Adik Sri Sultan Wafat
Joyokusumo Bangsawan yang Merakyat
Kedekatan itu dimulai saat almarhum Joyokusumo menjabat sebagai Ketua Fraksi Golkar di MPR
Penulis:
Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari mengaku sangat dekat dengan Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) H Joyokusumo. Kedekatan itu dimulai saat almarhum Joyokusumo menjabat sebagai Ketua Fraksi Golkar di MPR periode 2004-2009, sedangkan ia menjabat sebagai Sekretaris Fraksi Golkar MPR.
Politisi Golkar itu kemudian menceritakan saat mendapatkan pesan singkat bahwa Joyokusumo masuk ICU di RS Medistra, Jakarta.
"Siang itu saya menengok beliau di ruang ICU. Saya sangat terkejut karena beliau sudah koma beberapa hari. Bahkan sudah dibantu dengan selang-selang alat-alat pernapasan dan makan/minum," kata Hajriyanto dalam pesan tertulis, Rabu (1/1/2014) malam.
Hajriyanto mengatakan dua minggu sebelumnya ia menjenguk ke RS Medistra dan Joyokusumo dalam kondisi masih bisa ngobrol dengan santai. Bahkan sambil duduk di tempat tidur.
"Mas Joyokusumo memang sejak lama menderita sakit, komplikasi beberapa penyakit. Sejak tahun 2009 sudah mulai dirawat di rumah sakit di dalam dan di luar negeri. Beliau sempat dirawat di rumah sakit di Guangzou, RRC tahun 2009. Saya alhamdulillah sempat menjenguk beliau ke Guangzou beberapa hari," ujarnya.
Meskipun demikian, kata Hajriyanto tetap saja ia terkejut ketika mendapati Joyokusumo wafat pada Selasa 31 Desember 2013.
Sebagai orang yang pernah bersama-sama bertugas pada Fraksi Golkar di MPR RI, Hajriyanto mengaku sangat dekat dengan Joyokusumo.
"Saya tahu betul nyaris luar dalam pribadi, kepemimpinan, dan kepolitikan beliau," tuturnya.
Joyokusumo sebagai putra raja, Ngarso Dalem Sri Sultan HB IX, seorang raja besar di Kasultanan Ngayogyakarta, sangatlah merakyat.
"Bahkan sangat merakyat sekali! Sebagai bangsawan beliau tidak pernah menonjolkan dirinya sebagai putra raja. Beliau itu bangsawan yang tidak pernah menonjolkan kebangsawanannya, apalagi bersikap feodal," ujar Hajriyanto.
Ia mengatakan Joyokusumo jarang mencantumkan gelarnya dalam kehidupan administrasi sehari-hari.
"Maka salah besar kalau ada orang yang beranggapan bahwa semua keluarga raja itu feodal. Beliau sangat jauh dari sikap-sikap feodalisme," ujarnya.
Menurut Hajriyanto, Joyokusumo lebih tepat disebut sebagai ningrat. "Tetapi tidak sembarang ningrat, beliau itu Ningrat yang sangat merakyat, sangat populis, dan hidupnya sederhana sekali. Mas Joyo bahkan untuk ukuran keluarga kerajaan besar terhitung sangat melarat. Beliau itu Ningrat yang melarat," katanya.
Maksudnya, kata Hajriyanto, melarat secara harta, miskin secara finansial, dan pas-pasan secara ekonomi-keuangan.
"Tetapi Mas Joyokusumo kaya raya secara moral dan spiritual. Beliau sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dan keislaman. Sebagai "Sekneg" Kesultanan, Mas Joyo penuh antusiasme menghidupkan semangat kerohanian Islam dalam keraton Ngayogyakarta," imbuhnya.