Rabu, 27 Agustus 2025

Ingatkan Pengawasan Penyalahgunaan Narkoba, PWI Soroti Lemahnya Pendidikan Karakter

Ketua PWI Pokja Kepolisian Jakarta Barat, Teuku Faisal, menyoroti maraknya penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
Kompas.com
Ilustrasi narkoba - Ketua PWI Pokja Kepolisian Jakarta Barat, Teuku Faisal, menyoroti maraknya penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua PWI Pokja Kepolisian Jakarta Barat, Teuku Faisal, menyoroti maraknya penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda.

Faisal mengatakan perang melawan narkoba tidak bisa hanya dibebankan pada aparat kepolisian, melainkan membutuhkan keterlibatan seluruh elemen bangsa.

"Ini bukan semata urusan polisi atau BNN. Ini soal masa depan anak-anak kita. Soal keberlangsungan negeri ini. Jika kita tidak bergerak bersama, kita akan kehilangan generasi emas,” ujar Faisal melalui keterangan tertulis, Selasa (22/7/2025).

BAHAYA NARKOBA - Ketua PWI Pokja Kepolisian Jakarta Barat, Teuku Faisal.
BAHAYA NARKOBA - Ketua PWI Pokja Kepolisian Jakarta Barat, Teuku Faisal. (HO/PWI)

Hal tersebut diungkapkan oleh Faisal pada diskusi terbuka yang digelar di kantor PWI Pokja Kepolisian Jakarta Barat. 

Menurutnya, penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja kerap berawal dari kebiasaan yang dianggap sepele.

Perbuatan itu diantaranya, merokok, mengonsumsi alkohol, nongkrong hingga larut malam, nonton video porno, bermain judi online, hingga terlibat dalam geng motor dan tawuran.

"Banyak yang tak sadar bahwa rokok dan miras adalah pintu masuk. Lalu ada pengaruh lingkungan dan internet. Saat kontrol lemah, anak-anak bisa terjerat narkoba hanya dalam hitungan minggu,” jelas Faisal.

Faisal juga mengungkapkan bahwa penanganan kasus narkoba pada remaja seringkali hanya berhenti pada proses hukum.

Menurutnya, harus ada upaya pemulihan menyeluruh terhadap kondisi psikologis, lingkungan sosial, maupun nilai-nilai keluarga.

"Kalau hanya ditangkap dan dipenjara, tapi tidak ada pembinaan, dia bisa kembali mengulang. Lingkungannya tetap sama, orang tuanya tetap tak peduli, sistem pendidikan tetap lemah. Ini bukan solusi," ucapnya. 

Ia menilai bahwa masalah narkoba sudah masuk ke akar sosial, sehingga pendekatan represif saja tidak cukup. Yang dibutuhkan adalah sinergi antara rumah, sekolah, media, tokoh agama, dan pemerintah, dalam membangun sistem perlindungan terhadap anak-anak muda.

Dalam kesempatan itu, Teuku Faisal juga menyoroti melemahnya pengawasan orang tua dan lemahnya pendidikan karakter di sekolah.

“Hari ini, banyak anak SMP sudah pegang HP 24 jam. Tapi adakah orang tua yang benar-benar tahu apa yang ditonton anaknya? Di sekolah, pelajaran moral digantikan target nilai ujian. Ini bahaya laten,” katanya.

Faisal mengajak para pendidik untuk kembali memprioritaskan pembentukan akhlak dan pengawasan terhadap perilaku siswa, bukan semata pencapaian akademik.

Dirinya juga mengajak para jurnalis untuk tidak hanya menjadi penonton dari kasus-kasus kenakalan remaja yang viral, tetapi juga menjadi bagian dari gerakan pencegahan.

Baca juga: Kepala BNN Jelaskan Efek Negatif Artis Pengguna Narkoba Bila Ditangkap

“Media harus ikut menjaga akal sehat masyarakat. Tulis berita bukan hanya soal siapa ditangkap, tapi kenapa dia bisa begitu. Berikan edukasi, bukan sensasi,” pungkasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan