Gubernur Baru Jakarta
Ini Program Era Jokowi-Ahok-Djarot yang Terhenti, Gagal dan Belum Rampung
Penyerapan anggaran pun lebih banyak dihabiskan untuk operasional kantor dan modal badan usaha milik daerah (BUMD).
Editor:
Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta periode 2012-2017 akan segera selesai.
Meski begitu, ada berbagai program yang belum tuntas di periode pemerintahan yang dimulai Presiden Joko Widodo, dilanjutkan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan diakhiri Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengatakan, salah satu pekerjaan yang belum tuntas dan menjadi catatan yakni program penanggulangan banjir.
Menurut dia, ada empat PR penanggulangan banjir yang belum diselesaikan.
Baca: 5 Fakta Jelang Pelantikan Anies-Sandi, Bongkar Kisah Seru Sampai Pesta di Balai Kota
Pertama, normalisasi waduk dan situ yang berhenti pada 2015.
"Kedua, normalisasi kali karena normalisasi kali ini masih fokus di Ciliwung, padahal mestinya dalam lima tahun ini ada empat sungai yang harus dibenahi, yaitu Pesanggrahan, Angke, dan Sunter," ujar Nirwono kepada Kompas.com, Kamis (12/10/2017).

Yang ketiga, yakni perbaikan saluran air. Menurut Nirwono, saluran air yang berfungsi di DKI baru 33 persen.
Sementara yang terakhir yakni penambahan ruang terbuka hijau (RTH) yang mandek.
Kemudian terkait dengan kemiskinan dan gusur tentunya akan menjadi tantangan gubernur baru dengan konsepnya membangun tanpa menggusur.
Kita akan lihat apakah konsep tadi benar-benar bisa diterapkan atau tidak.
Catatan lainnya yakni soal rendahnya penyerapan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Selama lima tahun terakhir, penyerapan anggaran hanya berkisar antara 45-65 persen.
Penyerapan anggaran pun lebih banyak dihabiskan untuk operasional kantor dan modal badan usaha milik daerah (BUMD).
Baca: Fahri Hamzah: Anies-Sandi Harus Obati Semua Luka yang Muncul di Pilkada
"Berarti catatannya adalah SKPD (satuan kerja perangkat daerah) meskipun ada reformasi birokrasi, ternyata belum bekerja maksimal sehingga banyak sekali proyek-proyek yang masih tertunda, gagal lelang sehingga tidak terserap dengan baik," kata Nirwono.
Program pengentasan kemiskinan di Ibu Kota juga menjadi PR bagi pemerintahan berikutnya, yakni gubernur dan wakil gubernur terpilih DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Apalagi, Anies-Sandi menjanjikan program membangun tanpa menggusur.
Pekerjaan lain yang belum tuntas yakni program untuk mengatasi kemacetan dengan pembangunan transportasi publik mass rapid transit (MRT) dan light rail transit (LRT) beserta integrasinya.

Koridor 14 dan 15 Transjakarta juga belum terwujud.
PR lainnya terkait penuntasan kemacetan adalah pembangunan trotoar yang lebar dan dilengkapi jalur sepeda.
"Yang belum juga adalah trotoar harus ada jalur sepeda, ini juga belum banyak, integrasi untuk mengurangi macet tadi," ucap Nirwono.
Parkir progresif dengan menerapkan tarif semakin ke pusat kota semakin mahal pun belum dilakukan.
Penerapan sistem e-parking juga banyak yang gagal dan menjadi tantangan pemimpin berikutnya.
Terakhir, Nirwono menyebut catatan bagi pemerintahan Jokowi- Ahok-Djarot yakni terkait penerapan electronic road pricing (ERP) yang juga belum terwujud.
"Sampai dengan tahun kelima ini gagal yaitu penerapan ERP atau jalan berbayar, sampai sekarang tidak berhasil. Ini masih menjadi PR besar untuk menggantikan kebijakan ganjil genap dan pelarangan motor," ujarnya. (NURSITA SARI)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Yang Belum Tuntas, Terhenti, dan Gagal pada Era Jokowi-Ahok-Djarot
Viral: Reaksi Netizen soal Janji Anies - Sandi Bangun Stadion setara Old Trafford