Depo Plumpang Terbakar
Pengungsian Berakhir, Warga RW 01 Korban Kebakaran Depo Plumpang Diberi Dana Tinggal di Kontrakan
Ketua RW mengatakan, belum mengetahui nominal dana bantuan yang akan diberikan Pemerintah itu.
Penulis:
Ibriza Fasti Ifhami
Editor:
Erik S
Laporam wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bambang Setiyono, ketua RW 01 Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara mengungkapkan, warganya akan diberikan dana tinggal sementara di rumah kontrakan.
Hal itu disampaikan Bambang Setiyono kepada para kepala keluarga di lokasi pengungsian di Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Pusat, Kamis (9/3/2023)
Baca juga: Posko Koramil Koja Catat Korban Tewas Kebakaran Depo Pertamina Plumpang Jadi 19 Orang
"Solusi yang kami dapatkan tadi bahwa untuk yang ngontrak itu diberikan biaya untuk ngontrak selama 3 bulan. Kemudian untuk yang punya rumah diberikan waktu dari kontrakan selama 3 tahun," kata Bambang, kepada Tribunnews.com, Kamis ini.
Atas solusi ini, ia menyampaikan rasa terimakasih dan apresiasinya terhadap Pemerintah ataupun pihak terkait memfasilitasi rasa aman dan nyaman untuk para warganya, yang terdampak insiden kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara.
Lebih lanjut, Bambang menjelaskan, ia sebelumnya telah berkomunikasi dengan Ketua Forum RT-RW terkait pemberian dana dari Pemerintah untuk para warganya itu.
"Teknisnya ataukah nanti melalui pemerintah daerah (Pemda) atau pun melalui Forum RT-RW itu bagi kami sama saja, yang penting solusi buat mereka (warga) itu sudah teratasi," ungkapnya.
Bambang kemudian menjelaskan, perihal persyaratan bagi warga untuk mendapatkan bantuan dana rumah kontrakan itu.
"Mereka itu secara identitas baik kependudukan, kartu keluarga ada di tempat itu (RW 01), baik kepemilikan ataupun ngontrak," jelas Bambang.
Baca juga: Sudah Kumpulkan Uang untuk Ibadah Haji, Warga Koja Ini Meninggal Dalam Kebakaran Depo Plumpang
"Persyaratan detail inti cuma logika kita aja. Kalau orang sudah tinggal di situ kemudian begitu kebakaran dia pergi, sebetulnya dia bisa balik tapi rumahnya ada kerusakan. Artinya kalau sudah bicara kerusakan itu tidak sempurna (rumah) untuk tempat tinggal. Tetap kami hitung ya," sambungnya.
Kemudian, Bambang menuturkan, para warganya rata-rata akan mengontrak di dekat rumah mereka yang terdampak kebakaran.
"Kalau mereka berharap kontrakan itu yang dekat dengan rumahnya. Karena mereka sambil monitor keadaan rumahnya seperti apa."
Meski demikian, Bambang mengatakan, belum mengetahui nominal dana bantuan yang akan diberikan Pemerintah itu.
"Karena nominalnya belum tahu, saya minta ke warga, tempat tinggalnya harus menyesuaikan dengan kondisi yang ditempati. Jangan rumah yang cuma 1 kamar nanti minta anggaran 5 kamar. Kan tidak mungkin. Harus menyesuaikan proporsional ya," kata Bambang.
Sementara itu, ia menjelaskan, di wilayahnya ada sebanyak 130 kepala keluarga. 84 di antaranya mengalami kerusakan rumah.
Baca juga: Alami Sesak Napas, Pengungsi Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang Dilarikan ke RSUD Koja
"Kalau prinsip kami, siapapun mereka walaupun sudah ngontrak akan saya data dan kalau anggarannya sudah ada harus dikeluarkan ke mereka, karena mereka korban kebakaran."
Adapun selain wilayahnya, Bambang mengatakan, RW 09 juga akan mendapatkan dana bantuan tersebut.
"Tadi informasi sama, karena sebelum saya RW 09 sudah duluan," katanya.
Diberitakan sebelumnya, Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Utara menyampaikan, akan mengakhiri penyediaan posko pengungsian bagi para korban terdampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang besok, Kamis (9/3/2023).
Wakil Sekretaris PMI Jakut Syarifhidayatullah membenarkan hal itu.
Lanjut Syarif, pihak PMI Jakut tengah berkoordinasi lintas sektoral dengan pihak Pemerintah Kota (Pemkot). Di antaranya Wali Kota, Kecamatan, Kelurahan, dan RT-RW setempat.
Baca juga: RS Tugu Koja Urus 12 Korban Kebakaran Plumpang, Satu Tanpa Identitas Meninggal
"Bahwasanya posko di PMI Jakarta Utara ini kita buka sampai besok terakhir, hari Kamis," kata Syarifhidayatullah, saat ditemui di posko pengungsian PMI Jakut, Rabu (8/3/2023).
Ia kemudian mengatakan, lokasi pemindahan pengungsi yang ada di PMI Jakut akan diinformasikan esok hari.
"Karena kita masih dalam tahap koordinasi dengan para stakeholder yang ada," ungkapnya.
Selanjutnya, Syarif menjelaskan alasan penutupan posko pengungsian bagi para korban kebakaran itu.
Ia mengatakan, masa tanggap darurat bencana PMI adalah tiga hari.
Sementara, hingga hari Kamis, posko pengungsian PMI Jakut terhitung telah tersedia selama tujuh hari, jika dihitung dari hari pertama insiden kebakaran Plumpang, yang terjadi pada Jumat (3/3/2023) lalu.
"7 hari itu hari Kamis sudah satu pekan," katanya.
"Dari hari Jumat malam Sabtu sampai hari Minggu, 3 hari. Lalu Senin, Selasa, Rabu itu 3 hari. Lalu besok kita perpanjang lagi 1 hari," lanjutnya.
Kemudian, alasan lainnya, kata Syarif, sudah banyaknya pihak yang ingin membantu para korban.
Baca juga: Bayi Perempuan Dilarikan ke RS Tugu Koja Akibat Sesak Nafas Dari Bensin saat Kebakaran Plumpang
Oleh karena itu, jelasnya, hal itu merupakan hasil asesmen PMI Jakut bersama Pemkot terkait.
"Jadi udah 3 hari (posko pengungsian PMI). Belakangan ini kita melakukan asesmen melibatkan Kecamatan, Kelurahan, dan RT-RW setempat serta kader PKK Dasa Wisma. Mereka kita panggil ke sini, lalu kita asesmen terkait warganya," jelas Syarif.
"Mereka (Pemkot) memberikan informasi ke kita bahwa ini berdampak atau tidak. Nah sampai di hari keenam ini, kurang lebih memang agak menyusut (pengungsi di posko PMI Jakut), karena ini benar-benar yang terdampak," sambungnya.
Syarif menjelaskan, perihal nasib tempat tinggal pengungsi yang rumahnya terbakar habis.
Menurutnya, hal tersebut bukan wewenang PMI, melainkan urusan Pemkot terkait.
"Sementara PMI tidak masuk dalam ranah itu (nasib tempat tinggal pengungsi yang rumahnya terbakar). Kami hanya dalam ranah kemanusiaan saja," ungkapnya.
"Makanya di hari ketujuh nanti, kami akan serahkan ke pihak-pihak terkait," tegas Syarif.
Sebelumnya, sejumlah pengungsi akibat kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Utara mengaku, kebingungan akan tinggal dimana, jika tenda pengungsian berakhir.
Menanggapi hal itu, Kepala Markas PMI Jakarta Utara (Jakut) mengatakan, pihaknya memiliki rencana kerja tujuh hari terkait bantuan bagi warga terdampak kebakaran Depo Pertamina itu.
Adapun tujuh hari tersebut, terhitung, sejak Sabtu (4/3/2023) lalu.
Baca juga: Bayi Perempuan Dilarikan ke RS Tugu Koja Akibat Sesak Nafas Dari Bensin saat Kebakaran Plumpang
Meski demikian, Nurhasanudin menjelaskan, pihaknya akan melakukan identifikasi soal penambahan hari rencana kerjanya.
"Kita punya rencana kerja 7 hari. Kita akan identifikasi," kata Nurhasanudin, saat ditemui, Selasa (7/3/2023).
Sebab, lanjutnya, PMI Jakut akan mengurus para warga terdampak sesuai amanah dari Ketua Umum Palang Merah Indonesia, Jusuf Kalla (JK).
"Kita akan tetap mengurus sesuai amanah pak JK. Kita akan urus mereka-mereka yang memang terdampak betul terhadap peristiwa kemarin," ungkapnya.
Lebih lanjut, soal keberlanjutan penyediaan tenda pengungsian itu. Nurhasanudin mengatakan, memang akan memulangkan pengungsi yang rumahnya sudah layak dihuni kembali.
"Tapi bagi yang rumahnya sudah layak atau sebagainya kita akan pulangkan mereka," ujarnya.
Sehingga, jelasnya, pengungsian warga itu dipindahkan ke rumah masing-masing.
"Untuk kebutuhan suplainyabkita akan suplai dari sini. Butuh apa, misalnya air minum kita suplai," jelas Nurhasanudin.
"Jadi jadikan rumah mereka itu pengungsian," sambungnya.
Menurut Nurhasanudin, pengungsian di rumah warga justru lebih layak dibandingkan pengungsian di Kantor PMI Jakut.
"Sebenarnya lebih layak di sana. Seburuk-buruknya rumah ya tetap lebih nyaman di rumah."
Sebelumnya, Didah Rosidah (40), satu di antara korban selamat kebakaran Pertamina Plumpang mengaku, rumahnya sudah ludes dilahap si jago merah.
Sejak insiden kebakaran maut, pada Jumat (23/3/2023) malam itu, Didah mengatakan, belum sempat melihat lagi kondisi rumah dan harta bendanya yang sudah tidak bersisa.
Meski demikian, Didah mengaku bersyukur, dia, sang suami dan anak semata wayangnya bisa selamat dari insiden maut itu.
Saat diwawancarai Tribunnews.com, Didah mengatakan, dia merupakan pemilik rumah kontrakan.
Dia memiliki empat unit rumah berbentuk tiga petak, yang dikontrakannya untuk para pekerja.
"Rumah (utama) 2 tingkat, habis semua (terbakar). Kamar di bawah ada 2. Di atas 4," kata Didah, saat ditemui di pengungsian di Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Utara, Senin (6/3/2023).
"Ada yang ngontrak di atas. 3 petak (bentuk kontrakannya). Hangus semua barang-barangnya yang ngontrak. Kontrakan punya sendiri," sambungnya.
Soal kontrakannya itu, Didah mengaku khawatir, bukan hanya karena barang-barang para pengontrak yang ikut hangus terbakar, tapi juga karena dia belum bertemu lagi dengan para pengontrak usai kejadian nahas itu.
"Kita enggak tahu pada kemana (pengontrak). Khawatir barang-barang mereka udah hangus semua. Pengen ketemu, tapi hape saya juga terbakar pas lagi di-charge. (Jadi) enggak ada komunikasi," ungkapnya.
Baca juga: Cari Orangtuanya yang Hilang, Pemuda di Koja Terlibat Saling Dorong dengan Aparat Kepolisian
Sementara itu, Didah mengaharapkan kebijakan dari Pemerintah terkait tempat tinggal untuk kedepannya.
Terlebih, kata Didah, ia mendengar informasi bahwa tenda pengungsian untuk para korban kebakaran dari pihak PMI akan berakhir, pada Rabu (8/3/2023).
"Iya pengennya gimana, pengungsian sampai hari ke berapa kan. Dengar-dengar 5 hari kan. Dengar-dengar hari Rabu terakhir," katanya.
"Kebijakan dari Pemerintah gimana ini. Rumah belum beres. Apa kita di sini. Mau dibikinin tenda atau gimana. Harus gimana ini, masa mau di sini aja. Kita mau kemana," sambungnya.
Lebih lanjut, Didah mengatakan, belum ada komunikasi, baik dari Pemerintah ataupun PMI soal tempat tinggal para pengungsi kedepannya.
"Sama sekali enggak ada rumah. Pada kebingungan," katanya.
Didah berharap, ada bantuan dari Pemerintah, sehingga kediamannya bisa direnovasi dan bisa dihuni kembali.
"Pengennya dibangun lagi, biar utuh rumah. Pengennya buru-buru. Kita juga butuh tempat tinggal," ungkap Didah.
Ia mengaku bekerja. Sedangkan, sang suami berprofesi sebagai pengendara ojek online (ojol).
Meski demikian, Didah mengaku, kondisi ekonomi ia dan sang suami, sudah tak menyanggupi lagi untuk merenovasi rumah dan kontrakannya itu.
"Kondisi keuangan, boro-boro buat ngebangun (rumah dan kontrakan). Sehari-hari juga susah," ungkapnya.
"Rakyat ini gimana, sedangkan rumah habis semua."
Sementara itu, Didah mengatakan, belum ada upaya komunikasi perihal bantuan tempat tinggal itu antara warga dengan Pemerintah.
Namun, lanjutnya, para kepala keluarga baru menemui Ketua Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) setempat.
Sebelumnya, Rohayah (53), satu di antara warga yang selamat dari insiden Kebakaran Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, Jumat (3/3/2023).
Ia ditemui Tribunnews.com, di tenda pengungsian di Kantor Palang Merah Indonesia (PMI), Jakarta Utara.
Warga RT 6 RW 1, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara itu mengatakan, belum mengetahui sampai kapan akan tinggal di tenda pengungsian.
"Belum tahu. Belum dengar sampai kapan di pengungsian," katanya, saat diwawancarai, Senin (6/3/2023).
Baca juga: Dokter Sampai Perawat di RSUD Koja Sibuk Mondar Mandir Menangani Korban Kebakaran
"Seandainya udah ada batas waktu (pengungsian). Saya pergi kemana. Rumah rusak," lanjutnya.
Rohayah menjelaskan, kondisi rumahnya tak begitu hancur setelah insiden kebakaran itu.
Adapun hanya atap rumahnya saja yang hangus terbakar si jago merah.
Meski demikian, ia enggan pulang ke rumahnya, karena takut bangunan kediamannya itu roboh.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, dinding-dinding rumahnya retak-retak diduga karena hawa panas saat api berkobar di sekitaran wilayah kediamannya.
"Kalau kondisi rumah enggak begitu hancur," katanya.
"Walaupun rumah masih utuh. Saya juga takut. Takutnya keruntuhan," sambung Rohayah.
Sepasang mata Rohayah tampak berkaca-kaca saat menceritakan ketidaksanggupannya untuk merenovasi rumah.
Hal itu terkait kondisi perekonomian keluarganya yang tidak berkecukupan.
Terlebih, sang suami, Wikaya (56), tidak bekerja karena menderita stroke.
"Saya mikirin ya Allah mau pindah kemana. Kalau diceritain sedih. Masalah ekonomi itu penting sekali," ungkapnya.
"Tidak mampu untuk renovasi rumah. Sedangkan makan sehari-hari aja kurang. Saya mau pulang kemana," lanjutnya.
Rohaya memiliki dua orang anak gadis yang sudah menikah dan seorang anak laki-laki yang masih bujang.
Bebannya semakin berat, ia mengaku, memikirkan rumah kedua anaknya yang juga terdampak insiden nahas itu.
"Sedih. Sedihnya orang tua gimana. Mudah-mudahan Allah kasih jalan yang terbaik," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Rohaya menyampaikan harapannya agar Pemerintah ataupun pihak PT Pertamina dapat bertanggung jawab atas insiden kebakaran yang mengorbankan harta bendanya.
Baca juga: Pusdokkes Polri Masih Lakukan Identifikasi Terhadap Body Part Korban Kebakaran Depo Plumpang
"Secepatnya deh ada bantuan. Jangan sampai rakyat ini sengsara. Udah kita sengsara keadaan ekonomi, eh kayak gini. Kita mana mau sih ada musibah, siapa yang mau sih," kata Rohayah.
"Tolonglah pihak Pertamina, pihak lain, tolonglah," sambungnya sambil menahan tangis pilu.
Sementara itu, sejak tinggal di tenda pengungsian, Minggu (5/3/2023), Rohaya merasa bersyukur karena mendapat bantuan.
"Alhamdulillah bantuan ada di sini. Sembako, makanan ada. Bantuan tunai belum ada," ucapnya.
Depo Plumpang Terbakar
VIDEO Depo Plumpang Pindah ke Kalibaru: Pertamina Sebut Butuh Waktu Empat Tahun |
---|
Depo Plumpang Pindah ke Kalibaru, Pertamina: Butuh Waktu Empat Tahun |
---|
Pertamina: Rencana Pembangunan Buffer Zone Depo Plumpang Belum Final |
---|
Pengamat Ingatkan Pentingnya Buffer Zone di Depo BBM Kurangi Risiko Kebakaran |
---|
Pengamat: Penataan Zona Penyangga Objek Vital Nasional Tak Bisa Dilakukan Hanya oleh Pertamina |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.