Kerusuhan di Mesir
Asvin Cuma Bawa Selimut, Celana dan Dokumen
Mahasiswa Al-Azhar Asvin Aziz (23) mengaku baru kali ini melihat suasana Mesir yang membuat sekujur tubuh bergetar ketakutan
Penulis:
Iwan Taunuzi
Editor:
Prawira
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mahasiswa Al-Azhar Asvin Aziz (23) mengaku baru kali ini melihat suasana Mesir yang membuat sekujur tubuh bergetar ketakutan. Asvin sudah satu tahun tinggal di Nasr City yang dianggap sebagai kota aman.
"Saya tinggal di Nasr City sudah empat tahun. Selama itu kondisi aman-aman saja," ungkap Aziz saat ditemui di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (4/2/2011).
Keamanan di Kairo memang sudah tidak terjamin. Polisi yang biasanya tidak berbekal senjata, sejak kerusuhan terjadi selalu membawa pistol. Kondisi itulah yang membuat ia berfikir ulang untuk kembali ke negeri piramida itu untuk melanjutkan studinya.
Melihat suasana mencekam di Kairo membuatnya ingin segera kembali ke kampung halamannya di Medan, Sumatera Utara meski hanya membawa barang seadanya. Terbukti mahasiswa tingkat akhir Universitas Al Azhar ini hanya membawa selimut, celana, dan beberapa dokumen kuliahnya.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Menurutnya, seandainya sempat mengepak barang-barang yang lain pun, barang-barang bawaan tersebut tak luput dari geledahan dari tentara dan ditanya berbagai pertanyaan.
"Nanti malah perjalanan menuju Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) tempat WNI ini berkumpul pasti akan terhambat," akunya.
Hal senada juga disampaikan oleh Mahasiswa Al-Azhar tingkat 2, Landy T Abdurrahman. Mahasiswa asal Purworejo ini mengatakan suara tembakan seolah menjadi makanan sehari-hari pascakrisis-politik di negeri ini.
Keadaan tersaebut diperparah dengan langkanya bahan makanan. Jikapun ada, harganya bisa mencapai dua kali lipat dari harga semestinya. "Belum lagi pemberlakukan jam malam," ujarnya.
Ia menambahkan, ini merupakan kondisi terburuk yang pernah terjadi di Mesir. Saat dua kubu antara yang pro dan kontra Presiden Hoasi Mubarak bertemu, saat itulah baku hantam terjadi dengan dahsyatnya.
"Jalan-jalan diblok dengan paving. Kalau ada yang lewat ditanya kamu siapa mau ngapain di sana," paparnya.
Namun demikian, keputusan Landy sedikit berbeda dengan Aziz. Ia memilih untuk kembali lagi ke Kairo untuk melanjutkan kuliahnya. "Ada rencana kembali lagi. Saya tidak takut dan saya yakin kondisi ini akan selesai," pungkasnya.