Kamis, 11 September 2025

Rusuh di Papua

Nur Faizin Tak Mau Kembali ke Papua Meski Penghasilannya Sebagai Tukang Ojek Rp 200 Ribu Per Hari

Menurut Nur, dirinya terpaksa meninggalkan Wamena karena kondisi keamanan di daerah tersebut tidak memungkinkan baginya dan warga bukan Papua.

Editor: Dewi Agustina
Tribunnews.com/ Gita Irawan
51 orang pengungsi terdampak konflik Wamena, Papua tiba di Landasan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur pada Kamis (3/10/2019) sekira pukul 16.45 WIB dengan menumpang pesawat Hercules C 130 milik TNI Angkatan Udara. 

Nur Faizin (52) bersama tujuh warga lainnya yang menjadi pengungsi akibat kerusuhan Wamena tiba di Kota Probolinggo pada Rabu malam kemarin.

Ia bersyukur bisa pulang ke kampung halaman dengan selamat.

Menurut Nur, dirinya terpaksa meninggalkan Wamena karena kondisi keamanan di daerah tersebut tidak memungkinkan baginya dan warga bukan Papua.

Ia mengaku bekerja sebagai tukang ojek selama 1,5 tahun tinggal di Wisaput, Wamena. Pendapatannya sekitar Rp 200.000 per hari.

Baca: Polisi Klaim Tidak Ada Anggotanya yang Terlibat di Grup Whatsapp STM

"Saya sudah tidak mau lagi kembali ke Papua. Di sini saja cari kerja. Penghasilan Rp 50.000, jadi tukang enggak papa. Mau cari pendapatan yang besar, tapi kayak begini mending di sini," ujarnya.

Nur menambahkan, ia bersama rombongan meninggalkan Wamena dengan menumpangi pesawat Hercules milik TNI AU pada 30 September lalu.

Pesawat sempat transit di sejumlah kota sebelum akhirnya tiba di Bandara Abdurahman Saleh, Malang, Jawa Timur pada 2 Okotber 2019.

Sedangkan Lutfi, warga Kelurahan Jrebeng Kulon, Kecamatan Kedopok, yang bekerja sebagai tukang bangunan di Papua, terlihat sedih dan trauma.

51 warga Minang, Sumatera Barat yang meminta dipulangkan dari Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (3/10/2019).
51 warga Minang, Sumatera Barat yang meminta dipulangkan dari Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (3/10/2019). (TribunJakarta.com/ Bima Putra)

"Empat tahun mencari rezeki ke Papua berakhir seperti ini. Masih belum bisa menunjukkan keberhasilan kepada keluarga," katanya.

Kerusuhan disertai pembunuhan melanda Wamena, Papua Barat, pada 23 September 2019.

Hari itu, terjadi unjuk rasa ratusan siswa di Kota Wamena menyusul adanya kabar perkataan bernada rasial seorang guru kepada siswa di Wamena.

Padahal, kabar tersebut terjadi karena kesalahpahaman dan telah diselesaikan kedua pihak pada beberapa hari sebelumnya.

Baca: Pakai Ganja, Aktor Rifat Umar Ditangkap Bersama Seorang Perempuan

Namun dalam perjalanannya, jumlah massa bertambah hingga akhirnya kericuhan pecah di beberapa titik, seperti di Kantor Bupati Jayawijaya.

Unjuk rasa berubah menjadi tindakan anarkistis dengan adanya pembakaran terhadap rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat.

Bahkan, massa melakukan penyerangan dengan senjata kepada warga setempat.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan