Presiden SBY Simak Ajaran Sapta Paweling Petuah Sunan Drajat
SBY mendapat penjelasan mengenai ajaran atau filosofi tentang Sapta Paweling Pituah Sunan Drajat
Penulis:
Srihandriatmo Malau
Editor:
Dewi Agustina

TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Dua puluh menit waktu dihabiskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono di dalam makam salah seorang dari Wali Songo, yakni Sunan Drajat, di Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (12/3/2014) malam.
Selama itu pula Presiden SBY didampingi langsung oleh Raden Edi Santoso, keturunan ke-14 dari Sunan yang memiliki nama kecil Raden Qasim. Selama itu pula, SBY mendapatkan pencerahan mengenai ajaran-ajaran Sang Wali dari penuturan sang pewaris keturunan Sunan Drajat.
Secara khusus, kata keturunan ke-14 Sunan, SBY mendapat penjelasan mengenai ajaran atau filosofi tentang Sapta Paweling Pituah Sunan Drajat.
"Kita menerangkan tentang Sapta Paweling Pituah Sunan Derajat. Yang sempat saya terangkan kepada bapak Presiden tadi baru lima. Sedangkan yang ke-6 dan ke-7 belum," tutur Raden Edi kepada Tribunnews.com, usai melepas rombongan Presiden di depan gerbang Makam Sunan Drajat, di Paciran, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (12/3/2014) malam.
Sang pewaris pun menjabarkan ajaran sang Wali kepada Tribunnews.com. Pertama, "Memangun resep tyasing Sasoma", kita senantiasa membuat senang hati orang lain.
Yang kedua, "Jroning suka kudu éling lan waspada", di dalam setiap suasana bahagia kita harus selalu ingat dan waspada. Ingat dalam artian ingat kepada Allah dan waspada kepada sekeliling kita.
Yang ketiga, "Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah", jadi dalam menempuh suatu perjalanan yang luhur hendaknya kita tidak boleh terpengaruh oleh segala macam rintangan.
Yang keempat, "Meper Hardaning Pancadriya", jadi kita harus selalu bisa menekan gelora nafsu-nafsu kita.
Yang kelima, "Mulya Guna Panca Waktu". Jadi kalau kita mau hidup mulia di dunia dan akhirat hendaklah kita bisa menjalankan salat lima waktu.
Yang keenam, "Heneng - Hening - Henung", atau dalam bahasa gamelannya "nang-ning-nong", jadi kita hidup "nang" harus senantiasa bisa tenang, "ning" harus bisa hidup senantiasa mengheningkan hati dan pikiran kita, dan "nung" kita hidup harus bisa merenung buat apa kita hidup. Kita hidup yang akhirnya akan kembali ke Sang Yang Agung, Allah.
Yang ketujuh, “Segara ombak pinana tunggal,” itu melambangkan kehidupan manusia ini ibarat ombak yang bergelombang, bergelora tidak karu-karuan, dan kita akan selamat dunia dan akhirat asalkan kita mau berpasrah diri kepada Allah.
Dia katakan, saat menjelaskan ajaran Sunan Drajat, Presiden sangat antusias menyimak. "Beliau bilang waduh falsafah beliau bagus sekali. Cuma beliau bilang seperti itu," kenangnya.
Raden Edi mengatakan sejumlah kepala negara yang pernah memerintah pernah berziarah ke makam Sunan Drajat.
"Di antaranya, Pak BJ Habibie juga pernah, terus KH Abdurrahman Wahid dan yang terakhir Pak SBY," jelasnya.
Sunan Drajat
Sunan Drajat punya banyak nama, diantaranya adalah Raden Qasim atau Kasim, Masaikh Munat, Pangeran Kadrajat, Pangeran Syarifudin, Syekh Masakeh, Maulana Hasyim, Raden Imam, Sunan Muryapada, dan Sunan Mahmud.