Rabu, 27 Agustus 2025

Gedung Ambruk di Jakarta

Penyebab Gedung Ambruk di Jakarta Versi Basarnas, Pemkot DKI hingga Pakar UGM Bicara Kekuatan Beton

Gedung bisa ambruk di Jakarta, ini kata Basarnas dan Pemkot DKI Jakarta, sementara pengamat UGM bicara kekuatan beton

Editor: Miftah
KOMPAS.com/ BONFILIO MAHENDRA WAHANAPUTRA LADJAR
Gedung roboh di Jalan Brigjen Katamso, Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat, Senin (6/1/2020) pagi. 

Setelah ambruknya gedung empat lantai ini, Heru mengimbau para pemilik bangunan memerhatikan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi dalam melaksanakan proyek pembangunan.

Kekuatan Beton atau Manipulasi?

Dari artikel yang pernah dimuat di laman resmi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, seorang pakar bangunan pernah membahas penyebab dari suatu gedung bisa roboh.

Artikel tersebut diterbitkan pada 5 Juli 2011 dengan judul Banyak yang Roboh, Bangunan Beton Tidak Sesuai Standar.

Meskipun artikel menyoroti dampak dari gempa membuat gedung roboh, arsitek UGM, Ir. Yoyok Wahyu Subroto, M.Eng., Ph.D, menjelaskan mengenai kualitas bangunan yang tidak sesuai dengan standar bangunan beton dapat menyebabkan robohnya bangunan tersebut.

Lebih jauh Yoyok menambahkan ketidaktahuan masyarakat tentang standar kelayakan bangunan beton menjadikangedung atau rumah yang didirikan tidak mampu menahan goncangan dan getaran gempa.

"Banyak bangunan beton tidak layak karena minimnya informasi dan pengetahuan atau barangkali memang terkendala biaya," katanya.

Yoyok juga tidak menepis bahwa robohnya bangunan disebabkan oleh adanya manipulasi takaran penggunaan material beton yang kerap ditemui dalam sejumlah proyek.

Padahal, material dan struktur bangunan beton sangat efektif menjadikan kokohnya sebuah bangunan.

Sementara itu, dosen Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik UGM, Prof. Dr. Ir. Imam Satyarno, menuturkan beton masih menjadi bahan yang paling banyak digunakan dalam konstruksi sipil.

Namun, beton mudah rusak pada lingkungan yang agresif, meliputi lingkungan fisik, kimia, biologi dan mekanika.

Satyarno menjelaskan beban dinamik, tumbukan dan berlebih menjadi faktor rusaknya struktur bangunan beton.

Sementara itu, lingkungan fisik, yakni adanya erosi, abrasi, rayapan, dan api serta kandungan kimia, misal sulfat, asam, klorida, karbon dioksida, serta reaksi alkali-silika menyebabkan bangunan beton mudah sekali mengalami kerusakan.

"Perbaikan beton memerlukan metode, bahan, dan peralatan yang tepat serta dilakukan oleh orang yang terlatih," jelas dia.

Update korban

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan