Rabu, 3 September 2025

Virus Corona

Peneliti Duga Ada Banyak Kasus Terinfeksi Corona di Indonesia tapi Tidak Terdeteksi

Karena jarak Indonesia dan Thailand dekat dengan Wuhan, China, peneliti memprediksi sebenarnya ada lebih banyak kasus infeksi virus corona.

South China Morning Post
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah kasus virus corona Wuhan yang dilaporkan di Indonesia dan Thailand jauh dari perkiraan ilmuwan.

Karena jarak Indonesia dan Thailand dekat dengan Wuhan, China, peneliti memprediksi sebenarnya ada lebih banyak kasus infeksi virus corona.

Hal ini pula yang membuat para ahli khawatir bahwa penyebaran virus corona Wuhan atau novel coronavirus tidak terdeteksi.

Jika hal tersebut benar adanya, maka ada potensi epidemi lebih besar dari yang saat ini terjadi.

Baca: Penyebaran Virus Corona Meluas, Kemenlu Tingkatkan Status Perjalanan ke Singapura Jadi Level Kuning

Untuk diketahui, data per hari ini mencatat 910 orang meninggal dan 40.553 orang positif terinfeksi secara global.

"Indonesia melaporkan nol kasus, tapi mungkin sebenarnya sudah ada beberapa kasus yang tak terdeteksi," ujar ahli epidemiologi Marc Lipsitch dari Harvard TH Chan School of Public Health, penulis pendamping dari studi terbaru yang di-posting di medRxiv.

Baca: Ada 43 Pasien Positif Virus Corona di Singapura, Enam Orang Dinyatakan Sembuh

"Sementara Thailand melaporkan 25 kasus, saya pikir sebenarnya lebih banyak dari itu," imbuhnya seperti dilansir VOA News, Jumat (7/2/2020).

Hingga Senin (10/2/2020) pagi, jumlah pasien yang dilaporkan terinfeksi virus corona Wuhan di Thailand sudah 32 kasus.

Kamboja yang melaporkan satu kasus juga dianggap Lipsitch sangat tidak mungkin. Dia pun yakin bahwa ada lebih banyak kasus yang terjadi di Kamboja.

Keyakinan Lipsitch itu berdasar pada penelitian yang memperkirakan jumlah rata-rata penumpang yang terbang dari Wuhan ke negara lain di seluruh dunia. Lebih banyak penumpang dari Wuhan mungkin berarti ada lebih banyak kasus.

Tidak terdeteksi?

Menurut Lipsitch, sistem kesehatan di Indonesia dan Thailand mungkin tidak dapat mendeteksi virus corona Wuhan. Hal ini dirasanya dapat menciptakan masalah di seluruh dunia.

"Kasus yang tidak terdeteksi di negara mana pun berpotensi menyebarkan epidemi di negara-negara tersebut," kata Lipsitch.

Penelitian yang dilakukan Lipsitch dan timnya adalah satu dari tiga riset teranyar yang mengatakan bahwa virus corona Wuhan kemungkinan sudah ada di Indonesia.

Baca: Indosat Ooredoo dan Google Lenalkan Layanan Google Assitant Tanpa Koneksi Internet

Baca: Enggan Permasalahkan Harta Lina Jubaedah, Teddy Pardiyana Serahkan ke Putri Delina

Namun, tidak satu pun dari studi ini yang melalui proses ilmiah normal yang ditinjau oleh para ahli lain di luar tim.

Ketika wabah virus corona Wuhan menyebar dengan sangat cepat, para ilmuwan mengunggah temuannya secara online dan pada server pracetak agar informasi yang mereka miliki dapat tersebar luas dan bermanfaat.

Meski temuan tersebut masih dianggap kurang, para peneliti yang dihubungi VOA berkata bahwa temuan tersebut--virus corona Wuhan mungkin sudah ada di Indonesia--masuk akal.

Pasalnya, di China, jumlah orang yang terinfeksi terus meningkat setiap harinya. Namun, di luar China, wabah itu hampir "tidak bergerak". Kalaupun ada temuan baru, jumlahnya belasan, tidak seperti China yang tambahannya mencapai 100 kasus per hari.

Inilah yang membingungkan para ahli kesehatan di dunia.

Jika benar ada, di mana virus corona Wuhan?

Hal ini masih menjadi teka-teki yang belum bisa dijawab.

Ahli virus Christopher Mores dari Milken Institute School of Public Health University yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan, hal itu karena transmisi virus terbukti berbeda di luar zona wabah utama untuk beberapa alasan yang belum dijelaskan.

"Atau kita hanya tidak menangkapnya dan menghitungnya, atau gagal saat mendeteksi," imbuh Mores.

Hingga kini, Indonesia, Thailand, dan Kamboja benar-benar menyeleksi turis dari China.

"Indonesia tengah melakukan apa yang mungkin untuk dipersiapkan dan mencegah dari virus corona baru," kata Dr Navaratnasamy Paranietharan, perwakilan Indonesia dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kepada Sydney Morning Herald.

Ia juga mengatakan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di bidang pengawasan dan deteksi kasus baru virus corona.

Berita ini tayang di Kompas.com dengan judul: Ahli Harvard Peringatkan, Virus Corona di Indonesia Tak Terdeteksi

Travel warning ke Singapura

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) meningkatkan status kewaspadaan perjalanan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang hendak ke Singapura.

Imbauan tersebut dikeluarkan menanggapi perkembangan penyebaran virus corona di negara Singapura.

"Merespons perkembangan penyebaran virus corona baru (2019-nCoV) di Singapura, status tingkat kewaspadaan perjalanan ditingkatkan menjadi kuning," tulis Kemenlu dikutip Tribunnews.com dari situs kemlu.go.id.

Sehubungan dengan hal tersebut, Kemenlu mengimbau WNI yang sedang atau akan bepergian ke Singapura untuk meningkatkan kewaspadaan.

Warga Singapura terlihat mengantri panjang untuk membayar barang-barang belian mereka di FairPrice Xtra, Vivo City, Singapura, Sabtu Siang (08/02/2020).
Warga Singapura terlihat mengantri panjang untuk membayar barang-barang belian mereka di FairPrice Xtra, Vivo City, Singapura, Sabtu Siang (08/02/2020). (KOMPAS.com/ ERICSSEN)

Selain itu, Kemenlu juga mengimbau WNI untuk melakukan langkah pencegahan transmisi wabah virus corona.

Langkah pencegahan yang bisa dilakukan di antaranya adalah menjaga stamina fisik dan psikis.

Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, rutin mencuci tangan, menggunakan masker.

Selain itu, mengurangi aktivitas di luar rumah serta menghindari interaksi dengan keramaian publik.

"Apabila mengalami permasalahan darurat saat berada di Singapura, dapat menghubungi hotline KBRI Singapura, +65 67377422," tulis keterangan tersebut.

Kemenlu menambahkan, dalam kondisi darurat, WNI juga dapat menggunakan Tombol Darurat aplikasi Safe Travel Kementerian Luar Negeri untuk menghubungi Perwakilan RI dimaksud.

Sebelumnya, pada 7 Februari 2020 lalu, Kementerian Singapura telah meningkatkan penilaian risiko Disease Outbreak Response System Condition (DORSCON) dari warna kuning menjadi oranye.

Penetapan tersebut didasari atas terkonfirmasinya tambahan kasus yang terinfeksi virus corona di Singapura.

Tak hanya itu, juga ada fakta baru, beberapa kasus infeksi bersifat lokal.

Artinya, orang bisa tertular virus corona tanpa harus memiliki riwayat perjalanan ke luar China.

Sehingga dengan penetapan indikator DORSCON menjadi warna oranye tersebut, wabah virus corona telah dikategorikan sebagai virus yang berbahaya.

Dikutip dari gisandata.maps.arcgis.com, hingga Senin (10/2/2020), virus yang muncul pertama kali di Kota Wuhan, China tersebut telah menewaskan 910 orang.

Sementara itu, virus corona juga telah menyebabkan 40.540 orang positif terinfeski.

Namun, ada 3.383 orang dinyatakan sembuh dari virus corona.

Sejak pertama kali diumumkan pada 31 Desember 2019, virus ini telah menyebar hingga ke 28 negara.

Ke-28 negara tersebut, yakni China, Jepang, Thailand, Singapura, Hong Kong, Australia, Korea Selatan, Taiwan.

Jerman, Amerika Serikat, Malaysia, Makau, Perancis, Vietnam, Kanada, Uni Emirat Arab, Italia, Rusia.

Inggris, Nepal, Kamboja, Spanyol, Piliphina, Finlandia, Swedia, India, Sri Lanka, dan Belgia.

Di Singapura, virus corona telah menyebabkan 43 orang terinfeksi.

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan