Om Liem Meninggal
Karena Cadel Om Liem tak Pernah Berpidato
Tiga di antara mereka telah dipanggil ke haribaan sang khalik, tingga Djuhar Sutanto yang masih hidup.
Penulis:
Ferdinand Waskita
Editor:
Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA- Lebih dari 100 karyawan PT Bogasari Flour Mills berkumpul di lobi Gedung Cakra Kembar PT Infofood Sukses Makmur Tbk, kawasan Tanjung Priok, JakrAta Utara.
Tepat pukul 12.00 WIB, terasa suasana haru saat mereka memanjatkan doa bagi salah satu pendiri Bogasari, Sudono Salim alias Lim Sioe Liong, yang meninggal dalam usia 96 tahun, Minggu, delapan hari lalu dan dikebumikan di Singapura, Senin (18/6).
Ritual doa itu berdasarkan agama Budha. Agama yang dianut Sudono Salim atau akrab disapa Om Liem. Foto Om Liem ditempatkan di meja altar sebagai pengingat juragan mi instan, bank, pabrik semen, dan ratusan lagi perusahaan miliknya.
"Pelaksanaan doa bersama tepat pukul 12.00 WIB, disesuaikan dengan waktu almarhum diberangkatkan dari rumah duka ke pemakaman di Singapura," kata PR & Communication Bogasari, Louis M Djangun ketika ditemui Tribunnews.com di Tanjung Priok, Senin (18/6).
Manajemen Bogasari memang selalu mengingatkan jasa pendiri perusahaan kepada karyawannya. Mereka dikenal sebagai "Gang of Four" yang terdiri dari Ibrahim Risjad, Liem Sioe Liong atau Sudono Salim, Liem Oen Kian atau Djuhar Sutanto dan Sudwikatmono.
Tiga di antara mereka telah dipanggil ke haribaan sang khalik, tingga Djuhar Sutanto yang masih hidup.
Foto empat sekawan konglomerat pendiri Bogasari itu diletakkan di sejumlah tempat. Bogasari bahkan memiliki gedung pertemuan yang disebut empat sekawan untuk mengenang jasa para pendiri, yang terkenal sebagai geng Empat Sekawan Konglomerat pada Orde Baru. Louis mengakui kini banyak karyawan yang tidak mengenal banya para pendiri tersebut.
"Karyawan sekarang banyak yang tidak mengenal karena saat ini merupakan generasi kedua," ujar Louis yang masuk Bogasari pada tahun 1996.
Karyawan, lebih sering berinteraksi dengan Sudwikatmono sebagai Presiden Direktur yang meninggal tahun lalu. Jabatan Om Liem sebagai Komisaris Utama yang membuat ia jarang bertemu karyawan, apalagi dia menetap di Singapura pascakerusuhan Mei 1998.
Mengenai pengelaman bertemu langsung dengan Om Liem, Louis kembali mengingat-ingat peristiwa tersebut. Ia lalu bercerita saat berjabat tangan dengan ayah dari Anthony Salim, kini menjadi CEO Indofood meneruskan tangan dingin ayahnya itu, pada sebuah acara di Wisma Indocement. Saat itu, Om Liem berulang tahun ke-75. Semua karyawan, satu per satu, mendapatkan kesempatan spesial karena dapat menyalami Om Liem.
"Karena dapat berjabat tangan dengan beliau merupakan kesempatan yang jarang bagi semua karyawan," ujar Louis.
Louis juga memiliki pendapat pribadi mengenai sosok Om Liem. Ia memiliki alasan mengapa Om Liem jarang berkomunikasi dengan karyawan. Liem sepertinya sulit mengungkapkan pendapatnya langsung kepada karyawan. "Dia lebih fasih bahasa Mandarin dan Jawa ketimbang Bahasa Indonesia," ujar Louis.
Om Liem juga memiliki keterbatasan yakni tidak bisa mengucapkan huruf 'r', atau yang dikenal cadel. Hal itu membuat tidak semua karyawannya memahami artikulasi yang diucapkan Sudono Salim.
"Jadi ada sekretarisnya, Ibu Yeni, yang menerjemahkan keinginan beliau. Hal itu dilakukan kepada tamu atau lainnya. Makanya saat acara tidak pernah Om Liem memberikan sambutan," kata Louis.