Bom Bunuh Diri Cirebon
M Syarif Pernah Usaha Bareng Anggota Brimob
Muchamad Syarif (31), diduga pelaku bom bunuh diri di masjid Al Zikro, komplek Mapolresta Cirebon pada Jumat pekan lalu memilih berpisah
Penulis:
Y Gustaman
Editor:
Hasiolan Eko P Gultom

Abdul Gafur (66), ayah Syarif, saat ditemui wartawan, bercerita sang anak sejak itu membuka konter ponsel Digital Foto Warteg bersama seorang anggota Brimob.
"Usahanya itu sampai 2006. Terus dia pisah, dan memilih kerja di Sumber di toko komputer," ujar Gafur, Senin (18/4/2011).
Sejak kecil, Syarif memiliki watak yang keras. Dia belajar mengaji dari SMP-SMA di sebuah pesantren Al Hikmah di Jagasatru, Kota Cirebon. Pesantren milik almarhum Kyai Aipmu terkenal. Dia adalah kyai sepuh yang dihormati warga Cirebon. Di pesantren ini banyak masyarakat Cirebon yang mengaji. Bahkan sampai sudah tua sekalipun.
Usai lulus SMA, Syarif menghadap bapaknya, dan mengutarakan diri untuk belajar di pesantren di Kediri. "Dia ke sana sendiri. Saya enggak mengantarnya. Saya kasih uang untuk dana satu tahun. Tapi empat sampai lima bulan pulang, katanya uang dicuri sama santri senior. Waktu itu masih belum berani," ceritanya.
Gafur mengakui, perangai anaknya keras. Terlihat ketika dia bergabung dengan aliran keras 2009. Kendati begitu, Gafur tak mengetahui siapa saja teman Syarif yang satu aliran. Sang bapak hanya tahu kalau teman-teman Syarif dari pakaiannya yang berjubah.
Syarif diduga keras pelaku peledakan bom bunuh diri. Ia tewas karena bom yang dibawanya. Sebanyak 30 orang jatuh luka dari berat, ringan dan sedang. Salah satu korban adalah Kapolresta AKBP Herukoco. Dari tubuhnya, ditemukan tak kurang 50 serpihan bom