Senin, 25 Agustus 2025

Pakai Botol Plastik Bekas, Abdul Latif Pentaskan Wayang Sasak Lombok

Dalang wayang Sasak Abdul Latif Apriaman bereksperimen menggunakan botol bekas sebagai figur wayang dalam pentas di Bale Berayan, Mataram, Lombok, NTB

TRIBUN LOMBOK/ROBBY FIRMANSYAH
Abdul Latif, satu di antara pendiri Sekolah Pedalangan Wayang Sasak menggunakan boto plastik bekas sebagai figur wayang dalam pentas di Bale Berayan, Mataram, Lombok, NTB, Kamis (6/4/2023). 

TRIBUNNEWS.COM, MATARAM – Abdul Latif Apriaman, satu di antara pendiri Sekolah Pedalangan Wayang Sasak (SPWS) memanfaatkan botol bekas dalam pentas wayang Sasak.

Menurut Abdul Latif, ide penggunaan botol bekas sebagai wayang karena saat itu harga kulit untuk membuat wayang mahal.

Di sisi lain, dia melihat banyak sampah botol plastik tidak dimanfaatkan dengan baik. Sehingga mereka mencoba membuat terobosan baru.

"Kalau pakai kulit harganya mahal, sekitar Rp500 ribu, di tempatkan kita juga banyak sampah plastik," kata Abdul Latif, yang ditemui di Bale Berayan Mataram, Kamis (6/4/2023).

Dosen UIN Mataram ini menjelaskan, dahulu wayang dibuat dengan cara botol plastik dibelah dijadikan lempengan kemudian dibuat menjadi wayang.

Namun cara ini dinilai tetap menghasilkan sampah sisa potongan plastik, sehingga wayang dibuat tanpa perlu merusak botol.

Tubuh wayang botol selain dibuat pertunjukan, bisa juga dimanfaatkan sebagai tempat menaruh sampah plastik kecil seperti bungkus permen.

Wayang botol ini juga sebagai bentuk gerakan peduli sampah.

Gerakan ini ditujukan kepada anak-anak, untuk memberikan kesadaran menjaga lingkungan.

"Persoalan paling mendasar ada pada kesadaran masyarakat, mau keluar biaya sebesar apapun akan sia-sia," kata Latif.

Sekolah Pendalangan Wayang Sasak didirikan tahun 2015. Sekolah ini diperakarsai Fitri Rachmawati bersama beberapa wartawan dan aktivis sastra.

Sementara pemanfaatan botol plastik sebagai wayang dimulai tahun 2018.

Sekolah ini juga ditujukan untuk mengajarkan anak-anak agar suka dengan wayang.

Selain itu, Abdul Latif menjelaskan, alasan berdirinya sekolah dalang, salah satunya karena ingin melestarikan tradisi pewayangan Sasak.

"Saat ini dunia pewayangan sudah ditinggalkan orang," jelasnya.

Kamis (6/4/2023), Sekolah Pendalangan Wayang Sasak mengadakan pementasan di Bale Berayan, Lingkungan Bandega, Tanjung Karang, Kota Mataram.

Pementasan ini bertemakan "Wayang Botol Lawan Hoax".

Dalam cerita yang dibawakan, dikisahkan dua tokoh utama seorang perempuan bernama Wa dan seorang laki-laki bernama Toll.

Pemberian nama ini merupakan singkatan dari Watol yang berarti Wayang Botol.

Dialog antar tokoh memberikan edukasi tentang bagaimana menangkal hoax.

Dalam cerita tersebut digambarkan bagaimana dahulu saat Pemilu 2019 perpecagan timbul di tengah masyarakat. Perpecahan antara dua kubu, cebong dan kampret yang tidak bisa dibendung.

Perpecahan yang timbul akibat masyarakat sangat mudah termakan berita hoax yang disebar melalui media sosial.

Dalam cerita yang dibawakan, disampaikan bagaiamana menilai berita itu benar atau hoax dengan melalukan cek fakta.

Di tengah-tengah pementasan sesekali dalang bernyanyi yang diiringi gitar.

Sementara itu penonton terlihat terbawa suasana saat menonton pentas tersebut.

Hadir pada acara pementasan ini mahasiswa Universitas Nahdatul Ulama Mataram, pers Mahasiswa se-Kota Mataram, dosen serta wartawan.

Selesai pementasan, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi terkaiat menangkal hoax menjelang Pemilu 2024.

Kemudian kegiatan ditutup dengan acara buka bersama.(Tribunnews.com/TribunLombok/Robby Firmansyah)

ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ; 

Baca Selanjutnya: Inspirasi sekolah pedalangan wayang sasak manfaatkan botol plastik sebagai wayang

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan