Minggu, 21 September 2025

5 Tipologi Kekerasan di Lingkungan Sekolah: Terbuka, Perseorangan, Agresif, Defensif dan Insidental

Susanto melihat adanya lima tipologi yang dapat menggambarkan potret kasus-kasus penyimpangan di lingkungan satuan pendidikan maupun di komunitas

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Tiara Shelavie
Tangkap layar channel YouTube KompasTV
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto 

"Anak mencoba becanda sebagai respot dan kemudian melakukan bullying atau kekerasan terhadap temannya," beber Susanto.

Melihat lima tipologi kekerasaan di atas, Susanto berjanji akan melakukan koordinasi untuk memastikan motif di balik kasus pelecehan dan perundungan yang menimpa seorang sisiwi SMK di Bolaang Mongondow ini

"Yang penting di dalami adalah, apakah ini anak-anak sering melakukan hal tersebut sehingga dianggap bercanda"

"Atau karena hal lainnya. Dan kasus ini segera diselesaikan sebagai bentuk upaya perbaikan pelayanan pendidikan," tutupnya. 

Baca: Puluhan Wanita Mengadukan Aksi Pelecehan Seksual Harvey Weinstein, Produser Film Ini Sempat Berkelit

Tanggapan Ketua Asosiasi Psikologi Forensik

Ketua Asosiasi Psikologi Forensik, Reni Kusumowardhani
Ketua Asosiasi Psikologi Forensik, Reni Kusumowardhani (Tangkap layar channel YouTube KompasTV)

Ketua Asosiasi Psikologi Forensik, Reni Kusumowardhani mengatakan kasus tersebut harus diperhatikan secara seksama sehingga mengetahui secara pasti penyebab pelecehan dan perundungan tersebut.

"Kita lihat ini dilakukan oleh remaja. Di mana perundungan ini dilakukan secara bersama-sama," ujarnya.

Reni memandang remaja pelaku kasus tersebut dalam masa fase iseng, yang mana membuat mereka dimungkinkan melakukan hal iseng-iseng lainnya.

Baik di lingkungan masyarakat bahkan saat berada di sekolah.

Sehingga dirasa perlu untuk membuat sistem pengendali penekan dorongan remaja untuk berperilaku iseng.

"Anak-anak ini memang di fase iseng, banyak keisengan yang sangat mungkin dia lakukan, sehingga yang paling diperlukannya sistem kendali," tandas Reni.

Reni melanjutkan, rasa iseng tersebut mungkin berasal dari kebiasan dalam keseharian masyarakat saat ini.

Baca: Fakta Pelecehan Seksual di Gang Ciracas, Beraksi 6 Kali hingga Pelaku Sudah Berkeluarga, Motifnya ?

Ia memisalkan saat orang lain terpeleset atau jatuh, bukan pertolongan tapi sorakan kegembiraan yang diberikan.

"Kita lihat orang jatuh teriak hore dan diketawain. Melihat orang menderita jadi bahan tertawaan"

"Ini bisa menjadi pencetus keisengan-keisengan lainnya. Mungkin betul tujuan para pelaku untuk sekedar bersenang-senang saja," imbuh Reni.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan