Penyidik KPK Diteror
Hasan dan Muklis Masih Dikonfrontir dengan Saksi Kasus Novel
Argo menjelaskan beredarnya dokumentasi Hasan dan Muklis berasal dari tetangga Novel bernama Yono
Penulis:
Theresia Felisiani
Editor:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyidik Polda Metro Jaya menyatakan Hasan dan Muklis bukanlah penyiram air keras pada penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan sejak kemarin malam sampai siang ini, keduanya masih berada di Direktorat Reserse Kriminal Umum, Polda Metro Jaya.
"Hasan dan Muklis masih kami konfrontir dengan dua saksi, yakni tetangga Novel," ujar Argo, Sabtu (22/4/2017) di Polda Metro Jaya.
Argo menjelaskan beredarnya dokumentasi Hasan dan Muklis berasal dari tetangga Novel bernama Yono yang berbeda tiga rumah dengan kediaman Novel Baswedan.
Saksi lainnya yakni Didik, seorang tukang galon yang sempat berbincang dengan Hasan di dekat lokasi kejadian penyiraman air keras pada Novel Baswedan.
Untuk diketahui, terkait kasus penyiraman air keras pada Novel Baswedan, beredar foto dua pria yang diduga sebagai pelaku.
Foto beredar dari dokumentasi tetangga Novel bernama Yono.
Selanjutnya kedua pria yang diketahui bernama Hasan (28) warga Kalibata dan Muklis (28) warga Salemba datang ke Polda Metro pada Jumat (21/4/2017) malam untuk memberikan klarifikasi, bahwa mereka bukanlah pelaku.
Alasan keduanya bukan pelaku penyerangan juga didukung karena saat peristiwa penyiraman Novel pada 11 April 2017 lalu mereka tidak ada di lokasi kejadian.
Saat itu, Hasan berada di Malang, Jawa Timur sejak 6 April-13 April 2017, didukung dengan adanya tiket pesawat atas nama Hasan. Sedangkan Muklis ada di Tambun, Bekasi, Jawa Barat, di rumah saudaranya.
Mereka berdua memang kerap berada di wilayah Kepala Gading karena bekerja sebagai "mata elang" atau orang yang dibayar oleh perusahaan leasing untuk mencari cicilan motor yang menunggak dan bermasalah.