Selasa, 23 September 2025

Diplomat Muda Tewas di Menteng

Arya Daru Tewas dengan Wajah Tertutup Plastik dan Dilakban, Oegroseno: Ada Bunuh Diri Pakai Lakban?

Menurut Oegroseno, dengan keadaan wajah Arya Daru yang tertutup plastik kemudian terlilit lakban, hal itu aneh dan menjadi sebuah pertanyaan.

Penulis: Rifqah
Tribunnews.com/Reynas Abdila
KEMATIAN DIPLOMAT - Sejumlah barang bukti sudah ditampilkan menjelang konferensi pers kasus kematian diplomat Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan di ruang konferensi pers di Aula Satya Harprabu Gedung Ditreskrimum PMJ, Jakarta Selatan, Selasa (29/7/2025). Menurut Oegroseno, dengan keadaan wajah Arya Daru yang tertutup plastik kemudian terlilit lakban, hal itu aneh dan menjadi sebuah pertanyaan. 

TRIBUNNEWS.COM - Wakapolri periode 2013-2014, Komjen Pol (Purn) Oegroseno, mempertanyakan kondisi diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan, yang kepalanya tertutup plastik kemudian dilakban.

Polisi menyatakan bahwa Arya Daru ditemukan dalam keadaan wajah tertutup plastik, kemudian terlilit lakban berwarna kuning.

Dari hasil penyelidikan, pihak kepolisian pun menyimpulkan bahwa Arya Daru tewas akibat bunuh diri.

Namun, menurut Oegroseno, dengan keadaan wajah Arya Daru yang tertutup plastik kemudian terlilit lakban, hal itu aneh dan menjadi sebuah pertanyaan.

"Berangkat dari kondisi korban ya, kan pakai plastik dulu baru dilakban, bukan dilakban baru pakai plastik. Kalau bunuh diri pakai plastik, lakbannya cuma di leher aja, dia masih bisa merasakan udara, melihat luar. Kenapa harus dilakban utuh? Itu kan pertanyaan-pertanyaan perlu dijawab," ungkapnya, Rabu (30/7/2025), dikutip dari YouTube tvOneNews.

"Tapi kalau dia sudah meninggal baru dikasih plastik dilakban ya mungkin seperti itu (dugaan pembunuhan), itu masih perlu adakan penyidikan dan penyelidikan," sambungnya.

Oegroseno lantas menjelaskan analisis kriminalnya mengenai perbedaan kondisi seseorang ketika sengaja dibunuh dan bunuh diri.

"Jadi sekarang gini, kalau itu dilakban setelah meninggal, mungkin plastik sama ini enggak bengkak gitu loh. Kan udara ini keluar. Tapi kalau dia bunuh diri, masih hidup, dia tetap bertahan seperti itu, ini kan pasti sudah bengkak," jelasnya.

"Jadi ketemu pertama kali yang melihat itu. Apakah dokter juga perlu ditanya nih, apakah dalam keadaan ini masih ada udara-udara sekitar situ ya kan atau sudah dilubangi kertas plastik? Kalau ada dilubangi ngapain pakai plastik?"

"Ini analisa kriminal di sini harus lebih mendalam seperti itu. Jadi jangan dikatakan ditemukan plastik lakban ini perlu ada pertanyaan berikutnya. Meninggal baru dikasih plastik dan dilakban ya kan? Atau sebelum meninggal sudah diplastik dan dilakban kan," ucap Oegroseno.

Ketika disinggung mengenai polisi yang tidak menemukan sidik jari orang lain di lakban maupun di Tempat Kejadian Perkara (TKP), Oegroseno mengatakan bahwa pelaku bisa saja memakai sarum tangan untuk menyamarkan sidik jari, layaknya di film-film.

Baca juga: Keluarga Arya Daru Tak Puas dengan Hasil Penyelidikan, Eks Kabareskrim: Ajukan Bukti Jika Punya

"Namanya film juga ada pelaku kan bisa pakai sarung tangan, pakai apa bisa juga, kalau misalnya itu dibunuh ya," katanya.

Oegroseno pun merasa heran, apakah ada bunuh diri menggunakan lakban seperti pada kasus kematian Arya Daru ini.

"Sekarang kita tanya, ada enggak bunuh diri pakai lakban? Kita cari aja, mungkin pernah ditemukan, di situ pernah membaca semacam buku tentang bunuh diri dengan cara yang nyaman pakai lakban. Kalau enggak ada, berarti kan ini luar biasa sih korban ini," ujarnya.

Kesimpulan Kematian Arya Daru

Dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025), Polda Metro Jaya secara resmi menyimpulkan bahwa kematian Arya Daru tidak melibatkan pihak lain dan tidak ditemukan unsur pidana.

Hasil penyelidikan komprehensif itu turut melibatkan berbagai pihak, termasuk ahli forensik dan psikolog forensik.

"Indikator dari kematian ADP (Arya Daru) mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain. Kami belum menemukan adanya peristiwa pidana," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra.

Berdasarkan dari hasil autopsi oleh tim forensik dari RSCM, menunjukkan bahwa Arya Daru meninggal karena mati lemas akibat gangguan pertukaran oksigen di saluran napas bagian atas.

Dokter Yoga Tohijiwa, yang memimpin pemeriksaan juga mengatakan ada temuan memar pada beberapa bagian tubuh Arya Daru, seperti di kelopak mata kiri, bibir bawah, dan lengan kanan.

Namun, dia menjelaskan bahwa memar itu tidak disebabkan karena adanya indikasi kekerasan.

“Memar tersebut bisa disebabkan oleh aktivitas fisik sebelumnya, termasuk saat memanjat tembok di rooftop gedung Kemlu,” jelasnya.

Dalam kasus ini, sebanyak 24 saksi telah diperiksa oleh polisi, termasuk keluarga, rekan kerja, penjaga kos, dan sopir taksi. 

Enam saksi ahli juga dilibatkan untuk menjelaskan temuan teknis selama proses penyelidikan.

Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi menyita sejumlah barang bukti seperti lakban, plastik, pakaian korban, dan obat-obatan.

Sidik jari korban ditemukan pada permukaan lakban yang melilit kepalanya, memperkuat dugaan bahwa tindakan dilakukan sendiri.

Perjalanan Kasus Tewasnya Arya Daru

Senin, 7 Juli 2025 – Malam Terakhir

Arya Daru terakhir berkomunikasi dengan istrinya saat berada di Grand Indonesia, membeli pakaian untuk penugasan ke Finlandia.

Dia sempat video call dan mengabari sedang antre taksi, namun setelah itu hilang kontak.

Rooftop Gedung Kemlu

Dari rekaman CCTV menunjukkan bahwa Arya Daru tiba di Gedung Kemlu pukul 21.43 WIB.

Setelah itu, dia naik ke lantai 12 dan berada di sana selama 1 jam 26 menit.

Arya Daru membawa dua tas, namun saat turun dia tidak membawa barang-barangnya. 

Salah satu tas ditemukan berisi rekam medis dan obat-obatan.

Kos di Menteng – Penemuan Jenazah

Pada keesokan harinya, Selasa (8/7/2025) pagi, Arya Daru ditemukan tewas di kamar kosnya, dengan kondisi kepala dililit lakban dan dibungkus plastik, pintu kamar kos juga dalam keadaan terkunci dari dalam.

CCTV kos menunjukkan Arya Daru sempat keluar kamar membawa kantong kresek hitam, lalu kembali masuk dan tak terlihat lagi.

Penyelidikan dan Gelar Perkara

Polisi memeriksa 24 saksi, menyita 20 titik CCTV, dan melibatkan ahli forensik, psikologi, serta Komnas HAM dan Kompolnas dalam gelar perkara.

Hasil otopsi disebut telah mengungkap penyebab kematian, meski ponsel korban belum ditemukan.

Spekulasi dan Dugaan

Mantan Kabareskrim Polri, Komjen (Purn) Ito Sumardi, menduga kuat Arya Daru dibunuh, bukan bunuh diri.

Hal tersebut dilihat berdasarkan kejanggalan teknis dan kondisi jenazah.

Arya Daru diketahui sedang bersiap untuk penugasan ke Finlandia, memunculkan dugaan apakah kematiannya terkait tekanan pekerjaan atau ancaman eksternal.

Sosiolog Kriminal Soeprapto, sebelumnya juga sempat mengungkapkan empat poin kejanggalan kematian Arya Daru, pertama yakni soal temuan bukti bahwa Arya Daru sempat naik ke rooftop lantai 12 Gedung Kemenlu.

Menurut Soeprapto, hal ini bisa menjadi tambahan bahan bagi polisi untuk mengungkap misteri kasus ini.

"Perlu diperjelas dengan mengkaji isi tas plastik dan tas punggungnya apakah hanya dokumen, atau hanya pakaian, atau keduanya," terang Soeprapto kepada wartawan, Sabtu (26/7/2025). 

"Kemudian dilihat CCTV-nya apakah hanya sendirian, atau bertemu dan atau berkomunikasi dengan seseorang," tambahnya.

Selanjutnya, yang kedua adalah terkait plastik dan lakban di wajah Arya Daru, menurut Soeprapto, jika dilakukan sendiri perlu didalami atas tekanan dari siapa.

Dia menilai penyelidik harus memeriksa bungkusan plastik yang dibuang sebelum ditemukan meninggal.

"Apakah ada tanda-tanda obat bius atau zat yang berfungsi untuk melumpuhkan korban agar tidak melakukan perlawanan saat dieksekusi, kemudian disinkronkan dengan hasil otopsi," paparnya.

Ketiga, kata Soeprapto, soal akses masuk pintu kos yang slotnya hanya bisa dibuka dari dalam, belum menjamin juga bahwa saat itu sudah di slot oleh korban. 

"Jendela juga bisa menjadi akses keluar bagi orang lain dengan mengembalikan posisi slot terkunci jika slotnya vertikal," urai Dosen Purna Universitas Gadjah Mada tersebut.

Keempat yakni terkait handphone Arya Daru yang hilang merupakan sebuah pertanda bahwa ada orang lain yang mengusik kehidupan korban di malam itu.

"Dari rangkaian temuan sepertinya kasus ini mengindikasikan keterlibatan orang lain," imbuhnya.

(Tribunnews.com/Rifqah/Reynas/Glery)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan