Penanganan Covid
Penting Edukasi Program Penanganan Covid-19 di Tingkat Akar Rumput
Edukasi di tingkat akar rumput diperlukan untuk menangkal terjadinya social fatigue atau keletihan sosial pada masa pandemi Covid-19.
Editor:
Willem Jonata
Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Pengda IAKMI DKI Jakarta, Baequni Boerman mengingatkan tentang pentingnya edukasi program penanganan Covid-19 kepada masyarakat di tingkat akar rumput atau grassroots.
Hal ini disampaikan Baequni dalam Panel Session bertopik 'Melawan “Keletihan Sosial” di Masa Pandemi' pada peringatan Dies Natalis FISIP UI ke-53 yang digelar secara virtual, Kamis (25/2/2021).
"Bahwasanya edukasi program-program penanganan Covid-19 itu harus dilakukan di tingkat akar rumput, dan ini mesti kita sadari," ujar Baequni.
Edukasi di tingkat akar rumput diperlukan untuk menangkal terjadinya social fatigue atau keletihan sosial pada masa pandemi Covid-19.
Keletihan sosial adalah kondisi di mana mental masyarakat sudah jauh menurun dalam usaha melawan pandemi.
Baca juga: Anggota DPR: Vaksinasi Cara Indonesia Keluar dari Pandemi Covid-19
Baca juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin Targetkan Vaksinasi Covid-19 Bagi 5 Juta Guru Rampung Juni 2021
Masyarakat di tingkat akar rumput tidak boleh dibiarkan sendirian dalam menelaah program-program pemerintah untuk menangani Covid-19.
"Kalau sendiri-sendiri mungkin itu bakal sulit bagi masyarakat untuk menerima informasi itu. Misalnya kalau ada program a, b, c, atau d, itu justru akan membingungkan masyarakat," tutur dia.
Baca juga: Harapan Vaksinasi Covid-19 Sejak Januari Terwujud, Menparekraf Optimis Wisata Bali Segera Bangkit
"Masyarakat sudah mendengar banyak informasi tapi tidak ada yang bisa dipegang. Akhirnya seperti yang saya katakan tadi, jadi tidak taat protokol, tidak mau peduli lagi," sambung dia.
Bahkan, lanjut Baequni, ada sekelompok masyarakat yang menyatakan bahwa Covid-19 ini satu konspirasi besar.
Selain itu, studi yang dilakukan IAKMI menunjukkan hanya 57,7 persen masyarakat yang bersedia melakukan isolasi mandiri setelah kontak erat dengan pasien Covid-19.
"Yang kontak erat dengan pasien Covid-19, itu yang mau melakukan isolasi mandiri hanya 57,7 persen, yang 31 persen lainnya tidak, 11,3 persen lainnya. Dan tetangga juga tidak bisa melakukan pembatasan terhadap orang yang kontak erat ini," tutur dia.