Senin, 25 Agustus 2025

Menantu Jokowi Terjun ke Politik

Pengamat Sebut Majunya Gibran dan Bobby Nasution dalam Pilkada 2020 Belum Tentu Lolos

Putra Jokowi Gibran Rakabuming Raka, dan menantu Jokowi Bobby Nasution, maju dalam pilkada 2020.

Penulis: Nuryanti
Instagram @ayanggkahiyang & @gibran_rakabuming
Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution dikabarkan akan maju dalam Pilkada 2020. 

TRIBUNNEWS.COM - Menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Bobby Nasution, akhirnya resmi mendaftarkan diri untuk maju dalam pemilihan Wali Kota Medan 2020.

Sebelumnya, Presiden Jokowi sempat menyebut jika menantunya Bobby Nasution lebih mempunyai ketertarikan pada politik daripada kedua putranya, Gibran dan Kaesang.

Namun, sebelum Bobby mendaftarkan diri sebagai bakal calon Wali Kota Medan, Gibran sudah terlebih dulu mendaftarkan namanya menjadi bakal calon Wali Kota Solo.

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menyebut, langkah dari Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution itu memang tidak dilarang dalam Undang-undang.

"Kalau kita kembalikan pada Undang-undang, ya tidak ada halangan bagi anak presiden menjadi calon wali kota," kata Qodari di Studio Menara Kompas, Rabu (4/12/2019), dikutip dari YouTube Kompas TV.

"Kecuali ada larangan hitam di atas putih, tentu kita katakan tidak boleh," jelasnya.

M Qodari menyatakan langkah politik dari Gibran dan Bobby itu belum tentu lolos dalam pencalonannya menjadi wali kota.

"Majunya Gibran dan Bobby, saya garis bawahi kemungkinan, karena belum tentu lolos," tambah Qodari.

Menantu Jokowi, Bobby Nasution maju calon walikota Medan 2020
Menantu Jokowi, Bobby Nasution maju calon walikota Medan 2020 (Kolase TribunNewsmaker - Instagram @ayanggkahiyang/ Tribunnews)

Ia menjelaskan, saat ini Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sedang membuka pendaftaran calon kepala daerah tahap kedua.

Pendaftaran tahap kedua tersebut berada di tingkat provinsi dan tingkat pusat.

"Sekarang ini sedang dibuka lagi tahap kedua, dimana pendaftaran di tingkat provinsi maupun di pusat," ujar Qodari.

"Jadi calon wali kota, calon bupati yang kemarin belum sempat mendaftar, dibukakan pintu sekarang," jelasnya.

Direktur Eksekutif Indo Barometer ini menduga suami Kahiyang Ayu itu menggunakan momentum pendaftaran tahap kedua itu.

"Dugaan saya, Bobby menggunakan momentum ini," ucap Qodari.

Namun mengenai Gibran, Qodari menyebut kemungkinan ada pengaruh setelah pertemuan Gibran dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

"Soal Gibran, mungkin dipengaruhi soal datangnya Gibran ketemu dengan Megawati kemarin," katanya.

"Walaupun kalau bicara pendaftaran, harus lewat jalur resmi," lanjut Qodari.

Sebelumnya, Gibran telah memastikan keseriusannya untuk maju dalam Pemilihan Wali Kota Solo 2020.

Gibran sempat menyambangi kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, untuk menyampaikan keseriusannya tersebut.

"Saya sampaikan keseriusan saya untuk maju," ujar Gibran seusai menemui Megawati, Kamis (24/10/2019).

Masuknya Gibran dan Bobby ke dunia politik, menuai berbagai tanggapan publik.

Banyak yang mendukung, namun tak sedikit pula yang merasa kurang setuju melihat dua anggota keluarga presiden itu mencalonkan diri sebagai wali kota.

Pasalnya, publik menilai masuknya Gibran dan Bobby ke dunia politik, tak lain untuk membangun dinasti politik.

Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago menyampaikan tanggapannya terkait bergabungnya keluarga Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution ke kancah politik.
Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago menyampaikan tanggapannya terkait bergabungnya keluarga Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution ke kancah politik. (Pangi Syarwi Chaniago)

Hal itu diungkapkan Pengamat Politik, Pangi Syarwi Chaniago, saat dihubungi Tribunnews.com pada Rabu (4/12/2019).

Menurut Pangi, jika melihat masuknya keluarga Jokowi ke kancah politik dari segi sentimen atau citra publik, maka publik akan banyak yang menyatakan keputusan itu kurang tepat.

"Yang jelas adalah kalau dari segi sentimen atau citra publik, tentu banyak yang menyatakan kurang tepat," ujarnya.

Pendiri dan CEO Voxpol Center Research and Consulting itu menambahkan, publik akan menafsirkannya sebagai langkah membangun politik dinasti dan memanfaatkan jabatan presiden.

"Dianggap ini hanya akan membangun dinasti politik, tidak baik bagi citra Pak Jokowi sendiri, dianggap memanfaatkan jabatan presiden untuk memuluskan (usaha pencalonan wali kota) misalnya Gibran dan Bobby," tutur Pangi.

Pangi menjelaskan, terdapat perbedaan tafsir antara publik dan elite.

"Jadi tafsir publik dengan tafsir elite itu berbeda," tegasnya.

Menurut Pangi, tafsir elite akan cenderung mendorong momentum ini untuk dimanfaatkan sebaik mungkin.

"Tafsir elite mungkin mendorong momentum ini dimanfaatkan dengan baik karena ada momentum yang pas," ujarnya. 

Sebelumnya, Pangi menyebut politik akan selalu berbicara soal momentum.

"Ketika memang momentum itu pas, siapa bisa mengambil alih momentum dan panggung itu menjadi kesempatan yang besar untuk dipilih," jelas Pangi.

Pengamat Politik Voxpol Pangi Syarwi saat berbicara di Hotel Ibis Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2019).
Pengamat Politik Voxpol Pangi Syarwi saat berbicara di Hotel Ibis Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2019). (Tribunnews.com/ Lusius Genik)

Sementara itu, Pangi mengatakan, bagi tafsir publik, kemungkinan akan lebih banyak yang menilai saat ini bukan waktu yang tepat untuk Gibran dan Bobby mencalonkan diri sebagai wali kota.

"Bagi tafsir publik, mungkin juga mengatakan lebih baik jangan dulu," kata Pangi.

"Setelah nanti Pak Jokowi selesai baru maju gitu," sambungnya.

Menurut Pangi, ketika Gibran dan Bobby terjun ke kancah politik pada saat Jokowi masih menjabat sebagai presiden, muncul kekhawatiran publik akan adanya konflik kepentingan.

"Dikhawatirkan terlalu banyak conflic of interest, atau memanfaatkan fasilitas negara, kemudian ada kelompok-kelompok yang sengaja menjerumuskan Pak Jokowi dan keluarganya misalnya pada hal-hal nepotisme," jelasnya. 

Memandang dari tafsir elite, menurut Pangi, sejauh ini pencalonan Gibran dan Bobby memang pada momentum politik yang tepat.

Lebih lanjut, Pangi menyampaikan, hal itu sah-sah saja dalam dunia politik

"Kalau tafsir elite, sepanjang ini memang momentum politik yang pas dan ini memang sah-sah saja," kata Pangi.

"Tidak ada soal politik dinasti ini melanggar hukum, nah itu nggak akan menjadi masalah rumit," lanjutnya.

Menurut Pangi, anak dan menantu Jokowi itu berpeluang besar untuk terpilih dalam Pemilihan Wali Kota 2020.

(Tribunnews.com/Nuryanti/Widyadewi Metta Adya Irani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan