahana penggemblengan?" ujarnya
(Tribunnews.com/Milani Resti/Fersianus Waku)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.