Senin, 17 November 2025

38 Satuan Pendidikan Ikuti Asesmen Mutu Dikdasmen 2025 di 14 Provinsi

KH Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin), menjelaskan bahwa asesmen dirancang dengan pola kolaborasi antara pesantren dan asesor.

HO/IST
BERI ARAHAN - Ketua Majelis Masyayikh, KH Abdul Ghaffar Rozin atau yang biasa disapa Gus Rozin memberi arahan terkait asesmen Penjaminan Mutu Pendidikan Pesantren Jenjang Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Tahap I tahun 2025. Asesmen berlangsung pada 23 Oktober–24 November 2025. 

 

Ringkasan Berita:
  • Sebanyak 38 satuan pendidikan di 14 provinsi mengikuti Asesmen Penjaminan Mutu Pendidikan Pesantren Dikdasmen Tahap I periode 23 Oktober–24 November 2025.
  • Majelis Masyayikh menerapkan pendekatan kolaboratif, di mana pesantren dan asesor bekerja bersama melalui dialog, pendampingan, dan pemetaan kapasitas awal.
  • Hasil asesmen diharapkan memperkuat ekosistem mutu pendidikan pesantren, dengan rekomendasi peningkatan yang realistis, bertahap, dan tetap berbasis tradisi pesantren.
 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Sebanyak 38 satuan pendidikan pesantren mengikuti pelaksanaan Asesmen Penjaminan Mutu Pendidikan Pesantren Jenjang Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Tahap I tahun 2025.

Kegiatan yang berlangsung pada 23 Oktober–24 November 2025 ini meliputi tiga jenis penyelenggaraan, yakni Muadalah Salafiyah, Muadalah Mu’allimin, dan Pendidikan Diniyah Formal, serta tersebar di 14 provinsi, mulai dari Aceh, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, hingga Sumatera Utara.

Baca juga: Bupati Lucky Hakim Sahkan Perbup Pesantren di Momen Sumpah Pemuda dan Hari Santri

Majelis Masyayikh menegaskan bahwa pelaksanaan asesmen tahap pertama ini menjadi langkah awal dalam menguatkan mutu pendidikan pesantren melalui pendekatan yang menempatkan pesantren sebagai mitra. Alih-alih hanya menjadi objek penilaian, pesantren diajak membangun ekosistem mutu yang berkelanjutan.

Pendekatan Kolaboratif pada Tahap I

Ketua Majelis Masyayikh, KH Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin), menjelaskan bahwa asesmen dirancang dengan pola kolaborasi antara pesantren dan asesor.

Pendekatan ini menitikberatkan pada dialog, pendampingan, serta pembacaan mendalam terhadap kondisi riil satuan pendidikan.

“Asesmen kami arahkan sebagai ruang kolaboratif untuk memperkuat mutu pendidikan. Pesantren didorong untuk melihat dirinya sendiri secara lebih jujur dan komprehensif, sementara asesor hadir bukan untuk menghakimi, melainkan memberikan perspektif luar yang objektif dan berbasis standar mutu,” kata Gus Rozin.

Ia menambahkan bahwa strategi tersebut penting untuk memastikan peningkatan mutu tetap selaras dengan karakter dan tradisi pesantren yang beragam.

Baca juga: Menag Ungkap Alasan Pembentukan Ditjen Pesantren, Singgung Minimnya Anggaran

Pemetaan Kapasitas sebagai Dasar Rekomendasi

Pada tahap ini, Majelis Masyayikh menitikberatkan pada pemetaan kapasitas awal setiap satuan pendidikan untuk menyusun rekomendasi peningkatan mutu yang realistis.

 Anggota Divisi Dikdasmen Majelis Masyayikh, Prof. Dr. KH Abd. A'la Basyir, M.Ag., menyebut asesmen tidak hanya memeriksa pemenuhan standar, tetapi juga mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu diperkuat.

“Rangkaian asesmen ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kesiapan mutu pesantren. Rekomendasi yang dihasilkan harus menjadi panduan untuk meningkatkan kapasitas secara bertahap dan berkelanjutan,” ujarnya.

Pengalaman Pesantren Peserta

Pesantren yang mengikuti asesmen menilai bahwa pendekatan ini memberi ruang belajar yang penting. Mudir Pendidikan Salafiyah Musthafawiyah Mandailing Natal, Syamsul Bahri, menilai asesmen membantu memperluas pemahaman tentang standar pendidikan pesantren.

“Pendekatan asesor sangat membantu. Kami merasa ditemani dalam melihat apa yang sudah berjalan baik dan apa yang perlu ditingkatkan. Asesmen ini menjadi ruang belajar bersama,” ujarnya.

Baca juga: Gus Jazil Minta Negara Tak Hanya Sekadar Simbolik Mendukung Pesantren

Membangun Ekosistem Mutu Pesantren

Pelaksanaan Asesmen Penjaminan Mutu Tahap I ini diharapkan menjadi bagian dari pembentukan ekosistem mutu pendidikan pesantren yang lebih solid.

Majelis Masyayikh menegaskan bahwa proses asesmen bukan sekadar penilaian, melainkan upaya membangun pola peningkatan mutu yang sistematis dan tetap berbasis tradisi pesantren.

Dengan model asesmen yang dialogis dan konsultatif, pendidikan pesantren jenjang Dikdasmen diharapkan semakin siap menjawab kebutuhan zaman tanpa kehilangan akar keilmuan dan tradisinya.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved