FESTIVAL TEATER JAKARTA KE-50 “Homo Theatricus: Kota, Subsistensi, dan Imajinasi”
Perayaan 50 tahun FTJ, akan menjadi titik temu bagi pertunjukan seperti Festival Teater Anak, Festival Teater Pelajar dan Festival Teater Kampus.
Editor:
Brand Creative Writer
TRIBUNNEWS.COM - Memelihara sebuah festival teater bukanlah hal mudah. Jakarta adalah kota yang keras dan kompetitif. Dibutuhkan stamina kuat untuk itu.
Subsistensi perteateran Jakarta yang dibaca sebagai cara hidup yang cenderung minimalis menjadi daya hidup yang tak sekadar resiliensi (daya tahan) atas segala bencana, namun semangat yang muncul dari dalam diri pegiat teater sebagai daya tahan hidup panjang.
Daya tahan yang diarusbawahi oleh harapan pengembangan imajinasi sebagai daya kreatif untuk (terus) berkarya. Melalui tema Homo Theatricus: Kota, Subsistensi, dan Imajinasi premis yang ditawarkan menjadi pembacaan atas manusia teater di tengah kota keras (Jakarta) yang dapat mempertahankan daya hidupnya untuk terus mengembangkan imajinasi kreativitasnya.
Festival Teater Jakarta (FTJ), sebagai platform pembinaan berbentuk kompetisi seni teater telah mengukir jejak perjalanan kreatifnya sejak 1973. Awalnya dikenal sebagai Festival Teater Remaja Jakarta (FTRJ), FTJ lahir dari inisiatif Bapak Wahyu Sihombing (Alm.), yang saat itu adalah anggota Komite Teater – Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).
FTJ sebagai lomba berjenjang menjadi bagian dari inisiatif DKJ untuk memperkaya dunia seni pertunjukan di Jakarta. Penjenjangan lomba dimulai dari perhelatan FTJ babak penyisihan di tingkat lima wilayah kota administrasi kemudian pemenangnya tampil pada FTJ babak final DKI Jakarta.
FTJ bertujuan untuk membina dan mengembangkan kelompok-kelompok teater di Jakarta. Saat itu, kelompok-kelompok teater yang dianggap profesional masih langka, dan kehadiran FTJ menjadi landasan bagi pertunjukan teater berkualitas di Taman Ismail Marzuki (TIM), pusat kebudayaan yang telah berdiri sejak tahun 1968.
Memasuki usia ke-50 pada 2023 ini, helatan FTJ pada setiap tahun penyelenggarannya bukanlah sebuah perjalanan mulus tanpa halang rintang.
Selain mengalami fluktuasi kuantitas kepesertaan, pun pasang surut kualitas penampilan kelompok peserta, sampai kepada persoalan sistem dan mekanisme penyelenggaraannya. FTJ pernah “terbuang” dari lingkungan TIM dan digelar dari gelanggang ke gelanggang remaja di lima wilayah kota administrasi DKI Jakarta (1991 – 2005).
Sejak 2006, setelah pedoman penyelenggaran diperbaharui, FTJ balik ke pangkuan induk semangnya, DKJ. Helatan babak finalnya kembali dilaksanakan di lingkungan TIM.
Pasca kembali ke lingkungan TIM dan dikelola oleh Komite Teater DKJ inilah semangat perteateran di Jakarta seperti mendapatkan atmosfer second wind hingga penyelenggarannya pada 2023 ini.
Pada dua tahun penyelenggaraan FTJ (2022 – 2023) platform FTJ melalui jalur pembinaan dan pengembangan mulai dipertegas pada pedoman penyelenggaraannya.
Melalui dua pendekatan platform FTJ 50th, pada lajur pembinaan mengawali rangkaian kegiatannya dengan Workshop Kritik Teater yang diselenggarakan pada 27 dan 28 Agustus 2023, bertempat di ruang rapat Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Cikini, Jakarta Pusat.
Pelatihan ini dibimbing oleh dua penulis senior, Benny Yohanes (Bandung) dan Bambang Bujono (Jakarta). Setelah menyeleksi 46 calon peserta yang mendaftar melalui open call media sosial, ditetapkan 25 peserta yang dianggap memenuhi kriteria untuk mengikuti kelas Workshop Menulis Kritik Teater.
Latar belakang para peserta beragam, mulai dari pegiat teater, wartawan seni pertunjukan, dosen seni pertunjukan, mahasiswa, dan penulis lepas.
Para peserta workshop, selain mendapat bimbingan langsung oleh kedua instruktur, mereka mendapat tugas untuk menyaksikan dan menulis kritiknya atas pentas-pentas teater di sepanjang rangkaian FTJ 2023, baik di helatan FTJ Babak Penyisihan, pentas teater di FTJ Babak Final, dan pentas teater di puncak acara FTJ 50th (Lebaran Teater).
Pembentukan Kementerian Terpisah Dianggap Mampu Tangani Kekayaan Kebudayaan Lebih Fokus |
![]() |
---|
Panggung Maestro, Penghormatan untuk Pelaku Kesenian yang Setia Berkiprah Puluhan Tahun |
![]() |
---|
Sastrawan Seno Gumira: Masyarakat Harus Kritis Agar Tidak Mudah Jadi Korban Kampanye Buruk |
![]() |
---|
Komunitas Perempuan Menari Beri Pesan Menjaga Budaya Indonesia Dalam Renggana |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.