Bom di Bima
GP Ansor: Pesantren Umar bin Khattab Harus Ditutup
Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) menegaskan, pesantren Umar bin Khattab, Bima, NTB harus ditutup, menyusul adanya ledakan bom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) menegaskan, pesantren Umar bin Khattab, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) harus ditutup, menyusul adanya ledakan bom di area pesantren beberapa waktu lalu.
"Harus ditutup supaya tidak menimbulkan stigmatisasi terhadap pesantren secara keseluruhan," tegas Ketua Umum GP Ansor, Nusron Wahid seusai acara apel Banser di Lapangan Timur Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (17/7/2011).
Tak hanya itu, kepada wartawan ia mengatakan, jangan sampai pesantren diidentikkan sebagai pelaku kekerasan. Oleh karena itu, pemerintah harus tegas untuk menindaklanjuti ledakan yang terjadi di Ponpes tersebut.
Sebelumnya, Polda NTB telah menetapkan delapan tersangka terkait ledakan bom rakitan di pesantren Umar bin Khattab, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima (11/7/2011) lalu. Delapan tersangka, termasuk pimpinan pondok Ustadz Abrori, ditetapkan tersangka, karena ditemukan barang bukti berupa bahan bom rakitan di pondok mereka dan kepemilikan senjata tajam.
Kapolda NTB, Brigadir Jenderal Arif Wachyunadi mengatakan, delapan orang itu diduga terlibat ledakan bom rakitan. Dan adanya barang bukti berupa berbagai jenis bahan rakitan bom, seperti pentul korek api, solder, sumbu ledak dan kabel-kabel.
Kedelapan tersangka itu adalah pimpinan pondok Ustadz Abrori, Mustakim Abdullah (17 th, pelajar), Rahmad Ibnu Umar (36 th, swasta), M Yakub (26 th, kernet bemo), Julkifli (23 th), Muslamin Talib (38 th, guru), dan Syahril H Manhir (23 th, tukang ojek). (*)