Penderita DBD Jangan Langsung Berhenti Minum Obat Jika Demam Terasa Mulai Turun
Wabah demam berdarah yang kini penderitanya mencapai 17.820 orang patut diwaspadai masyarakat.
Penulis:
Apfia Tioconny Billy
Editor:
Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wabah demam berdarah yang kini penderitanya mencapai 17.820 orang patut diwaspadai masyarakat.
Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengungkapkan bila penderita penyakit demam berdarah memiliki masa krisis setelah tiga hari demam.
Biasanya setelah tiga hari, demam penderita DBD biasanya mulai turun dengan ditandai keluar keringat.
Biasanya penderita langsung merasa sembuh.
Baca: UPDATE Korban Demam Berdarah di NTT: 3.109 Kasus, 37 Orang Meninggal, Terbanyak di Kabupaten Sikka
Padahal keadaan tersebut disebut dengan masa preshock.
"Ada yang tiga hari merasa sudah sehat, karena keringetnya udah keluar merasa enak padahal itu tanda-tanda preshock khusus untuk demam berdarah," ungkap Siti Nadia di Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Rabu (11/3/2020).
Untuk itu, Siti Nadia mengingatkan penderita demam berdarah saat merasa sudah baik jangan langsung berhenti mengonsumsi obat yang disarankan dokter.
Baca: Waspada! Penyakit Demam Berdarah Mengintai di Tengah Wabah Corona, Kemenkes: 104 Meninggal Dunia
Jika belum ketahuan sakit demam berdarah tapi suhu badan tiga hari tidak turun disertai dengan penyakit pendarahan seperti mimisan, lemas, dan ujung-ujung tangan berwarna pucat segera periksa kesehatan ke dokter.
Kemudian jika saat tubuh demam lalu setelah diperiksa dokter diperbolehkan pulang tapi tiga hari berikutnya disarankan untuk kembali lagi ke dokter sebaiknya jangan melalaikan saran tersebut.
"Intinya demam tiga hari segera ke faskes berlaku bagi siapa saja walaupu bukan DBD, kalau pas periksa lalu dokter atau tenaga medis memperbolehkan pulang tapi tiga hari datang lagi. Itu diikutin biar cepat dapat penanganan," kata Nadia.
Angka kematian akibat DBD di NTT Tinggi
Data terbaru Kementerian Kesehatan mencatat jumlah penderita penyakit demam berdarah di Indonesia saat ini mencapai 17.820 orang dengan angka kematian 104 orang.
Data tersebut berdasarkan catatan hingga 11 Maret 2020.
Jumlah penderita terbanyak terdapat di Lampung 3.431 orang, Nusa Tenggara Timur 2.732 orang, dan Jawa Timur 1.761 orang.
Baca: Demam Berdarah di Tangsel jadi 87 Kasus, Lakukan Pencegahan Lingkungan hingga Kimiawi Berikut Ini
Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan kasus DBD di NTT lebih mengkhawatirkan meskipun jumlahnya tidak sebanyak di Lampung.
Alasanya, kasus kematian di NTT paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya yakni mencapai 32 orang.
Kemudian disusul Jawa Barat 15 orang, Jawa Timur 13 orang, dan Lampung 11 orang.
Baca: UPDATE Korban Demam Berdarah di Tangerang Selatan: 87 Kasus, 2 Orang Meninggal
"Angka kematian per popinsi NTT jauh lebih tinggi dari provinsi lain dari 104 yang meninggal 32 terjadi di NTT, dan 14 dari 32 orang yang meninggal ada di Kabupaten Sikka," kata Siti Nadia, di Kemenkes, Jakarta Selatan, Rabu (11/3/2020).
NTT juga mendapat perhatian karena mayoritas yang meninggal akibat demam berdarah rata-rata berusia muda.
Baca: Pasien Demam Berdarah di Depok Jumlahnya Capai 288 Orang Sejak Awal Tahun 2020
"Di Kabupaten Sikka di NTT kematianmya itu usia di bawah 14 tahun," kata Siti Nadia.
Secara keseluruhan di Indonesia yang meninggal memang paling banyak di usia 5-10 tahun dengan persentase 0,32 persen.
Sedangkan usia di bawah satu tahun 0,02 persen, 1-4 tahun 0,11 persen, 15-44 tahun 0,17 persen, dan lebih dari 44 tahun 0,05 persen.