Panglima TNI Mendatang, Jangan Hanya Terjebak Isu Dalam Negeri Saja
Indonesia perlu Panglima TNI yang fokus pada penguatan strategi pertahanan Indonesia di kawasan.
Penulis:
Srihandriatmo Malau
Editor:
Johnson Simanjuntak
Masalah kedua adalah dinamika konflik ISIS di Filipina Selatan. Walaupun Marawi sudah berhasil direbut oleh tentara Filipina, namun jalur laut belum sepenuhnya aman.
"Perlu penguatan operasi bersama Angkatan Laut didukung dengan kekuatan armada Udara di kawasan itu,” katanya.
Isu ini tidak boleh diremehkan dan dianggap angin lalu.
“Butuh Panglima TNI yang memahami secara detail mekanisme operasi laut dan operasi udara,” ujarnya.
Problem ketiga adalah isu Papua yang terus digaungkan oleh kelompok-kelompok separatis di Papua.
"Seorang Panglima TNI idealnya memiliki kemampuan pengendalian operasi penggalangan agar isu Papua tidak dimanfaatkan secara negatif oleh kelompok separatis bersenjata,” katanya.
Salah satunya misalnya dengan menggalang dukungan negara-negara di Pasifik Selatan agar mau menerima kepemimpinan Indonesia dalam memerangi tindakan pencurian ikan di laut sekitar kawasan (IUU Fishing).
Pengaruh Indonesia diharapkan mampu mencegah internasionalisasi isu Papua oleh gerakan separatis bersenjata.
“Permasalahan strategis yang global seperti ini yang idealnya menjadi prioritas fokus Panglima TNI dan bukan soal politik dalam negeri,” katanya.
Koordinator Indonesia Intelligence Institute itu meyakini Presiden Joko Widodo sudah mempunyai calon pengganti yang tepat bagi Gatot yang akan pensiun.
“Pak Jokowi tentu sudah punya kalkulasinya. Dari sisi waktu tentu sudah wajar jika Panglima yang sekarang diganti,” katanya.