2 ABK WNI Terjun ke Laut, KKP Geram Peristiwa Serupa Sering Terjadi: Hanya Puncak dari Gunung Es
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) geram kasus penyiksaan ABK WNI kembali terjadi di kapal ikan berbendera China, minta agen penyalur diusut.
Penulis:
Febia Rosada Fitrianum
Editor:
Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Koordinator Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Rokhmin Dahuri mengaku marah dengan adanya peristiwa dua anak buah kapal (ABK) yang merupakan warga Indonesia (WNI) diduga disiksa di kapal ikan berbendera China hingga kabur dengan terjun ke laut.
Hal tersebut disampaikan dalam video yang diunggah di kanal YouTube Kompas TV, Rabu (10/6/2020).
Dalam kesempatan itu Rokhmin menuturkan pihaknya dan juga Menteri KKP prihatin dengan terjadinya kasus ini.
Baca: KRONOLOGI 2 ABK WNI Terjun di Laut Kabur dari Kapal Ikan Berbendera China, Sempat Dilintasi Hiu
Diketahui dua ABK WNI diduga mendapatkan penyiksaan di kapal ikan berbendera China tempat mereka bekerja.
Tak kuat dengan pekerjaannya, dua ABK WNI memilih untuk kabur dengan terjun ke Selat Malaka.
Rokhmin berharap korban dan keluarga diberikan kesabaran dalam menghadapi kejadian ini.

Ia mengaku sangat marah dengan peristiwa yang kembali menimpa para ABK WNI.
Karena peristiwa seperti ini sering terjadi dengan korban para warga Indonesia.
"Kami terus terang marah, karena ini 'kan hanya puncak dari gunung es, sering terjadi," terang Rokhmin.
Untuk sekarang ini, Rokhmin mengapresiasi sikap yang dilakukan oleh pihak kepolisian.
Di mana mereka akan mengusut tuntas kasus ini dengan mengamankan agen penyalur dari dua ABK WNI tersebut.
Rokhmin berharap kontrak kerja antara agen penyalur dengan pemilik kapal memang sesuai.
Sehingga mempermudah dalam penyelesaian kasus ini.
Namun apaila kontrak kerjanya palsu, pihak kepolisian bisa mengusut agen penyalur dengan prosedur yang sesuai.
"Terapinya adalah untuk yang jangka sekarang udah dilakukan dengan baik oleh kepolisian harus diusut tuntas," jelas Rokhmin.
"Mudah-mudahan kontrak kerjanya antara agen ketenagakerjaan dengan si pemilik kapal on the track artinya yang benar sehingga menuntutnya enak."
"Tetapi kalau kontrak kerjanya abal-abal atau bahkan janji-janji palsu ya tentunya pihak kepolisian kami harap mengusut tuntas kepada agen yang nggak benar itu tadi," lanjutnya.
Baca: 7 Hari Rencanakan Kabur dari Kapal Ikan, 2 ABK WNI Ditemukan Lemas dan Syok setelah Terjun ke Laut
Baca: Politikus PAN Desak Pemerintah Lindungi ABK WNI yang Bekerja di Kapal Asing
Kronologi 2 ABK WNI Kabur dengan Terjun ke Laut
Dua ABK bernama Reynalfi dan Andri Juniansyah merupakan ABK dari kapal ikan bernama Fu Lu Qing Yuan Yu.
Dalam kapal itu juga ada ABK yang berasal dari warga negara lainnya.
Dirreskrimum Polda Kepulauan Riau, Kombes Arie Dharman mengatakan, sekira ada 12 ABK yang bekerja di kapal ikan tersebut.
Selama mereka melaksanakan pekerjaan mereka, setiap harinya akan dijaga oleh seseorang yang disebut dengan algojo.
Dua ABK bersama yang lain bekerja dengan diterapkan sistem shift atau secara bergantian.
Mereka juga diharuskan memenuhi target tertentu dalam satu kali bekerja.
"Jadi mereka itu dijaga oleh algojo setiap bekerja, shift-nya itu diatur untuk mendapatkan dengan berat beban sekian," terang Kombes Arie.

Apabila satu shift sudah memenuhi target, maka akan berganti dengan ABK yang lain.
Kombes Arie menjelaskan, dalam pelaksanaan pekerjaan akan dibagi ke dalam beberapa kelompok.
Para ABK akan berkelompok sesuai dengan hasil tangkapan mereka seperti hiu atau ikan lainnya.
Namun ketika mereka mendapatkan ikan yang tidak sesuai akan mendapatkan pukulan dari algojo.
Sehingga saat melakukan pekerjaan, seluruh ABK mendapatkan tekanan dan penyiksaan.
Di mana tindakan tersebut berpengaruh pada kondisi psikologis para ABK, terutama Reynalfi dan Andri.
Baca: Soal 2 ABK WNI Yang Lompat di Perairan Karimun, Kemlu RI Tunggu Penyelidikan Polisi
Baca: Dua ABK WNI Nekat Loncat dari Kapal China, Mengaku Tak Betah hingga Belum Terima Gaji
"Kalau sudah terpenuhi, kemudian gantian dengan ABK berikutnya," jelas Kombes Arie.
"Kalau dapat hiu jadi satu kelompok, dapat ikan yang kecil-kecil dibuang atau dibuat makanan, kalau salah ambil ikan mereka mengalami pemukulan."
"Mereka mengalami tekanan dan penyiksaan secara fisik maupun psikis," imbuhnya.
Awalnya, Reynalfi dan Andri hanya berniat untuk mencari pekerjaan di luar negeri.
Suatu hari, keduanya ditawarkan pekerjaan oleh sebuah badan pelatihan.
Pekerjaan ini nantinya akan menghasilkan gaji sekira Rp 50 juta setiap bulannya.
Disebutkan dua ABK WNI ini akan dipekerjakan di area Asia Pasifik, seperti Korea atau Hong Kong.

"Memang tidak digaji, skenarionya memang sudah sindikat ini perdagangan orang," ungkap Kombes Arie.
"Mereka ditawarkan oleh sebuah lembaga pekerjaan dengan iming-iming gaji kurang lebih Rp 50 juta ditawarkan di Asia Pasifik," lanjutnya.
Sebelum berangkat kerja, Andri dan Reynalfi diminta untuk membayarkan uang sejumlah Rp 50 juta.
Uang tersebut guna pembuatan dokumen seperti paspor dan buku pelaut yang memang harus dimiliki oleh ABK.
Dari Rp 50 juta, oleh badan pelatihan Andri dan Reynalfi disisakan sebesar Rp 5 juta.
Baca: Kemenlu Akui Banyak ABK WNI Bekerja di Luar Negeri Tidak Terdata
Baca: Kemlu: Kasus ABK WNI di Kapal Lu Qing Yuan Yu 623 Dalam Proses Penyelidikan Tiongkok
Mereka akan dinaikkan pesawat menuju Singapura dan dari sana mereka baru akan bekerja.
Awalnya Andri dan Reynalfi sudah ragu soal keberangkatan ini.
Sampai di Singapura, dua ABK WNI ini sudah ditunggu oleh seseorang dan diarahkan menuju mobil.
Tak tahu dibawa ke mana, Andri dan Reynalfi tiba di pelabuhan dan langsung diperintahkan naik ke sebuah kapal.
Hingga akhirnya mereka berlayar, kemudian bekerja selama tujuh hari, dan sampai memutuskan untuk melarikan diri.
Andri dan Reynalfi diketahui terjun dari kapal ikan berbendera China itu ketika melintas di Selat Malaka.
Dengan menggunakan life jacket atau pelampung mereka terombang ambing selama tujuh jam.
Sebelumnya, mereka sempat berenang dengan kemampuan seadanya sampai ditemukan oleh nelayan.
Berada di tengah laut, Andri dan Reynalfi sudah pasrah dengan kehidupan mereka.
Karena beberapa kali mereka merasakan keberadaan hiu dan sempat bersentuhan.
Baca: KJRI Cape Town Fasilitasi 13 ABK WNI Pulang Ke Tanah Air
Baca: Cerita Sedih ABK WNI: Makan Ikan Sebulan Hanya 2 Kali hingga Minum dari Sulingan Air Laut
"Dia sudah pasrah dia menemukan ada berapa kali dilintasi hiu, disundul-sundul hiu," jelas Kombes Arie.
Sampai ketika nelayan yang sedang memancing di laut merasa jaringnya seperti ada ikan.
Setelah ditarik oleh nelayan ternyata ditemukan dua orang yang sudah terlihat lemas.
Dengan sisa tenaga yang ada, dua ABK WNI sempat mengucapkan seperti meminta tolong.
Nelayan tersebut kemudian mengangkat Andri dan Reynalfi ke perahu dan dibawa ke daratan.
(Tribunnews.com/Febia Rosada)