Terapi di Rel Kereta Api
Terapi di Rel Kereta Api Terasa di Surga
Kusmiati (67) warga yang rumahnya tak jauh dari rel kereta api sudah melakukan terapi selama satu tahun. Sakit diabetesnya kini sembuh.
Penulis:
Adi Suhendi
Editor:
Yulis Sulistyawan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Entah sejak kapan terapi di rel kereta api dekat Stasiun Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat dilakukan. Tetapi Kusmiati (67) warga yang rumahnya tak jauh dari rel kereta api sudah melakukan terapi selama satu tahun.
Ia mengaku mengalami sakit asma, darah tinggi, dan diabetes. Kusmiati mengaku pada saat masih berobat di dokter sekitar satu tahun yang lalu, kadar gulanya sekitar 500 ribu. Kini kadar gulanya menurun menjadi 200 ribu lebih.
"Saya suka merasa kangen bila sehari tidak ke sini. Kalau kita melakukan terapi terus sambil menghayati maka akan terasa enak, terasa di surga," ucap Kusmiati saat ditemui dekat Stasiun Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (20/7/2011).
Kusmiati sebenarnya sudah menjalankan pengobatan melalui medis. Tetapi sakitnya tak kunjung mendapatkan kesembuhan hinga akhirnya ia diberi tahu tetangganya untuk melakukan therapi di rel kerati api.
"Dulu saya sering minum obat. Tetapi sekarang sudah tidak lagi, sekarang pun saya sudah tidak pernah ke dokter lagi," akunya kepada wartawan.
Perempuan ini biasanya melakukan terapi sekitar 1-1,5 jam setiap sore. Ia sengaja datang sekitar pukul 15.30 WIB tatkala sang mentari mulai menyingsing di ufuk barat. Ia pun sengaja memabawa payung dan berbaring diatas rel sambil ngobrol sama teman-temannya.