Rusuh di Papua
Nur Faizin Tak Mau Kembali ke Papua Meski Penghasilannya Sebagai Tukang Ojek Rp 200 Ribu Per Hari
Menurut Nur, dirinya terpaksa meninggalkan Wamena karena kondisi keamanan di daerah tersebut tidak memungkinkan baginya dan warga bukan Papua.
Editor:
Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 51 orang pengungsi korban kerusuhan Wamena, Papua, tiba di Landasan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Kamis (3/10/2019) petang, dengan menumpang pesawat Hercules C 130 milik TNI Angkatan Udara.
Mereka melanjutkan penerbangan ke Padang dengan pesawat komersil malam harinya.
Pantauan Tribun, puluhan pengungsi tersebut terdiri dari sejumlah orang tua dan anak-anak. Hanya sedikit barang yang dibawa mereka.
Wajah para pengungsi tampak kelelahan dan beberapa anak yang mereka bawa juga terlihat menangis dalam pelukan ibunya.
Baca: Beredar Video DJ Bebby Fey Beradegan Panas, si Pria Bukan Atta Halilintar
Mereka dikumpulkan di satu ruangan agar bisa beristirahat dan diperiksa kondisi kesehatannya.
Satu warga asal Padang, Zulkifli mengaku bersyukur bisa selamat dari kerusuhan di Wamena.
Ia bersama anaknya ingin segera kembali ke kampung halaman dan bertemu dengan keluarga besarnya.
"Kami sangat berterimakasih kepada TNI dan Polri yang telah memfasilitasi kami sampai kami bisa dipulangkan dengan selamat. Sehingga kami sangat berbangga karena merasakan betul difasilitasi semuanya," tutur Zulkifli.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma Fajar Adriyanto menjelaskan TNI AU mengerahkan sejumlah pesawat Hercules untuk membantu para pengungsi dari Wamena ke daerah tujuan masing-masing.
"Kita kerahkan Hercules dari Skadron 31 dan 32 dan 33 di Makassar. Ada skadron 2 CN 295 dan CN 235, yang ada di Papua 7 pesawat CN 295. Ada yang ke Malang dan Jakarta jadi kita berangkatkan lagi kesana," kata Fajar di Base Ops Lanud Halim Perdana Kusuma.
Ia mengatakan pesawat TNI AU sudah bisa mendarat di landasan udara di Wamena.
Baca: Lima Karyawan PT Dirgantara Indonesia Jual Suku Cadang Pesawat Senilai Rp 5,4 Miliar
Namun para pengungsi dievakuasi terlebih dahulu ke tiga landasan udara terdekat seperti di Jayapura, Biak, dan Timika, sebelum diterbangkan ke tujuan para pengungsi.
"Dalam proses penjemputan tidak ada halangan karena pengamanan di Bandara Wamena diperketat dan ada pasukan disana, dan cukup aman disana," kata Fajar.
Ia menambahkan, TNI AU tidak hanya mengevakuasi para pendatang dari Wamena melainkan juga warga asli. TNI AU juga bekerja sama dengan TNI AD untuk membuka posko pengungsian di Wamena.
Selain ke Padang, sejumlah pengungsi asal Wamena juga kembali ke daerah asal di Jawa Timur.
Nur Faizin (52) bersama tujuh warga lainnya yang menjadi pengungsi akibat kerusuhan Wamena tiba di Kota Probolinggo pada Rabu malam kemarin.
Ia bersyukur bisa pulang ke kampung halaman dengan selamat.
Menurut Nur, dirinya terpaksa meninggalkan Wamena karena kondisi keamanan di daerah tersebut tidak memungkinkan baginya dan warga bukan Papua.
Ia mengaku bekerja sebagai tukang ojek selama 1,5 tahun tinggal di Wisaput, Wamena. Pendapatannya sekitar Rp 200.000 per hari.
Baca: Polisi Klaim Tidak Ada Anggotanya yang Terlibat di Grup Whatsapp STM
"Saya sudah tidak mau lagi kembali ke Papua. Di sini saja cari kerja. Penghasilan Rp 50.000, jadi tukang enggak papa. Mau cari pendapatan yang besar, tapi kayak begini mending di sini," ujarnya.
Nur menambahkan, ia bersama rombongan meninggalkan Wamena dengan menumpangi pesawat Hercules milik TNI AU pada 30 September lalu.
Pesawat sempat transit di sejumlah kota sebelum akhirnya tiba di Bandara Abdurahman Saleh, Malang, Jawa Timur pada 2 Okotber 2019.
Sedangkan Lutfi, warga Kelurahan Jrebeng Kulon, Kecamatan Kedopok, yang bekerja sebagai tukang bangunan di Papua, terlihat sedih dan trauma.

"Empat tahun mencari rezeki ke Papua berakhir seperti ini. Masih belum bisa menunjukkan keberhasilan kepada keluarga," katanya.
Kerusuhan disertai pembunuhan melanda Wamena, Papua Barat, pada 23 September 2019.
Hari itu, terjadi unjuk rasa ratusan siswa di Kota Wamena menyusul adanya kabar perkataan bernada rasial seorang guru kepada siswa di Wamena.
Padahal, kabar tersebut terjadi karena kesalahpahaman dan telah diselesaikan kedua pihak pada beberapa hari sebelumnya.
Baca: Pakai Ganja, Aktor Rifat Umar Ditangkap Bersama Seorang Perempuan
Namun dalam perjalanannya, jumlah massa bertambah hingga akhirnya kericuhan pecah di beberapa titik, seperti di Kantor Bupati Jayawijaya.
Unjuk rasa berubah menjadi tindakan anarkistis dengan adanya pembakaran terhadap rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat.
Bahkan, massa melakukan penyerangan dengan senjata kepada warga setempat.
Komandan Kodim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto menyatakan korban tewas dari kejadian itu berjumlah 33 orang.
Kerusuhan juga mengakibatkan ribuan warga eksodus meninggalkan Wamena ke daerah asal, seperti ke Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Sumatera Barat dan daerah lainnya.
Kementerian Sosial mencatat, sejak 29 September hingga 2 Oktober 2019, lebih dari 11 ribu orang meninggalkan Wamena.
Lebih dari 7 ribu orang meninggalkan Wamena dengan penerbangan Hercules TNI AU dan selebihnya menggunakan penerbangan komersial.
Baca: Viral Postingan Slip Gaji 5,9 Juta, Bupati Banjarnegara: Semoga Pemerintah Melipatkan 10-20 Kali
Sementara, masih ada sekitar 5 ribu warga yang masih mengungsi di sejumlah kantor kepolisian, markas TNI, dan rumah ibadah di Wamena, Jayawijaya dan Jayapura.
Jumlah warga yang meninggalkan Wamena dan menjadi pengungsi bertambah meski pejabat pemkab dan tokoh setempat mengimbau agar para warga tidak meninggalkan kota tersebut.
Begitu juga telah ada jaminan keamanan dari kepolisian dan TNI. Sejumlah kepala daerah dari luar Papua juga berdatangan ke wilayah tersebut untuk membantu para pengungsi.
Presiden Joko Widodo menyebut, sejumlah perusuh yang menyebabkan 33 orang tewas di Wamena telah ditangkap kepolisian. Namun, tidak dirinci jumlah para tersangka yang ditangkap dan identitas mereka.
Presiden hanya menyebutkan para perusuh tersebut merupakan kelompok kriminal bersenjata yang selama ini menyerang TNI/Polri di Papua.
Oleh sebab itu, Presiden menekankan, kerusuhan di Papua bukanlah disebabkan konflik etnis, melainkan ulah dari kelompok kriminal bersenjata.
"Jadi jangan ada yang menggeser-geser menjadi seperti sebuah konflik etnis, itu bukan. Ini adalah kelompok kriminal bersenjata yang dari atas di gunung turun ke bawah dan melakukan pembakaran pembakaran rumah warga," kata dia.

Presiden mengimbau warga di Wamena tak perlu melakukan eksodus ke luar daerah.
Ia mengklaim aparat keamanan sudah bisa mengamankan situasi.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menyampaikan pihaknya telah menetapkan lima tersangka terkait kerusuhan di Wamena. Para tersangka diperiksa di polres setempat.
Ia belum merinci lebih jauh mengenai peran kelima tersangka. Namun, Dedi menuturkan hasil pemeriksaan menunjukkan para pelaku berasal dari luar Wamena. (tribun network/git/kompas.com/coz)