Akil Mochtar Ditangkap KPK
Akil Mochtar, dari Tukang Semir, Ketua MK, Hingga Tahanan KPK
Nama Akil Mochtar seketika mencuat.
Akil mengakui masih banyak tantangan yang dihadapi MK. Menurut dia, MK adalah lembaga yang berperan mengontrol dan mengawal konstitusi, apakah dijalankan atau tidak oleh semua penyelenggara negara maupun warga negara. ”Semua yang dilakukan di negara ini kan harus berpedoman pada konstitusi. Jika ada yang menyimpang, MK yang mengontrolnya melalui kewenangan yang ada. Namun hal ini tidak semua orang paham,” kata dia.
”Akan banyak usaha orang untuk menghancurkan MK. Orang akan melakukan tekanan politik. Kalau tidak bisa secara politik, maka dengan uang, menyogok hakim atau pegawai MK. Ini seharusnya tidak boleh terjadi,” jelasnya.
Akil mengatakan, peradilan dan proses hukum di MK seharusnya bisa dijaga, dan harus steril dari segala hal yang tidak benar, misalnya suap atau sogok. ”Keputusan MK itu kan sifatnya final. Tidak ada upaya hukum sesudahnya. Bayangkan jika keputusan hakim yang final dan mengikat itu lahir dari proses sogok atau suap. Bisa hancur negara ini,” tuturnya.
Tentang serangan-serangan pribadi terhadap dirinya, Akil menanggapi dengan santai. ”Saya sudah biasa mendapat serangan seperti itu sejak lama, sejak zaman orde baru,” kata Akil.
Dijelaskannya, orang sering salah menilainya secara pribadi. ”Mungkin karena orang melihat saya mantan politisi, mantan anggota DPR yang flamboyan. Tapi jika saya orangnya tidak baik, pastinya saya tidak akan berada di Jl Medan Merdeka Barat (Gedung MK, Red) ini. Saya akan berada di Kuningan, di tahanan KPK,” ujarnya.
Dan ternyata kini, ayah dua anak itu seakan termakan omongannya sendiri. Akil terjerat dalam kasus dugaan suap dalam kapasitasnya sebagai hakim MK dan Ketua MK. Akil pun kini benar-benar harus merasakan bagaimana dinginnya ruang tahanan di gedung KPK.