Jumat, 5 September 2025

Pilpres 2024

Pengamat Nilai Narasi 'Politik Tengah' Jadi Alasan Prabowo dan Partai Golkar Menang Pemilu 2024

Hasil Pemilu 2024 menunjukkan bahwa perilaku politik masyarakat hari ini lebih banyak memilih politik tengah atau konsensual politik

Penulis: Reza Deni
Editor: Erik S
Istimewa
Prabowo Subianto dan Airlangga Hartarto di Kantor DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Neli, Jakarta Barat pada Kamis (31/8/2023). 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Direktur Eksekutif Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) Dimas Oky Nugroho menilai masyarakat yang lebih memilih narasi tengah menjadi alasan atas kemenangan Prabowo-Gibran dalam pilpres, serta kenaikan suara Partai Golkar yang signifikan di pileg pada Pemilu 2024.

Dimas menyatakan bahwa terlepas dari berbagai kontroversi yang terjadi, hasil Pemilu 2024 menunjukkan bahwa perilaku politik masyarakat hari ini lebih banyak memilih politik tengah atau konsensual politik sebagai jalan politik terbaik untuk Indonesia. 

"Saya melihat publik telah merasakan political fatigue, perasaan lelah dan jenuh melihat konflik atau kegaduhan politik sehingga yang terjadi ada keinginan publik untuk berada di posisi tengah dan mendukung jalan tengah, narasi tengah. Jadi tidak terlibat dalam berbagai paradigma politik yang konfliktual, tidak terlalu kanan ataupun kiri, jadi mereka memilih jalan politik tengah, yang sifatnya konsensual", kata Dimas dalam keterangannya, Jumat (19/4/2024).

Baca juga: Perludem Nilai Perlunya Pengadilan Rakyat untuk Koreksi Dugaan Kecurangan Pemilu 2024

Dalam konteks tersebut, Dimas menjelaskan sosok Prabowo dan Partai Golkar menjadi dua entitas politik yang paling diuntungkan sebagai figur tengah dan juga partai tengah. 

Di satu sisi, kata Dimas, Partai Golkar berhasil menawarkan jalan tengah atas kejenuhan masyarakat terhadap model politik yang cenderung eksklusif dan terkesan arogan yang selama ini dimainkan oleh kubu-kubu politik yang dominan.

"Jalan tengah ini sesungguhnya adalah platform politik konsensual yang ditawarkan oleh partai tengah atau biasa disebut central pivotal party. Di Indonesia yang punya karakteristik seperti itu secara historis dan teknokratis ya domainnya Partai Golkar," kata dia.

Sementara di sisi lain, menurut Dimas, Prabowo juga berhasil memposisikan diri sebagai figur yang berada di sentrum yang dipersepsikan mampu menengahi berbagai kegaduhan politik, misalnya antara Jokowi dengan Megawati di domain nasionalis, sekaligus di domainnya kalangan politik berbasis identitas. 

"Nah di sini ketemu puzzlenya, kenapa kemudian terjadi peningkatan suara yang cukup signifikan terhadap Partai Golkar dan kemenangan besar bagi Prabowo. Kenapa Golkar dan bukan Gerindra? Golkar dengan kepemimpinan Airlangga Hartarto mampu memposisikan diri selama lima tahun terakhir pemerintahan Jokowi sebagai partai tengah teknokratik dengan kualifikasi kader yang merata," kata dia. 

Apalagi, publik membaca bahwa variabel karakteristik Prabowo yang berada di atas semua golongan ini sejalan dengan karakteristik politik yang dicitrakan oleh Partai Golkar sebagai partai tengah. 

Baca juga: Dave Laksono: Partai Vladimir Putin Puji Airlangga Pimpin Golkar Menang Pemilu 2024

Bukan kebetulan juga kalau Prabowo sendiri adalah alumni Partai Golkar.

"Hal ini juga menjadi jawaban mengapa Gerindra tidak mendapatkan advantage yang besar ketika Prabowo adalah capres yang menangnya luar biasa, justru Partai Golkar yang mendapat coattail effect," tandas Dimas.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan