Penampakan Klinik Aborsi di Paseban, Ini Kata Warga Tentang Pasien yang Datang
Keberadaan klinik aborsi ilegal di kawasan Paseban, Jakarta Pusat, telah diungkap pihak kepolisian, 11 Februari 2020.
Editor:
Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Keberadaan klinik aborsi ilegal di kawasan Paseban, Jakarta Pusat, telah diungkap pihak kepolisian, 11 Februari 2020.
Tiga tersangka ditangkap dalam pengungkapan itu, yakni MM alias dokter A, RM, dan SI.
Polisi mengungkap praktik klinik aborsi ilegal ini berawal dari informasi warga yang mengadukan melalui situs web.
Klinik aborsi ilegal ini diketahui telah beroperasi selama 21 bulan.
Kompas.com mencoba mengunjungi klinik sewaan yang kini tampak sudah dikelilingi garis polisi.
Klinik yang berlokasi di Jalan Paseban Raya, Senen Nomor 61 RT 002 RW 007 berjarak sekitar 200 meter dari kantor Kelurahan Paseban.
Baca: Viral Curhatan Pilu Wanita Dihamili Adik Selebgram Terkenal, Malah Disuruh Aborsi: Ini Udah 6 Bulan
Baca: Kritisi Penanganan Korban Virus Corona di Wuhan, Jurnalis Berani Mati Ini Tak Diketahui Nasibnya
Baca: Apapun yang Terjadi Lucinta Luna Enggak Mau Putus dengan Abash
Sekitaran klinik tampak sepi, hanya terdengar suara mesin kendaraan yang melintas.
Di kawasan itu, jarak antara rumah satu dan lainnya relatif berjauhan. Sebelah kiri klinik terdapat restorasi vespa, sementara sebelah kanannya rumah kosong yang sudah tidak ditempati.
Bangunan bercat putih dengan gerbang kuning itu tidak tampak seperti klinik.
Baca: Konon Mampu Sembuhkan Pasien Secara Gaib, Ningsih Tinampi Dapat Ilmu dari Mimpi dan Pengalaman Pahit
Tidak ada plang. Tak terlihat pula papan tulisan atau ruang tunggu bahkan ruangan kasir seperti klinik pada umumnya.
Klinik itu seperti rumah tinggal, ada teras, halaman dan beberapa kamar. Halaman rumahnya pun cukup luas. Masuk dua mobil dan beberapa motor.
Pemilik warung di kawasan klinik, Tursila mengatakan, klinik aborsi itu buka dari pukul 09.00 hingga 17.00 WIB.
Namun, Tursila mengaku tidak tahu menahu jika klinik itu merupakan tempat aborsi.
"Saya tahunya malah klinik biasa soalnya tidak ada plangnya sih, kaya klinik biasa aja," ujar Tursila di lokasi, Sabtu (15/2/2020).
Sepengetahuan Tursila, klinik itu biasa didatangi tiga hingga empat pasien atau pelanggan.
Rata-rata, kata dia, mereka yang berkunjung ke klinik itu berpasangan.
Baca: Ingin Aborsi, Wanita di Gorontalo Malah Kehilangan Bayinya yang Dibawa Kabur Dukun Beranak
"Pasti kebanyakan wanita sama laki-laki, saya pikir mah suami istri sih. Ada juga yang bawa anak kecil kok," kata dia.
Sementara, Chandra Setiawan (33), karyawan restorasi vespa yang bertetanggaan dengan klinik itu mengatakan, para pelanggan klinik kebanyakan mengantar sampai ke halaman. Wajah-wajah pelanggan tidak terlihat.
Bahkan, biasanya jika diantar naik ojek online maupun mobil, mereka menggunakan masker atau menutupi wajahnya dengan kain.
"Siapa-siapanya saya tidak tahu nih, pokoknya mereka masuk tuh kayak menutup identitas, kadang naik mobil diantar sampai halaman, kadang juga kalau ada di antar depan gerbang, langsung buru-buru masuk sambil tutupin wajahnya," ujar dia.
Selain pelanggan yang menyembunyikan identitasnya, para karyawan klinik itu pun, kata Chandra, tak berbaur. Mereka seolah menjauh dari tetangga.
"Ya karyawannya juga diam aja sih, mereka tidak ada yang berbaur. Lagian kan mereka tidak ada yang menginap, semuanya pulang pergi," ucap dia.
Ia mengaku kaget saat tahu rumah itu dijadikan klinikn aborsi. Sebab tidak terlihat ada kegiatan itu.
"Saya mah kaget banget, saya pikir klinik biasa doang," ucap dia. Meski demikian, ia bersyukur jika tempat maksiat itu tidak lagi dibuka.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Mengunjungi Rumah Sewaan yang Disulap Jadi Klinik Aborsi di Paseban