Pilgub DKI Jakarta
Gus Choi: Isu SARA yang Turunkan Elektabilitas Ahok
Survei Litbang Kompas pada Desember ini menunjukkan elektabilitas pasangan ., yakni 37,1
Penulis:
Srihandriatmo Malau
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Survei Litbang Kompas pada Desember ini menunjukkan elektabilitas pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni tercatat paling tinggi, yakni 37,1 persen.
Pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat yang mendapat 33 persen responden berada di posisi kedua.
Di posisi ketiga pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dengan potensi keterpilihan 19,5 persen.
Responden yang belum menentukan pilihan tercatat sebesar 10,4 persen.
Baca: Survei LSI: Jika Pilgub DKI Dua Putaran, Ahok-Djarot dan Agus-Sylvi Melaju, Ahok-Djarot Kalah Telak
Atas hal survei Litbang Kompas, tim pemenangan Ahok-Djarot yang juga Politikus NasDem, Effendy Choirie melihat hal yang sama terjadi di berbagai survei bahwa memang rakyat DKI Jakarta puas atas kinerja Ahok-Djarot.
Tapi Gus Choi, demikian sapaannya mempertanyakan kenapa antara kepuasan dan pilihan tidak sama terhadap Ahok-Djarot?
Hal itu dia lihat terjadi sejak Ahok dihantam isu SARA (suku, agama, ras dan antargolongan) hingga kini kasus dugaan penistaan agama bergelinding ke pengadilan.
Gus Choi melihat isu SARA dimainkan oleh para lawan politik karena tidak mampu melawan Ahok dari sisi kerja dan kinerja serta arah pembangunan.
"Isu SARA yang menurunkan elektabilitas Ahok. Bagi lawan politik sadar bawa Ahok sulit dikalahkan karena kerja, kinerja, arah pembangunan semua sudah sesuai harapan rakyat," ujar Gus Choi kepada Tribunnews.com, Rabu (21/12/2016).
Selain itu juga karena Ahok berani mengambil kebijakan dan bersih dari KKN (kolusi korupsi dan nepotisme).
"Satu-satunya cara menjatuhkan Ahok hanya dengan isu SARA. Itu didesain secara sadar oleh lawan-lawan politik Ahok, meski hal itu merusak sendi-sendi berbangsa dan bernegara," jelasnya.
Meskipun begitu tim pemenangan Ahok-Djarot tidak mengalah akan hal itu.
Khususnya untuk mengangkat agar kepuasan pada kerja sejalan dengan keterpilihan mencapai 67 persen.
"Kami tetap berusaha keras agar kepuasan dan keterpilihan Ahok sama 67 persen. Rakyat DKI semoga makin dewasa dalam berdemokrasi. Memilih pemimpin untuk melayani bukan untuk membangun dinasti," ujarnya. (*)