Cerita ON tentang Sosok Mira yang Tewas Akibat Dikeroyok dan Dibakar Hidup-hidup di Cilincing
Mira dikenal sebagai transgender pekerja seks senior di daerah Kalibaru. Kata ON, pekerja seks yang sudah berumur pasti mengenal siapa Mira
Editor:
Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pihak kepolisian telah menangkap sejumlah pemuda yang diduga menganiaya dan membakar Mira (43) hidup-hidup hingga akhirnya tewas di Cilincing, Jakarta Utara, Sabtu (4/4/2020) pekan lalu.
Keenam pemuda tersebut kini statusnya telah dinaikkan menjadi tersangka.
Baca: 130 Petugas Medis di Jakarta Positif Virus Corona, 21 Telah Sembuh dan Seorang Meninggal Dunia
Diketahui, Mira adalah seorang transgender atau transpuan itu meninggal dunia di RSUD Koja pada Minggu (5/4/2020).
Dia mengalami luka bakar 70 persen akibat aksi main hakim tersebut.
Rekan Mira sesama transpuan, ON (52) sangat terpukul atas kematian temannya.
Kepada TribunJakarta.com, ON Sempat bercerita sedikit mengenai sosok dan pengalaman Mira.
Mira tinggal di sebuah kontrakan di daerah Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara.
Menurut ON, Mira tinggal di kontrakan itu bersama seorang temannya yang juga transgender.
Semasa hidupnya, kata ON, Mira mencari uang dari menjajakan diri menjadi pekerja seks.
"Mira itu dia waria pekerja seks. (Di Kalibaru) tinggal sama temannya, ngontrak," kata ON ketika dihubungi TribunJakarta.com, Senin (6/4/2020) lalu.
Mira dikenal sebagai transgender pekerja seks senior di daerah Kalibaru.
Kata ON, pekerja seks yang sudah berumur pasti mengenal siapa Mira.
Mira memang biasa menjajakan diri di kawasan Tanah Merah, Jakarta Utara, tak jauh dari lokasi pembakaran terhadap dirinya di sebuah garasi truk trailer di kawasan itu.
"Si Mira itu sudah tua. Ada kali 40-an. Dia termasuk transgender senior lah. Yang senior-senior udah pada tahu dia," kata ON.
Mira sendiri sudah menjadi pekerja seks sekitar 30 tahun lamanya.
Baca: Ada Kasus Positif Covid-19 Tanpa Gejala di Indonesia: Sering Kehausan, Tanpa Demam dan Batuk
Selama itu, Mira hidup sebatangkara tanpa pernah bertemu keluarganya yang tinggal di Makassar, Sulawesi Selatan.
"Dia kan keluarganya memang sudah lepas kontak, udah nggak ada. Dia nggak pernah pulang semenjak jadi transgender. Ada kali 30-40 tahun yang lalu," kata ON.
Dituduh mencuri ponsel sopir truk
Enam pemuda mengeroyok Mira karena mengira Mira mencuri ponsel seorang sopir truk.
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Budhi Herdi Susianto mengatakan, awalnya sopir truk berinisial KM bercerita kepada enam pemuda yang telah ditetapkan sebagai tersangka itu, bahwa ponselnya hilang setelah bertemu dengan Mira.
Para tersangka dipercaya sebagai pihak yang menjaga keamanan di sekitar garasi truk trailer itu, sehingga KM pun bercerita kepada mereka.
"Atas kejadian ini saksi KM bercerita kepada tersangka yang kebetulan para tersangka di daerah tersebut orang yang di percaya untuk masalah keamanan," ucap Budhi di Mapolres Metro Jakarta Utara, Rabu (8/4/2020).
Mendengar cerita KM, keenam tersangka langsung meyakini bahwa memang Mira lah pelaku pencurian tersebut.
Apalagi, selama ini warga di sekitar lokasi juga sering bercerita bahwa Mira memang lekat dengan tindakan pencurian.
Para tersangka lalu menjemput paksa Mira dari kontrakannya guna menginterogasinya.
Awalnya, Mira bersikeras membantah telah mencuri ponsel milik KM. Namub, setelah dipukuli berkali-kali oleh para tersangka, Mira akhirnya mengakui perbuatannya.
Namun, Mira mengaku telah menjual ponsel tersebut.
"Korban dipukuli, kemudian dianiaya dan sebagainya, yang pada akhirnya korban mengakui, membenarkan bahwa korban yang telah mengambil HP milik saksi (KM)," ucap Budhi.
Para tersangka makin geram karena Mira enggan memberitahu ke mana dirinya menjual ponsel curian itu.
Akhirnya, tersangka AP membeli bensin untuk disiramkan ke tubuh Mira supaya ia mengaku.
Bensin yang telah dibeli AP lalu disiramkan ke tubuh. Kemudian, untuk menakut-nakuti, tersangka PD memainkan korek api di dekat tubuh Mira yang dipenuhi bensin.
"Ketika korek api dinyalakan, di situ karena sudah disiramkan bensin,maka api langsung tersambar dan membakar tubuh korban," kata Budhi.
Tubuh Mira yang terbakar sempat coba dipadamkan oleh para tersangka.
Namun, karena terlanjur panik, mereka akhirnya melarikan diri dari lokasi kejadian, meninggalkan Mira seorang diri dijilati api.
Mira kemudian sempat memadamkan dirinya sendiri dengan mencari kubangan air di garasi truk trailer tempat dirinya dibakar.
Setelah itu, Mira mencari pertolongan dari warga sekitar. Sejumlah saksi yang melihat kondisi Mira langsung melarikannya ke RSUD Koja.
Mira akhirnya tutup usia pada Minggu (5/4/2020) siang setelah dirawat semalaman.
Baca: Pemerintah Datangkan Alat PCR dari Swiss, Mampu Tes Corona 10 Ribu per Hari
Adapun untuk para tersangka yang sudah ditangkap, yakni AP, RT, dan AH, polisi menetapkan pasal 170 KUHP ayat 2 tentang penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia.
"Ancaman hukuman pidana maksimal 12 tahun," tutup Budhi.
Para tersangka kerap ikut tawuran dan ngelem
Dari cerita Lurah Kalibaru, Suyono, remaja-remaja tersebut kerap terlibat aksi kriminalitas.
Mereka yang juga warga dari luar Kelurahan Kalibaru itu kerap menyulut tawuran di kawasan itu.
Suyono mengatakan, para pengeroyok Mira umumnya remaja-remaja di bawah 20 tahun.
Mereka bukan hanya warga Kalibaru, melainkan banyak juga warga dari luar Kalibaru.
"Tidak bisa digeneralisirkan karena kejadiannya di Kalibaru maka itu warga kami."
"Karena faktanya banyak juga itu ternyata warga luar wilayah kami seperti dari Semper Barat, Koja, Cilincing, bahkan Bekasi," kata Suyono saat dihubungi, Selasa (7/4/2020).
Suyono tidak menampik satu titik wilayahnya, tepatnya di kolong jembatan layang tol, kerap dijadikan tempat kumpul-kumpul remaja nakal.
Kolong tol yang beralih fungsi menjadi garasi kontainer itu kerap dijadikan sebagai tempat berbuat keonaran.
"Terkadang kami patroli bersama tiga pilar pergoki anak-anak itu tengah mabok dengan lem aibon," ujar Suyono.
Namun, mereka mengaku kerap kesulitan memproses hukum anak-anak itu.
Sebab, perbuatan itu tidak termasuk pelanggaran hukum.
"Apalagi, banyak yang di bawah umur."
"Akibatnya kami hanya dapat kembalikan ke orangtua untuk dibina," ungkapnya.
Bukan hanya ngelem dan mabuk-mabukan, anak-anak itu juga disebut kerap membuat keributan di wilayah sekitar.
Bahkan, tawuran bagi mereka sudah menjadi rutinitas karena dilakukan hampir setiap hari dan tanpa sebab.
"Namun karena banyak juga dari luar warga, kami jadi kami susah membinanya."
"Mereka kami pulangkan namun besok-besok kembali lagi," jelasnya.
Suyono mengklaim pihaknya bersama polisi dan TNI setempat kerap mengamankan wilayah itu dari anak-anak nakal tersebut.
Bahkan, mereka memiliki program Ayo Jaga yang merupakan patroli rutin antara Satpol PP, TNI, dan Polisi.
Meski demikian, ia mengakui anak-anak dari luar wilayahnya itu kerap kembali lagi seusai diusir dan ditangkapi saat patroli.
"Kalau kami tidak jaga saja sehari itu kami kecolongan."
"Mereka pasti langsung tawuran," tuturnya.
Ia juga mengaku sudah mengintruksikan RT dan RW setempat agar dapat mengamankan wilayah yang kerap dijadikan tempat berkumpul anak-anak nakal itu.
Namun demikian, tidak jarang RT dan RW juga takut dan tidak mau bermasalah dengan anak-anak nakal tersebut.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Sosok Transgender Mira Dibakar Hidup-hidup: Tak Pulang Kampung Puluhan Tahun, Cari Duit Jadi PSK