Selasa, 26 Agustus 2025

Polemik Kalijodo

Keluhan Eks Warga Kalijodo Setelah Dua Bulan Penggusuran

Melly hanya mengandalkan usaha dari anaknya yang berjualan ayam bakar di dalam komplek rusun.

Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Hasanudin Aco
Tribunnews.com/Amriyono Prakoso
Suasana di Rusun Pulogebang, Jakarta Timur. Di sini sejumlah warga eks Kalijodo bermukim setelah digusur. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua penggusuran di kawasan Kalijodo dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta berlalu.

Kawasan yang hendak dijadikan taman dan sarana berolahraga oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok itu kini terus berbenah.

Akibat penggusuran, warga yang dulu sempat tinggal di kawasan itu pun harus pindah ke rumah susun yang disediakan untuk Pemprov, seperti di Rusun Pulogebang, Jakarta Timur.

Melly (53), seorang warga di Kalijodo memilih tinggal di Rusun Pulogebang karena tidak ada tempat tinggal lainnya yang dirasa lebih layak.

Dia bersama puluhan eks warga Kalijodo lainnya, kini menempati Blok H Rusun Pulogebang yang berlantai lima dan memiliki 86 unit kamar dalam satu gedung.

Melly merasa semua hal dimulai dari awal ketika ia bersama dua anak dan dua cucunya pindah ke rusun itu.

"Kami mulai dari nol lagi. Hidup kami berubah. Semuanya," jelas Melly ketika ditemui Tribunnews.com di kediamannya, Jakarta, Jumat (6/5/2016)

Melly yang sempat memiliki enam unit rumah di Kalijodo dan 70 kamar untuk kos, kini hanya menempati unit dengan luas 36 meter persegi dengan satu kamar tidur dan satu kamar mandi serta balkon untuk menjemur di bagian belakang.

Selama berada di Rusun, Melly hanya mengandalkan usaha dari anaknya yang berjualan ayam bakar di dalam komplek rusun.

Jika dibandingkan dengan kehidupannya yang sudah puluhan tahun di Kalijodo, dia menyampaikan hal itu sangat jauh.

"Tidak bisa dibandingkan, saya bisa dapat Rp 15 juta sebulan di Kalijodo. Di sini, ya begitulah," tambahnya.

Susah Usaha

Melly mengatakan bahwa dia sulit untuk melakukan usaha demi menunjang kehidupannya selama di Rusun Pulogebang. Kesulitan ditemui ketika jarang sekali warga yang berada di rusun untuk membeli dagangan yang dia jual, sedangkan harga bahan pokok berbeda antara di kawasan Kalijodo dengan di Pulogebang.

"Di sini sayuran dan bahan buat makanan lebih mahal dibanding di Kalijodo. Mau jualnya bingung, tidak balik modal," ungkapnya.

Dia membandingkan ketika berada di Kalijodo untuk harga satu mie instan yang sudah dimasak sebesar Rp 10 ribu, ketika dia jual Rp 8 ribu di rusun, warga yang berada disana, enggan membeli.

Halaman
12
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan