Kamis, 11 September 2025

Vaksin Palsu

Orangtua Korban Vaksin Palsu Tak Menyangka Dokter Indra yang Dermawan dan Rajin Salat Jadi Tersangka

Orang tua yang anaknya menjadi korban vaksin palsu di RS Harapan Bunda tak menyangka dr Indra salah seorang tersangka praktik vaksin palsu.

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Dewi Agustina
Tribunnews.com/ Theresia Felisiani
Keluarga dan kuasa hukum dokter Indra usai menjenguk di Bareskrim Polri. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah orang tua yang anaknya menjadi korban vaksin palsu di RS Harapan Bunda, Kramat Jati, Jakarta Timur tak menyangka dr Indra yang dikenal religius menjadi salah seorang tersangka praktik vaksin palsu ke pasien.

Para keluarga pasien juga tahu bahwa dr Indra yang mereka kenal selama ini adalah pribadi yang baik dan ramah serta rutin menunaikan ibadah salat wajib di ruang kerjanya di sela tugasnya melayani pasien.

Triyono (31), ayahanda dari pasien Febian (1 thn) menceritakan, beberapa kali mendapati dokter tersebut melaksanakan ibadah salat lima waktu di sela tugasnya.

"Saya sering lihat dia salat di ruang kerjanya. Dia juga terbilang dokter yang ramah," ujar Tri di RS Harapan Bunda.

Ia menceritakan, putranya lahir dan mendapatkan vaksinasi di RS Harapan Bunda melalui dr Indra sejak Agustus 2015. Di antaranya vaksin engerix B, Hepatitis B dan BCG. Biaya sekali vaksin rata-rata Rp 700 ribu sampai Rp 1 juta.

"Terakhir vaksin bulan lalu," ujarnya.

Hampir sama dengan cerita dengan sejumlah orangtua pasien lainnya, Tri tak menaruh curiga ditawarkan perawat dr Indra menawarkan vaksin milik pribadi.

"Susternya bilang, stok vaksin rumah sakit lagi nggak ada, adanya vaksin yang ini. Dan bayarnya cash yah'. Begitu bilangnya. Dokter Indra nya ada kok di ruangan itu. Dia tahu. Yah, saya nggak curiga. Lagipula, anak saya mau suntik apa saja saya yah nggak ngerti kandungannya. Tahunya mau divaksin," tuturnya.

Karena awam tentang peraturan rumah sakit dan dokter, Tri juga tak menolak saat diminta oleh perawat tersebut agar pembayaran vaksinasi dilakukan secara tunai dan tidak dilakukan di kasir rumah sakit.

"Pembayarannya kebanyakan tunai ke perawat atau susternya dokter Indra. Tanda terimanya cuma kuitansi," terangnya.

Seperti sejumlah orangtua pasien lainnya, Tri juga sangat khawatir dengan kelanjutan kesehatan maupun imunitas anaknya kendati belum ada kepastian buah hatinya itu terpapar vaksin palsu.

"Pernah beberapa kali badan anak saya panas. Tapi, saya bagaimana bisa curiga itu karena vaksin dari dokter Indra," ujar dia.

Perilaku religiusnya dr Indra juga disampaikan orangtua yang anaknya diduga terpapar vaksin palsu di RS Harapan Bunda, Anto (41).

Bahkan, pernah sekali waktu dr Indra menjadi imam salat di musala rumah sakit.

"Jadi, setelah selesai anak saya disuntik vaksin, eh dokter Indra nya minta izin, bilang mau salat dulu. Saya turun ikut mau salat ke bawah. Tahu-tahu, dia yang imami kami-kami yang salat," ujarnya. "Makanya saya agak nggak percaya dia berbuat jahat," sambungnya.

Hal senada diutarakan oleh ibunda pasien dari dr Indra lainnya, Hilda.

"Dia orangnya religius. Kalau lagi praktik juga suka pakai kopiah hitam. Orangnya juga baik, kalau ditelepon untuk konsultasi juga mau angkat," ujarnya.

Sebelumnya, pihak RS Harapan Bunda menyampaikan bahwa yang diduga vaksin palsu jenis Pediacel di rumah sakitnya terjadi sejak Maret 2016.

Namun, hingga saat itu belum ada konfirmasi dari pihak Bareskrim Polri selaku pihak yang tengah menangani kasus vaksin palsu ini.

Sejumlah orangtua pasien vaksin di RS Harapan Bunda pun menyangsikan klaim dari pihak rumah sakit itu.

"Saya nggak percaya orang rumah sakit bilangnya vaksin palsu baru mulai ada tahun ini," ujar Evi (39), orangtua dari Dafa (10).

"Anak saya lahir 2006 dan sudah tiga kali vaksin di rumah sakit ini. Yang menjadi pertanyaan saya, bagaimana memastikan kalau anak saya itu tidak diberi vaksin yang palsu. Yah, tentu saya khawatir," ujar Evi.

Meski bukan ditangani oleh dr Indra, Evi menceritakan, anaknya hingga saat ini masih sering mengalami alergi.

"Anak saya sudah tiga kali kena typus. Anak saya juga nggak bisa ada di ruangan dingin. Dia suka alergi dingin dan debu. Dia sering batuk, flu hampir setiap pagi. Saya memang belum pernah cek medis alergi itu karena dokter bilang nanti tangan banyak jarum infus dan sebagainya," terangnya.

Dikenal Dermawan
Pihak keluarga dan orang terdekat yang bekerja di RS Harapan Bunda mempunyai penilaian positif terhadap sosok dr Indra Sugiarno kendati banyak orangtua pasien menghujat dokter tersebut karena diduga pelaku pemberi vaksin palsu ke anak mereka.

Seperti diutarakan oleh petugas kebersihan di RS Harapan Bunda, Parmin (40). Menurutnya, dr Indra terbilang dokter yang dermawan dan baik hati terhadap orang sekitar yang tengah kesulitan.

Ia menceritakan, hampir setiap bulan dr Indra memberikan uang sebesar Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu ke sejumlah petugas kebersihan atau Office Boy (OB) rumah sakit.

"Dokter Indra itu orang baik. Sudah banyak OB yang dikasih uang dari dia. Itu bukan uang tips atau dalam rangka THR, yah dia lakukan itu karena tahu penghasilan OB kecil," ujarnya.

Parmin sendiri mengalami kedermawanan dr Indra.

"Saya tahun lalu pernah terkena masalah, kena tipu banyak uang. Pas saya mau minta tolong ke dokter Indra, dia malah kasih saya Rp 1 juta. Dokter Indra bilang, nggak usah dipikirkan dikembalikan. Katanya, itu rezeki kamu," ujarnya.

Ia pun mengenal dr Indra sebagai dokter yang mau berbaur dengan 'orang kecil'.

"Dia suka makan pecel lele di kantin ini. Kalau kebetulan ketemu ada OB atau satpam, dia ngajak makan kita semua di sini. Dan dia yang bayar semua," ujar dia. (tribunnews/abdul qodir)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan