Jumat, 3 Oktober 2025

MV Sinar Kudus Ditebus

Kapten Sinar Kudus: Perompak Somalia Tak Jelas Agamanya

Kapten kapal MV Sinar Kudus, yang disandera perompak Somalia, Slamet Juhari tak henti-hentinya berterimakasih

Penulis: Alie Usman
Editor: Prawira
zoom-inlihat foto Kapten Sinar Kudus: Perompak Somalia Tak Jelas Agamanya
Tribunnews.com/Andri Malau
Sebanyak 20 awak kapal MV Sinar Kudus yang berhasil diselamatkan dari cengkraman perompak Somalia tiba di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta Tangerang pada Sabtu, (7/5/2011) sekira pukul 21.30 WIB. Mereka langsung dibawa oleh pihak perusahaan ke Hotel Sheraton Bandara.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapten kapal MV Sinar Kudus, yang disandera perompak Somalia, Slamet Juhari tak henti-hentinya berterimakasih kepada seluruh pihak yang ikut andil menyelamatkannya beserta seluruh awak kapal Sinar Kudus begitu menginjakkan kaki di Indonesia.

Bagi Slamet Juhari, pengalaman selama disekap sebagai sandera oleh para perompak tak mungkin bisa dilupakan. Tekanan mental yang teramat dahsyat selama disekap, masih tersisa hingga hari ini. Slamet Juhari yakin, hal itu juga dirasakan seluruh kru MV Sinar Kudus.

Slamet Juhari menceritakan, di tengah tekanan yang teramat berat tersebut sebetulnya ada satu hal yang membuatnya tak habis fikir, yakni soal keyakinan dan agama para perompak. Diakuinya, seluruh perompak yang jumlahnya mencapai 60 orang tersebut tidak ada satu pun yang terlihat bersentuhan dengan agama.

Namun, salah satu pendekatan yang dilakukannya, yakni pendekatan secara agama, justru malah berhasil membuat para perompak itu tidak menyentuh mereka selama disandera lebih dari sebulan.

Slamet Juhari mengatakan, setelah melakukan sedikit pendekatan secara agama dengan para perompak dalam ruang gerak yang teramat sempit tersebut, seluruh sandera tidak mengalami kekerasan fisik sedikitpun dari para perompak hingga dibebaskan.

"Mereka sangat berbeda dengan kita. Mereka tidak berpendidikan, tidak jelas apa agamanya. Sulit sekali menghadapinya. Tapi pada saat kami mendekati dengan sisi keagamaan, meskipun mereka tidak sembahyang, tapi mereka mungkin merasa ada yang lain. Akhirnya, sampai 46 hari kami tidak diapa-apakan secara fisik," ujar Slamet Juhari.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved