Kontroversi Irshad Manji
Ansor Kecam Pembatalan Diskusi Buku Irshad Manji di UGM
Ketua umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Nusron Wahid menyesalkan pembatalan diskusi buku karya Irshad Manji berjudul Allah, Liberty dan Love
Penulis:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Nusron Wahid menyesalkan pembatalan diskusi buku karya Irshad Manji berjudul 'Allah, Liberty dan Love', di kampus UGM Jogyakarta, Rabu (9/5/2012) karena adanya tekanan dan demonstrasi dari sekelompok orang.
"Semestinya, diskusi ilmiah di kampus tidak boleh dihalangi," kata Nusron Wahid, Rabu (9/5/2012).
Menurut Nusron, UGM itu dari dulu dikenal sebagai kampus pencerahan dan kebebasan berpikir. Kampus lah tempat untuk mendesiminasi gagasan secara ilmiah, lepas soal benar atau salah. Sesuai atau tidak sesuai," ujarnya.
Menurut Nusron yang juga anggota Komisi XI DPR dari Golkar ini, jika tidak setuju dengan gagasan feminis asal Kanada, Irshad Manji, GP Ansor juga banyak tidak setuju dengan gagasan dan pemikiran tersebut.
"Tapi bukan berarti Ansor menutup pintu diskusi. Kalau mendiskusikan masalah yang kita tidak setujui saja sudah tidak boleh, apalagi di kampus, ini namanya fasisme. Kalau dilakukan atas nama agama, namanya fasisme religius. Ini tidak boleh," tegasnya.
Negara Indonesia, ujar Nusron, adalah negara yg mengagungkan kebebasan berpikir dan menghargai pemikiran. "Dulu Sukarno berbeda dengan Tan Malaka dan Sutan Syahrir. Tapi, tidak pernah melarang diskusi tentang pemikiran Sukarno atau Lenin sekalipun. Pelarang diskusi buku Irshad Manji ini bagi saya sama saja menerapkan cara-cara yang primitif sebagai sebuah bangsa yg beradab," tegas Nusron.
Kejadian ini merupakan preseden buruk bagi dunia kebebasan berpendapat dan berekspresi di Indonesia. Suatu saat pengajian NU atau Muhammadiya pun kalau isinya tidak setuju pun, akan didemo dan bisa dilarang.
"Masak setiap forum harus sama dengan pendapat orang. Dimana letak Bhineka Tunggal Ika –nya, kalau begini," tanya Nusron.(*)