Penataan Pedagang di Pasar Minggu
Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Minggu Enggan Masuk Lokasi Baru
Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Pasar Minggu sudah mencapai tahap akhir
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Dwi Rizki
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Pasar Minggu sudah mencapai tahap akhir. Proses perbaikan dan perluasan area relokasi serta pengundian PKL juga sudah selesai dilakukan.
Namun, upaya Pemprov DKI Jakarta untuk menata Jakarta Baru masih kurang diapresiasi oleh para pedagang maupun warga. Sebab, selain lokasi lapak pedagang baru masih sepi pengunjung, pedagang pun masih enggan menempati lapak-lapak yang sudah disediakan. Kurangnya animo pedagang maupun pengunjung bisa dilihat di kedua area relokasi PKL, yakni gedung PD Pasar Minggu dan Lokasi Binaan (Lokbin) Pasar Minggu.
Walaupun lapak-lapak pedagang sudah rampung dan siap ditempati, beberapa pedagang mengaku enggan menempati lokasi berjualan baru karena sepi pengunjung. Seperti halnya Siti komariah (36) Pedagang jeruk yang menempati lapak nomor 38 di Blok B Lokbin Pasar Minggu.
Dirinya yang terlihat duduk dan berjualan di sisi kiri jalan depan Blok A Lokbin Pasar Minggu mengaku enggan masuk dan menempati lapak hasil undian miliknya dikarenakan sepinya pengunjung. Sebab, menurut pengalamannya mencoba berjualan selama tiga hari di bagian tengah area lapak seluas sekitar 1000 meter persegi itu, tidak satu kilogram pun buah jeruk medan dagangannya laku terjual.
"Habis sepi banget mas di dalam sana (Blok B), memang seharusnya kita nggak boleh jualan di sini, tapi apa boleh buat, kalau nggak begini saya bisa gigit jari. Buah busuk, modal nggak balik," jelasnya yang setengah mengantuk menunggu pembeli.
Diungkapkannya, walaupun dirinya dan sebagian besar pedagang buah sudah mendapat lapak dan terdaftar langsung di Blok B Lokbin Pasar Minggu, dirinya mengaku kerap kucing-kucingan dengan pengelola Lokbin untuk bisa berdagang dan menempati sisi Jalan persis di depan Terminal Pasar Minggu.
"Kita ngakalinnya ya dagang pagi-pagi, sekitar jam 5 pagi saya sudah datang, kan belum diusir, soalnya masih nyampur sama pedagang malam. Tapi sekitar jam 6, bu Endang (Kepala UPT Lokbin DKI Jakarta) datang, kita sedikit-sedikit mundur, sampai ke sini," ungkapnya sambil menunjuk batas trotoar Blok A Lokbin Pasar Minggu.
Hal serupa juga diungkapkan Ratiyem (60) Pedagang Melon yang menempati lapak nomor 29 Blok B Lokbin Pasar Minggu. Dikatakannya, kondisi sepinya pengunjung membuat dirinya harus kehilangan modal hingga ratusan ribu rupiah. Oleh karena itu, dirinya pun tetap bersikukuh berjualan di ruas jalan sisi kiri Lokbin Pasar Minggu.
"Rugi banget mas, buah pada busuk semua, sekarang aja baru laku dua, ya Alhamdulillah sih, tapi beda banget waktu jualan di pinggir jalan dulu," ungkapnya sembari cemberut menyusun melon miliknya diatas tampah bambu miliknya.
Memang diakuinya, pengelola Lokbin Pasar Minggu sudah memberikannya lapak yang cukup luas kepadanya, yakni berukuran 1,5x1,5 meter persegi. Akan tetapi, keberadaan para pedagang yang menempati lapak sementara di area parkiran Blok A lokbin, membuat dirinya dan seluruh pedagang buah yang menempati lapak Blok B Lokbin Pasar Minggu harus kembali mengelus dada.
"Habis pedagang buah yang di sini (lapak sementara di area parkiran Blok A lokbin) posisinya paling depan, nah kalau Blok B ada jauh di belakang. Gimana pembeli mau melongok ke belakang, lah wong semua buah sudah ada di depan," jelasnya.
Oleh karena itu, dirinya berharap adanya kesamarataan antara sesama pedagang, sehingga seluruh pedagang bisa ditempatkan di area belakang Lokbin atau di Blok B dan C Lokbin Pasar Minggu. Sementara itu, lokasi lapak sementara di area parkiran Blok A Lokbin bisa dikembalikan fungsinya menjadi area parkir kendaraan.
"Kalau begini terus ya sampai kapan juga nggak akan laku dagangannya, makanya saya jualan di sini, supaya bisa kebagian rejeki," ungkapnya tersenyum.
Sementara itu, pemandangan serupa juga terlihat di tiga area relokasi yakni lokasi parkiran lantai satu Blok B serta lantai satu dan dua Blok C Gedung PD Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Selain karena sepi pengunjung, belum adanya aktivitas jual-beli di lokasi ini juga dikarenakan belum adanya pedagang yang memulai berjualan.
Namun, pedagang sudah terlihat datang ke area relokasi Gedung PD Pasar Minggu. Beberapa orang pedagang sibuk membuat meja dan etalase dagangan dari bahan kayu kaso dan triplek, sedangkan lainnya hanya melihat-lihat untuk merencanakan bentuk etalase dari lapak yang hanya sebesar 1,5x1,5 meter persegi itu.
Salah seorang diantaranya adalah Herman S (46) pedagang sandal yang menempati lapak parkiran lantai satu Blok B gedung PD Pasar Minggu. Diungkapkannya, dirinya yang merupakan PKL bekas bongkaran stasiun Pasar Minggu itu merasa pesimis bisa berjualan ditempat yang baru ini. Sebab, katanya selain lapaknya yang sempit dan sangat terbatas, informasi mengenai perpindahan para PKL juga belum terlihat dilakukan oleh pihak pemerintah.
"Duh sempit banget mas, cuma selangkah lapaknya, sudah begitu, tinggi etalase juga nggak boleh lebih dari 1,6 meter. Terus kalau begini bagaimana kita bisa jualan. Yang ada malah rugi karena nggak bisa tawarin banyak model," ungkapnya sembari menyambung meja dengan etalase berbahan kayu miliknya.
Walau begitu, diharapkannya, agar pihak pemerintah bisa memberikan sosialisasi kepada warga secara terpadu. Sehingga, katanya, keberadaan para pedagang ex PKL bisa diketahui masyarakat umum.
"Kan bisa pasang spanduk di mana-mana, supaya orang bisa lihat dan datang langsung ke sini, jangan cuma di relokasi, tapi kondisi lapaknya sepi pembeli," jelasnya.
Kepala Pengelola PD Pasar Minggu, Ruyani mengatakan, alasan ketiga area relokasi PKL belum terisi dan ditempati pedagang adalah karena belum adanya kesiapan para pedagang masing-masing. Sebab terhitung sejak hari Senin tanggal 9 September 2013 pihak pengelola sudah memperbolehkan pedagang untuk masuk dan bisa berjualan.
"Hari ini pedagang sudah bisa masuk dan berjualan. Ada sebanyak 184 orang pedagang sudah diberikan lapak sesuai dengan hasil pengundian lapak minggu kemarin," jelasnya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala UPT Lokbin DKI Jakarta Endang. Dikatakannya, masih ramainya pedagang di luar area lapak sementara parkiran Blok A Lokbin Pasar Minggu dan belum masuknya pedagang di dua area Lokbin lainnya, yakni Blok B dan C Lokbin Pasar Minggu, dikarenakan banyak pedagang yang masih enggan berjualan karena sepinya pengunjung yang datang.
Adanya permasalahan baru tersebut, dirinya pun seakan tidak tega melihat banyaknya barang dagangan pedagang yang tidak laku dan berakhir busuk. Oleh karena itu, pihaknya akan merelokasi sebagian pedagang yang bertempat di Blok B dan C Lokbin Pasar Minggu untuk ditempatkan di beberapa area Blok A yang masih kosong. Sedangkan, lokasi Blok B akan diusulkan untuk dijadikan lokasi parkiran sepeda motor.
"Di hari pertama pedagang masuk Blok B, saya datang dan duduk seharian, kalau saya perhatikan memang benar nggak ada pembeli yang datang. Hari berikutnya juga begitu, sampai seminggu ke depan. Saya jadi nggak tega, di satu sisi ngenes (iba) lihat dagangan seperti buah sama sayuran busuk, di sisi lain harus tegas tertibkan PKL," jelasnya.
Oleh karena itu, dirinya pun membiarkan para pedagang masih menempati area diluar lokasi parkiran Blok A Lokbin Pasar Minggu. Namun dengan catatan, para pedagang bisa tertib dan menurut untuk masuk ke dalam area Blok B apabila pembeli sudah ramai. Selain itu, pihaknya pun menerapkan sistem absensi kepada para pedagang setiap hari, untuk menertibkan dan mencegah pedagang pindah lapak sembarangan.
"Kita absen satu-satu tiga kali seminggu, ya mau nggak mau itu harus dilakukan. Yah ada lucunya juga sih, jadi kalau setiap pagi saya sama petugas datang ke Blok A, pedagang sudah langsung teriak 'selamaat pagii bu guruu' saya cuma senyum, dan ngomel sedikit, karena masih banyak yang bandel, ada yang suka nggak tertib," ungkapnya sembari tertawa.