Jumat, 10 Oktober 2025

Kontroversi Gafatar

Difatwa Sesat, Pengurus Gafatar: Biarkan Saja itu Hak MUI Memfatwakan Sesuatu

Majelis Ulama Indonesia (MUI) akhirnya mengeluarkan fatwa sesat terhadap keberadaan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Dewi Agustina
TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Pemulangan 904 warga eks Gafatar menuju Jakarta menggunakan KRI Teluk Penyu dikawal ketat TNI dan Polda Kalbar di Pelabuhan Dwikora Pontianak, Jl Pak Kasih, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (30/1/2016) siang. Barang bawaan diperiksa secara menyeluruh dan ditemukan sejumlah dokumen terkait Gafatar. TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI 

Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) akhirnya mengeluarkan fatwa sesat terhadap keberadaan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Setelah melakukan pengkajian, organisasi tersebut akhirnya divonis menyimpang oleh para ulama, Rabu (3/2/2016).

Fatwa dengan nomor registrasi 6/2016 tersebut ditanggapi dingin oleh pengurus Gafatar, salah satunya Yudi (35).

Pria yang menjadi pengurus di Dumai dan Rasau Jaya, Kalimantan tersebut mengaku tidak mau ambil pusing dengan fatwa itu. Sebagai sebuah organisasi, MUI mempunyai hak untuk mengeluarkan fatwa.

"Biarkan saja, MUI kan organisasi. Kalau dia memfatwakan sesuatu hak dia kok," katanya kepada Tribunnews, saat berada di Rumah Perlindungan Trauma Center, Bambu Apus, Jakarta Timur.

Namun meskipun acuh tak acuh terhadap fatwa yang dikeluarkan, Yudi yang telah bergabung Gafatar sejak 2012 tersebut tidak menerima apabila organisasinya disebut sesat.

Lantaran selama ini, ia mengaku tidak pernah melakukan penyimpangan dalam kegiatan organisasi maupun keagamaan.

Yudi menegaskan dua faktor yang mejadi dasar MUI memutuskan sesatnya Gafatar terlalu dipaksakan dan tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya.

Menurut Yudi alasan Gafatar mencampuradukan agama adalah salah. Para pengikut Gafatar hanya mengambil nilai-nilai spiritual dari sejumlah agama atau kepercayaan.

"Enggak lah (sesat) soalnya kita engga ngapa-ngapain. Kita tidak mencampuradukan agama kok, kita hanya mengambil nilai-nilai spiritual. Kita mengambil literatur," paparnya.

Bagi pria yang mengaku lulusan IPB tersebut, kitab suci merupakan literatur petunjuk kehidupan. Sehingga ia mengambil nilai-nilai spiritual dari kitab suci untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengembangkan sumber daya manusia.

"Jadi kitab suci tuh sebagai literatur. Untuk mengembangkan sumber daya manusia. Kan kitab suci petunjuk hidup manusia," katanya.

Sementara itu terkait ajaran Milah Abraham, Yudi tidak menampiknya. MUI sebelumnya menyakan jika ajaran Milah Abraham yang ada Gafatar, merupakan salah satu unsur yang menunjukkan kesesatan.

Menurutnya Milah Abraham bukan ajaran baru. Ajaran Milah Abraham sudah ada sejak lama dan bukan hanya ada di Indonesia.

"Ajaran nabi dan rasul, ajaran Ibrahim, ajaran Abraham, ajaran yang dijadikan pedoman untuk manusia lainnya. Banyak kok ayatnya yang jelas. Kalau mau debat itu ranahnya ketua umum," tandasnya.

Yudi juga membantah jika Gafatar yang berlatar belakang Islam tidak menjalankan sunah nabi Muhammad, lantaran Gafatar dianggap memiliki nabi lain sebagai Nabi akhir zaman yaitu Ahmad Musadeq.

Menurutnya Gafatar masih mengukuti sunah Rasul, bahkan Musadeq sendiri mengukuti sunah tersebut.

"Engga mungkin lah kita mengikuti sunah Musadeq. Musadeq merupakan orang jenius yang bisa mengaplikasikan pengajaran yang lama, yang tidak ada menjadi ada. Sunah yang dilakukan sunah nabi dan rasul," paparnya.

Yudi mengaggap berkumpulnya para anggota Gafatar di Kalimantan merupakan suatu sunah. Lantaran Nabi Muhammad pun pernah melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah.

"Dulu pun Nabi Muhammad hijrah dari Mekah ke Madinah dan itu pun diusir. Isa pun hijrah dinaikkan ke lembah tinggi. Musa hijrah yang ditulis dalam perjanjian lama. Itu buat kami melakukan sunah," katanya.

Meskipun tidak menerima dasar disesatkannya Gafatar, Yudi mengaku akan mengikuti apapun yang menjadi keputusan pemerintah. Termasuk apabila diperintahkan menjauhi ajaran tersebut.

"Jika ditanya apakah kami terima diputus sesat oleh Gafatar, ya kami akan terima," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved