Kamis, 28 Agustus 2025

Menkes Meninggal Dunia

Menkes Endang Rahayu Didoakan Sopir Taksi Jadi Menteri

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih bercerita saat dirinya pertama kali dipanggil ke Cikeas

Penulis: Adi Suhendi
Editor: Rachmat Hidayat
zoom-inlihat foto Menkes Endang Rahayu Didoakan Sopir Taksi Jadi Menteri
TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Foto-foto pemakaman Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih di pemakaman Sandiego Hills, Karawang, Jawa Barat, Kamis (3/5/2012).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Dalam buku 'Untaian Garnet dalam Hidupku' yang dikisahka Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih bercerita saat dirinya pertama kali dipanggil Sudi Silalahi untuk datang ke Cikeas, Bogor, tepatnya ke rumah kediaman pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Saat itu, Kamis (22/10/2009) sekitar pukul 13.00 WIB dirinya sedang makan siang dengan sahabatnya dr Suhardi. Tiba-tiba handphonenya berbunyi. Saat Endang melihatnya, ternyata dari atasannya.

Tanpa basa-basi atasannya langsung berbicara nyaring dari balik hand phone Endang. "Saya dengar Anda akan diangkat. Saya bersedia membantu Anda," ucap atasannya.

Dalam benaknya saat itu, dirinya akan kembali ke jabatan awalnya sebagai Kepala Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi setelah diberhentikan Menkes sebelumnya Siti Fadillah Supari.

"Kenapa bapak mau bantu saya? Kan, saya diangkat kembali sebagai pembantu bapak?," tanya Endang saat itu.

Mendengar pertanyaan Endang, justru pimpinannya tersebut malah menjawab santai. "Sudahlah, nanti dengarkan saja, asal telepon jangan ditutup (dimatikan)," ucap pimpinannya tersebut.

Tak lama kemudian handphone Endang kembali berbunyi dengan nomor yang ia tidak kenali dan langsung berbicara.

"Saya Sudi Silalahi. Apakah benar ibu Dr Endang Rahayu Sedyaningsih," tanya orang yang menelpon Endang yang tiada lain Sudi Silalahi.

Ia justru mengangguk seakan bukan bicara dalam telepon, mendengar nama yang tidak asing di telinganya dan terheran-heran kenapa orang penting tersebut menelponnya saat dirinya sedang makan siang.

"Betul Pak, dan apakah ini benar-benar Pak Sudi Silalahi," jawab Endang.

"Benar ini tidak main-main. Ini keadaan emergency. Saudara diminta sekarang juga untuk datang ke Cikeas. Apakah saudara tahu tempat tersebut?," jelas Sudi Silalahi

"Tidak tahu pak. Tapi saya bisa cari," jawab Endang.

"Dengan apa saudara pergi ke sini?," tanya Sudi kembali.

"Oh, saya tidak ada mobil Pak karena mobil saya suruh pulang. Saya sedang rapat di Hotel Horizon, Bekasi. Tapi saya bisa cari taksi. Saya akan segera datang Pak," jawab Endang kembali.

Setelah ia menerima telepon tersebut dirinya tercenung, dan air matanya pun jatuh sehingga membuat teman makan siangnya dr Suhardi kebingungan.

"Apakah ada berita buruk. Ada saudara meninggal? Kecelakaan? Sakit keras," tanya dr Suhardi.

Endang pun menjelaskan pembicaraan di telepon genngamnya dengan Sudi Silalahi. dr Suhardi tidak banyak bicara langsung membantu Endang membereskan barang bawaannya ada tas tangan, tas kerja, dan tas komputer.

Kemudian dr Suhardi pun membantu Endang mencarikan taksi, namun Endang justru masih banyak pertanyaan di dalam benaknya.

Setelah naik taksi, Endang baru tahu kalo sang sopir ternyata tidak mengetahui kediaman SBY di Cikeas. "Pak sopir harus bertanya lebih dari empat kali menjaga supaya jangan nyasar," ucap Endang.

Meskipun sudah bertanya, tetap saja alamat yang dituju terlewat, sehingga taksi yang ditumpangi Endang harus berbalik arah untuk sampai ke kediaman SBY.

"Saat itu, jauh di dasar hati saya berpikir, apa bisa alasan saya terlambat lantaran pak supir taksi tak tahu jalan ke Cikeas?," tanya Endang saat itu dalam dirinya.

Namun, ditengah kegundahan sang sopir meskipun tak tahu jalan ternyata masih bisa membuatnya bisa sedikit tenang. "Aduh Pak, kalau saya diminta jadi menteri, bagaimana ini pak," tanya Endang.

"Saya doakan agar ibu dapat menjadi menteri yang baik bagi rakyat Indonesia," jawab sopir taksi.

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Endang sampai ke kediaman SBY. Saat ia turun sejumlah wartawan sudah banyak, tapi tak ada seorang pun yang bereaksi dengan kedatangan Endang.

Dengan mengenakan baju batik merah model sportif, serta rambutnya yang agak pendek saat itu, Endang pun berusaha tenang memasuki istana Cikeas. Namun lantaran malu banyak yang harus ditenteng, akhirnya Endang menitipkan dua tasnya kepada sopir taksi dan memintanya untuk menunggu dirinya.

Ia pun melangkahkan kakinya masuk ke istana Cikeas, setelah melawati pemeriksaan akhirnya ia bertemu dengan dokter Aris Wibudi yang tiada lain tim dokter kepresidenan yang merupakan adik kelasnya.

Pertolongan kembali datang kepada Endang, ditengah hatinya yang berdebar-debar dokter Aris menanyakan barang-barang Endang apakah sudah diturunkan semuanya atau belum. Sontak Endang pun menjawab belum.

"Taksinya pun belum saya bayar," ujarnya.

Dokter Aris pun menyanggupi untuk membereskan barang-barangnya dan ongkos taksi yang belum dibayar Endang. Kemudian Endang pun masuk ke sebuah Pavilun kecil bertemu dengan Sudi Silalahi dan Andi Mallarangeng.

Setelah itu segala proses ia jalani di Istana Cikeas sampai akhirnya bertemu SBY dan Boediono, sampai akhirnya Endang menyatakan kesiapannya mengemban tugas sebagai Menkes meskipun ada orang lain yang juga dipanggil untuk posisi yang sama.

Ia pun pulan, kebingungan menyelimutinya karena tidak ada mobil yang mengantarkannya untuk pulang, sampai akhirnya Endang pun bertanya kepada pengawal yang berada di luar dimana dirinya bisa mendapatkan taksi.

Bantuan kembali datang, Kepala RSPAD yang saat itu berada di istana Cikeas bersedia mengantarkan pulang. "Ternyata kepala RSPAD adalah kenalan suami saya," ucapnya.

Kemudian ia pun tiba di rumah dan menunggu pengumuman menteri, sampai akhirnya namanya disebut. Spontan ucapan selamat pun langsung mengalir.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan