Oknum Guru SMPN 287 Pukuli Puluhan Muridnya
Herman dilaporkan ke SPK Mapolres Jakarta Timur oleh salah seorang siswanya, K (12), siswa kelas VIII.
Penulis:
Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Herman, seorang guru pengganti mata pelajaran matematika di SMPN 287 Jakarta Timur, dilaporkan ke Mapolres Jakarta Timur, karena menganiaya puluhan siswanya.
Herman dilaporkan ke SPK Mapolres Jakarta Timur oleh salah seorang siswanya, K (12), siswa kelas VIII. Pemukulan Herman terhadap K dilakukan pada Selasa (26/5/2012) lalu, saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Tak hanya K, sekitar 30 siswa lain yang sekelas, hari itu juga dipukul Herman.
"Semua teman-teman satu kelas dipukulin kepalanya," kata K yang datang ke Mapolres Jakarta Timur didampingi ibunya. Akibat perbuatan Herman, K dan teman-temannya mengalami pusing.
Bahkan, anak pertama dari dua bersaudara sempat demam dan meriang. Parahnya lagi, sang guru kerap mengepalkan tangannya saat memukul.
"Sakit waktu dipukul," imbuh K.
Menurut K, peristiwa itu berawal saat Herman mengajar di kelas II SMPN 287, untuk menggantikan guru utama. Seusai menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, Herman menanyakan kepada anak didiknya, jika ada hal yang ingin ditanyakan.
Setelah tidak ada tanggapan, Herman memutuskan agar dia yang bertanya ke siswa.
"Karena tak ada yang bertanya, kalau begitu bapak saja yang nanya," tutur K menirukan ucapan gurunya.
Respons serupa diterima Herman, saat mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Tak ada satupun siswa yang menjawab.
Herman kesal dan naik pitam dengan keadaan itu. Para siswi ia suruh membenturkan kepala ke meja sebanyak lima kali. Bila menolak, Herman memukuli mereka dengan tangannya. Sedangkan para siswa dipukuli menggunakan sikutnya.
"Yang dipukul rata-rata kepala. Ada kepala bagian belakang, ada juga juga kepala samping. Semua teman-teman dipukul," jelas K.
Kekerasan ini bukan kali pertama terjadi. Menurut Keisha, dua bulan lalu, hal serupa juga dilakukan Herman. Saat itu, pihak sekolah sempat menegur Herman agar tidak mengulangi perbuatannya.
"Tapi, sekarang Pak Herman mengulangi lagi sama kami," tutur K.
W (38) ibu K, awalnya tak mengetahui peristiwa kekerasan yang dialami anaknya. Ia sempat curiga saat anaknya mengaku pusing-pusing pada Rabu (30/5/2012).