Rabu, 10 September 2025

Demo di Jakarta

Perlawanan Nirkekerasan ala Relawan Medis UI dalam Mengawal Setiap Aksi Demonstrasi

Jumlahnya hanya 14 orang, namun di pundak mereka dan relawan medis lainnya tertumpu keselamatan ratusan peserta aksi yang berunjuk rasa.

Tribunnews.com/Alfarizy AF
DEMO DPR - Relawan Medis Iluni FK UI, Novanza Rayhan (kanan) dan Yandrevz Reminiscre (kiri) saat ditemui jelang demo oleh Mahasiswa Universitas Indonesia dan universitas lainnya di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (9/9/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hujan baru saja reda ketika belasan anak muda berseragam medis tiba lebih dulu di kawasan depan Gedung DPR RI, Selasa (9/9/2025) siang. 

Mereka mengenakan seragam medis atau medical scrub berwarna biru tua dan hitam, lengkap dengan tanda pengenal yang menggantung di dada.

Baca juga: Demo di Depan Gedung DPR, Massa Mahasiswa UI Orasi Minta Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Dicopot

Di punggung masing-masing, tergantung tas ransel besar yang terlihat berat.

 

Bukan berisi buku kuliah atau laptop seperti mahasiswa kebanyakan, melainkan perlengkapan medis seperti perban, bidai, sampai cairan infus.

Baca juga: Menko Yusril Pastikan Tidak Ada Satupun Tahanan Aksi Demo Disangkakan Pidana Makar dan Terorisme

Sebelum massa aksi datang, mereka sudah lebih dulu siaga di depan gerbang utama kompleks parlemen.

Mereka sesekali mengamati jalanan yang basah sambil memperhatikan arus kendaraan yang mulai tersendat.

Mata mereka terus awas ke arah timur menanti langkah-langkah massa aksi yang tak lama lagi akan tiba untuk menindaklanjuti tuntutan rakyat '17+8'.

Mereka adalah relawan medis dari Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Iluni FKUI) dan Ikatan Keluarga Mahasiswa (IKM UI). 

Jumlahnya hanya 14 orang, namun di pundak mereka dan relawan medis lainnya tertumpu keselamatan ratusan peserta aksi yang turun berunjuk rasa hari ini.

"Kalau dari saya sih prinsip kami sebagai tim medis setiap kali turun aksi demo, kita tuh bukan melawan tapi merawat,” kata Novanza Rayhan, salah seorang dokter koas yang turun langsung di lapangan.

Filosofi itu pun seakan menjadi kompas mereka. Siapa pun yang terluka akan dirawat, tanpa memandang dari kelompok mana ia berasal. 

Luka akibat benturan, sesak akibat gas air mata, bahkan sekadar kelelahan, semuanya diperlakukan sama, ditangani secepat mungkin sebelum dibawa ke ambulans jika butuh penanganan lebih lanjut.

Namun idealisme itu tidak berarti tanpa risiko. Posisi tim medis kerap berada di garis rawan. Mereka bisa ikut terkena lontaran gas air mata, terhimpit massa, bahkan salah sasaran aparat.

"Sebenernya kalau jujur, pasti ada sih khawatir ya. Karena pada akhirnya tergantung sih. Kalau dekat massa, ya mau nggak mau, kadang kena bulan-bulanan (aparat) entah sengaja ataupun tidak disengaja," kata Yandrevz Reminiscre, rekannya.

Baca juga: Suasana Terkini Demo Mahasiswa BEM UI di Depan Gedung DPR Tagih 17+8 Tuntutan Rakyat

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan