Rabu, 10 September 2025

Suara SBY

Diduga untuk Sindir SBY, Anas Urbaningrum Nge-tweet Panjang dalam Bahasa Jawa

"Kalau itu saya tidak tahu, tetapi bisa jadi beliau (Mas Anas), kicauannya, merespons isu yang tengah hangat di Twitter," kata Pasek.

TRIBUNNEWS/HERUDIN
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum saat menjadi saksi sidang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dengan terdakwa M Nazaruddin, Jakarta, Rabu (23/3/2016). 

"Kalau itu saya tidak tahu, tetapi bisa jadi beliau (Mas Anas), kicauannya, merespons isu yang tengah hangat di Twitter," kata Pasek.

Baca: Semakin Membingungkan Apa Maksud dan Tujuannya SBY Nge-tweet

"Isinya bagus juga, tentang falsafah Jawa. Pastinya bisa dimaknai orang yang membacanya," ujar Pasek.
Akun resmi Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, @SBYudhoyono, mengunggah tweet curhat kepada Tuhan, Jumat (20/1/2017). Curhat itu terkait fitnah yang dianggapnya merajalela belakangan ini.

Pada akhir tweet tertulis *SBY* atau tanda bahwa tweet ditulis langsung oleh SBY. "Ya Allah, Tuhan YME. Negara kok jadi begini. Juru fitnah & penyebar "hoax" berkuasa & merajalela. Kapan rakyat & yg lemah menang? *SBY*," demikian tweet tersebut.

Doa di Kesunyian

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Hanura Dadang Rusdiana menilai, Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono seharusnya dapat menahan diri dalam melontarkan pernyataan.
Sebagai mantan presiden sekaligus ketua umum partai politik, lontaran pernyataan SBY bisa berdampak luas. Bahkan bisa menciptakan perdebatan di publik.

"Kalau ada ungkapan apalagi yang bisa dikategorikan doa, tidak usah di Twitter, FB (Facebook), dan lain-lain. Berdoa dalam kesunyian saja supaya tidak dipersepsikan lain-lain," kata Dadang.

Dewasa ini, menurut Dadang, masyarakat dapat dengan mudah tersulut kemarahan akibat kicauan di media sosial.Untuk itu, kata Sekretaris Fraksi Partai Hanura di DPR ini, lebih baik bila semua tokoh bangsa berhati-hati dalam melontarkan pernyataan.

Ia menambahkan, negara saat ini membutuhkan banyak tokoh dan kelompok yang mampu menjaga kekompakkan dan stabilitas situasi keamanan.Tentunya, upaya untuk saling memanaskan situasi harus diredam.

"Kalau disebut tukang fitnah dan penyebar hoax berkuasa kan ini bisa ditafsirkan lain-lain dan melebar. Jadi semua harus bisa jaga lisan," tandasnya.

Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Arteria Dahlan mempertanyakan maksud kicauan Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono di akun Twitter pribadinya, @SBYudhoyono, beberapa waktu lalu.
Menurut dia, sebagai bekas presiden, Ketua Umum Partai Demokrat, sekaligus tokoh bangsa, SBY seharusnya turut menjaga persatuan dan kesatuan NKRI."Jadi semakin membingunkan apa maksud dan tujuannya, serta ditujukan kepada siapa. Lebih baik semua pihak menahan diri," kata Arteria.

Arteria beranggapan, jauh lebih baik bila SBY menyerukan semangat persatuan dan kesatuan. Pasalnya, seluruh massa dan simpatisanya akan mendukung hal tersebut.

"Sebaliknya, kalau membuat cuitan seperti itu, paling tidak massa pendukungnya menanyakan arah dan tujuannya ke siapa. Belum lagi kita bicara rakyat secara keseluruhan yang persepsinya macam-macam," ujarnya.

Ia menambahkan, masyarakat sudah cukup lelah melihat akrobat politik yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir yang cenderung kurang terkontrol.

Untuk itu, ia mengatakan, jauh lebih baik bila semua tokoh dapat bersatu padu untuk membangun bangsa, meninggalkan perbedaan dan menghilangkan kepentingan yang ada.

"Karena saya melihat kondisi saat ini bukan hanya efek dari kompetisi lokal untuk merebut kekuasaan secara konstitusional, tetapi ada ancaman besar terkait disintegrasi bangsa," kata dia.
Bentuk Perhatian

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan